Sabtu, 20 April 2024

Ada 28 Pintu Masuk Narkoba di Batam

Berita Terkait

batampos.co.id – Batam menjadi jalur favorit bagi para penyelundup narkotika jaringan internasional. Direktorat V Tindak Pidana Narkotika Bareskrim Polri mengidentifikasi sedikitnya ada 28 pelabuhan tikus di Batam yang kerap dijadikan pintu masuk para penyelundup narkoba.

“Itu adalah jalur-jalur favorit yang sering digunakan para mafia (narkoba) ini,” ungkap Direktur Direktorat V Tindak Pidana Narkotika Bareskrim Polri Brigjen Pol Eko Daniyanto di Mapolda Kepri, Kamis (22/2).

Eko mengatakan, garis pantai yang panjang membuat para penyelundup mudah masuk Batam dan Kepri.

Selain itu, maraknya penyelundupan narkoba ke Indonesia tak terlepas dari tingginya permintaan barang haram tersebut di dalam negeri. Eko menyebut, kebutuhan sabu di Indonesia mencapai 1 ton per hari.

Menurut Eko, saat ini sekitar 2 persen dari 250 juta penduduk Indonesia merupakan pecandu narkotika. Dengan kata lain, ada 5 juta pecandu narkoba di Indonesia.

“Satu gram sabu dipakai lima orang. Nah kalau lima juta orang berarti butuh 1 juta gram atau 1 ton sabu per hari,” kata Eko.

Tak hanya permintaan yang tinggi, Indonesia juga menjadi pasar utama jaringan narkotika internasional karena besarnya keuntungan yang diperoleh para bandar. Sebab di negara produsen, misalnya Tiongkok, harga sabu hanya sekitar Rp 40 juta hingga Rp 60 juta per kilogram (Kg). Namun di Indonesia, harganya mencapai Rp 1,5 miliar per Kg.

Oleh sebab itu, ia meminta setiap pihak harus menghilangkan ego sektoral dalam memerangi narkoba. Karena kejahatan narkotika bukan kriminal biasa. “Ini kejahatan yang luar biasa, mari kita hadapi bersama-sama agar kejahatan ini bisa ditangani dengan baik,” ucapnya.

Terkait penangkapan sabu 1,6 ton pada Selasa (20/2) lalu, Eko mengatakan masih memeriksa para tersangka. Yakni tiga kru dan satu nakhoda kapal Penuin Union (MV Min Lian Yu Yun 61870), kapal yang membawa sabu tersebut.

Selain itu, Eko berjanji pihaknya akan mengejar bandar atau pemilik sabu 1,6 ton tersebut. “Kami akan tetap mencoba mengungkapkan siapa bos dari ke empat orang ini,” ucapnya.

Sayangnya, Eko mengaku saat ini pihaknya kesulitan mengorek informasi dari keempat tersangka. Sebab bandar Tiongkok biasanya menerapkan sistem jaringan terputus. Selain itu, bandar biasanya juga mengawasi keluarga para kurir.

“Jadi para kurir ini memilih dihukum berat daripada keluarganya terancam,” katanya.

Namun pihak kepolisian tidak hanya mengandalkan informasi dari keterangan keempat tersangka yang semuanya merupakan warga negara Tiongkok tersebut. Pihaknya akan memeriksa Voyage Data Recorder (VDR) kapal. Dengan membuka data yang ada di VDR, Eko yakin bisa memetakan daerah mana saja yang dilalui oleh kapal ini.

“Kami juga bisa memetakan perjalanan sabu ini dari Malaysia. Informasi ini bisa mendukung untuk penyelidikan selanjutnya,” ungkapnya. Pembukaan VDR ini, kata Eko, akan dibantu oleh pihak Bea Cukai Batam.

Dari pemeriksaan sementara, kapal yang membawa sabu seberat 1,6 ton rencananya akan merapat di Anyer, Banten. Setelah itu akan dilakukan transaksi di sebuah hotel di Jakarta.

Menurut Eko, sabu seberat 1,6 ton tersebut merupakan pesanan sejumlah bandar di Indonesia. “Banyak bandar, ini yang sedang coba kami selidiki,” katanya.

Eko menambahkan, sabu 1,6 ton tersebut dikirim dari Shenzen, Tiongkok. Terkait Shenzen, Eko mengatakan daerah itu termasuk tempat produksi narkoba terbesar di Tiongkok. Ia mengatakan, sudah pernah melakukan perjalanan di daerah itu.

“Daerahnya sangat padat, satu daerah itu saja penduduknya hampir sama dengan jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Sangat kesulitan untuk memetakannya,” tuturnya.

Kapal yang digunakan untuk menyelundupkan Sabu.

Penyelidikan kapal pembawa sabu ini, sudah dimulai pihak Bareskrim sejak 9 Januari lalu. Semuanya itu berawal dari informasi yang diterima, bahwa ada pengiriman sabu dalam jumlah besar dari Tiongkok ke Indonesia dalam waktu dekat.

Dari informasi ini, pihaknya mengumpulkan informasi lagi melalui polisi Taiwan maupun Tiongkok. Ternyata informasi ini akurat. Informasi baru kembali masuk, pengiriman sabu menggunakan modus kapal ikan.

“Saya bentuk empat tim. Tim satu di Anyer, tim dua di Tanjunglesung, tim tiga di Merak, dan tim empat di Batam,” tuturnya.

Tim empat, kata Eko berangkat ke Batam 15 Februari. Tim yang dikomandoi oleh AKBP Gembong Yudha, bergabung dengan tim Bea Cukai Kepri. Tim ini melakukan patroli dari Batam ke Anambas beberapa kali. “Bayangkan tim reserse harus naik kapal, dan menghadapi rintangan ombak setinggi 3 meter. Ada sedihnya dan lucunya juga, sampai muntah-muntah tim ini,” ungkapnya.

Patroli gabungan ini membuahkan hasil. Pada Selasa (20/2) kapal patroli BC Batam BC 20007 dan 7005 menemukan kapal yang diincar. “Hasil penyelidikan kami selama ini tidak sia-sia,” katanya. (ska)

Update