Selasa, 16 April 2024

Kapolda: Angka Kriminalitas di Kepri Menurun

Berita Terkait

Kapolri dan Menkeu menunjukkan barang bukti sabu

batampos.co.id – Kepolisian Daerah (Polda) Kepri memasuki usia ke 13 tahun pada hari ini, Sabtu (3/3). Di bawah komando Irjen Pol Didid Widjanardi, Polda Kepri akan meningkatkan pencegahan dan penindakan berbagai tindak kejahatan. Mulai dari perjudian, penyelundupan, penyalahgunaan narkotika, hingga tindak pidana korupsi.

Namun dalam program kerja 100 hari-nya, Irjen Didid Widjanardi fokus pada tiga jenis tindak kriminalitas. “Judi, narkoba, dan penyelundupan,” kata Didid saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (1/3).

Didid yang mulai bekerja sebagai Kapolda Kepri pada 29 November 2017 itu mengatakan, ia sudah melakukan sejumlah gebrakan. Beberapa tempat yang terindikasi dijadikan arena perjudian ditutup. Selain itu, pengungkapan kasus narkoba juga dilakukan secara masif.

Hingga saat ini sudah tak terhitung lagi jumlah narkoba, khususnya jenis sabu, yang telah diamankan pihak kepolisian. Selain itu, beberapa kapal penyelundup juga ditangkap jajarannya. Mulai dari kapal yang membawa barang bekas hingga narkoba.

Selain itu, untuk meningkatkan upaya pencegahan tindak kriminalitas, Polda Kepri juga menambah jadwal patroli keamanan. Khususnya untuk mengantisipasi terjadinya tindak kejahatan jalanan. Tak hanya jajaran polisi lalu lintas saja yang dikerahkan, tapi juga dari direktorat lain seperti Ditreskrimum, Ditreskrimsus, Ditshabara, dan Ditintelkam. Semua unit dikerahkan untuk menghadirkan polisi ditengah-tengah masyarakat.

“Hal ini demi menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. Sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman dalam beraktivitas di Kepri,” kata Didid.

Selain menciptakan rasa aman bagi masyarakat, peningkatan stabilitas keamanan itu dimaksudkan untuk ikut membantu pemerintah dalam memberikan kenyamanan bagi para pengusaha dan investor. Situasi keamanan yang kondusif diharapkan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para calon investor untuk menanamkan modalnya di Kepri.

Sehingga, kata Didid, perekonomian di Kepri terus tumbuh. Ujungnya, masyarakat akan semakin sejahtera.

Selain judi, penyelundupan, dan penyalahgunaan narkotika, Polda Kepri di bawah kepemimpinan Didid juga konsen menangani kasus korupsi. Didid mencatat, sepanjang tahun 2017 lalu Polda Kepri telah menangani sebanyak 29 kasus korupsi. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan tahun 2016 yang hanya 9 kasus saja. Penyelesaian kasus ini juga meningkat drastis.

“Kami telah menyelesaikan 26 kasus tindak pidana korupsi sepanjang 2017,” katanya.

Tahun 2017, kata Didid, pihaknya tidak berhasil menyelamatkan uang negara. Namun pada tahun 2016 Polda Kepri suksesmenyelamatkan uang negara sebesar Rp 3,8 miliar. Prestasi dalam penanganan tindak pidana korupsi ini akan terus ditingkatkan. Dan ia berharap dengan adanya tindakan tegas dari pihak kepolisian, tidak ada lagi oknum-oknum pejabat yang mencoba menyelewengkan uang negara.

Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu menegaskan angka kriminalitas umum di Kepri sepanjang 2017 lalu turun jika dibandingkan tahun sebelumnya. Dia mencatat, tahun 2017 ada 3.510 kasus kriminalitas umum atau konvensional. Sementara pada 2016 lalu tercata ada 5.362 kasus.

“Kejahatan trans-nasional seperti money laundering (pencucian uang, red), traficking menurun. Tapi untuk cyber crime meningkat. Kami sudah mengambil beberapa kebijakan untuk meredam kejahatan cyber crime ini,” tuturnya.

Berbeda dengan kejahatan konvensional atau umum yang turun, jumlah kasus konflik sosial di Kepri justru cenderung meningkat. Sepanjang 2017 lalu tercatat ada 78 konflik sosial.

“Tahun (2016) lalu itu cuman 68 konflik sosial,” tuturnya.

Sementara itu jumlah aksi unjuk rasa juga mengalami penurunan. Tahun 2016 terjadi sebanyak 94 aksi unjuk rasa, sedangkan 2017 lalu hanya 76 aksi saja. Dan sepanjang tahun 2017 itu, setiap aksi unjuk rasa berlangsung damai.

“Pihak kepolisian berusaha agar aksi ini tidak anarkis. Kami melakukan pendekatan, sehingga setiap aksi selalu berlangsung aman,” ungkapnya.

Kejahatan yang berhubungan dengan kekayaan negara seperti penambangan ilegal dan pencurian ikan mengalami penurunan. Tahun 2016 lalu ada 37 kasus. Sementara tahun 2017 turun menjadi 34 kasus saja.

Didid mengatakan pihaknya juga berhasil menekan angka kecelakaan lalu lintas dengan menggalakkan sosialisasi keamanan berkendara (safety riding) ke masyarakat. Selain langkah itu, pihaknya juga melakukan tindakan tegas dengan melakukan razia.

“Tahun 2016 itu tercatat 1.023 kasus kecelakaan lalulintas, tahun 2017 hanya 817 kasus saja,” ungkapnya.

Tidak hanya kasus kecelakaan lalulintas saja turun, jumlah korban kecelakaan juga berkurang. Tahun 2016 sebanyak 194 orang meninggal dunia, sedangkan tahun 2017 turun menjadi 149 orang meninggal akibat kecelakaan lalulintas.

“Begitu juga dengan korban luka berat,” tuturnya.

Selain meningkatkan keamanan, Didid mengatakan pihaknya juga terus berupaya memperbaiki pelayanan publik. Berbagai inovasi yang telah dibuat untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat. “Kami membuat beberapa aplikasi online seperti Sam Lantas Kepri. Masyarakat bisa mengecek informasi kendaraan bermotor, ini bodong atau tidak,” ungkapnya.

Didid mengakui, di awal tahun 2018 ini ada beberapa kasus cukup menyedot perhatian. Salah satunya pengungkapan kasus penyelundupan sabu seberat 1 ton 30 kilogram dan 1,6 ton. Narkoba asal Tiongkok ini berhasil diungkap atas kerja sama Mabes Polri, Polda Kepri, dan Bea Cukai.

“Ke depannya kami akan meningkatkan pengawasan dan pengamanan. Sehingga Kepri menjadi lebih aman,” katanya. (ska)

Update