Jumat, 19 April 2024

Tumpukan Limbah B3 di Tanjunguncang Sejak Tahun 2014

Berita Terkait

Warga Antre Beli Gas Melon

Penerimaan Pajak April Lebihi Target

Warga melihat limbah perusahaan yang dibakar di Tanjunguncang, Batuaji, Rabu (14/2). Dibakarnya limbah ini mengganggu warga sekitar asap dan bau yang menyengat ke perumahan warga. F Dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Tumpukan limbah karet dan komponen elektronik atau PCB yang menggunung di bekas perusahaan scrab samping perumahan Bagaman, Tanjunguncang sudah ada sejak empat tahun yang lalu. Warga sekitar sudah berulang kali melaporkan keberadaan limbah berbahaya itu kepada instansi pemerintah terkait namun sampai saat ini belum ditindak lanjuti. Tumpukan limbah masih menggunung di bekas PT IBL itu.

Bahkan informasi yang didapat di lapangan, sebagian limbah tersebut sudah ditimbun di lokasi hutan bakau yang saat ini sedang ada proyek reklamasi untuk perusahaan galangan kapal.

“Tahun 2014 itu kalau nggak salah. Limbah PCB yang ditimbun di lahan reklamasi itu. Orang Bapedalda waktu itu pernah turun tapi tidak ada tindak lanjut. Padahal saat itu perusahaan scrab itu masih beroperasi,” ujar Hadi, warga Tanjunguncang, Selasa (27/2).

Saat awal penimbunan, warga sudah melakukan aksi protes sebab dianggap meruksan lingkungan hutan bakau. Aksi protes itu sempat ditanggapi pihak Bapedalda (sekarang Dinas Lingkungan Hidup) namun hanya sebatas mengecek ke lokasi. Limbah PCB dan karet yang dibenamkan itu diakui warga masih ada sampai saat ini sekalipun lahan hutan bakau itu sudah rata oleh proyek reklamasi.

“Masih lah pak. Nggak mungkin terurai limbah seperti itu. Itu plat komponen elektronik dari perusahan elaktronik sama karet balon untuk galangan kapal,” terang Hadi.

Sementara untuk limbah dibiarkan menggunung di lokasi bekas perusahaan scrab itu saat ini mulai berdampak kepada lingkungan sekitar. Jika musim hujan warga terserang penyakit gatal-gatal, sementara musim panas warga harus menghirup udara tak sehat. Tumpukan limbah PCB dan karet itu mengeluarkan aroma yang tak sedap dan menyengat. Parahnya lagi belakang tumpukan limbah itu sering dibakar oleh orang tak dikenal. Asap bakaran limbah membuat mata perih dan mengganggu sistem pernapasan warga.

“Perih asap bakaran itu. Sering dibakar memang,” tutur Saptono, warga lainnya.

Tumpukan limbah itu diakui Saptono sudah berulang kali disampaikan ke instansi pemerintah terkait, bahkan belakangan karena sering dibakar warga kembali menyampaikan hal itu ke pihak kecamatan Batuaji namun hasilnya tetap sama. Hingga kemarin tumpukan limbah itu masih dibiarkan begitu saja di lokasi bekar perusahaan scrab tersebut.

Diceritakan Saptono, tumpukan limbah yang diakui pihak DLH sebelumnya mengandung bahan berbahaya beracun (B3) itu milik PT IBL sebagai perusahaan scrab yang sudah tutup pada akhir tahun 2014 lalu. Namun semenjak beroperasi sejak tahun 2009 silam, perusahaan tersebut sudah menimbun limbah yang sama di depan perusahaan mereka. Saat tutup perusahaan tersebut tidak melakukan clrearing atau pembersihan.

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Herman Rozie saat kembali dikonfirmasi, Selasa (27/2) mengatakan pihaknya sudah menindak lanjuti keluhan warga itu. Petugas DLH turun ke cek ke lokasi dan tindak lanjutnya pihak perusahaan akan segera dipanggil. “Akan kami panggil pihak penyewa gedung (perusaahaan) itu yang sekarang ini, untuk mencari informasi lebih lanjut,” ujarnya. (eja)

Update