Sabtu, 20 April 2024

Pak Menteri, Kunjungan Wisman ke Batam Turun

Berita Terkait

Turis Singapura menaiki boat pancung yang akan sandar di Pelabuhan Boat Pancung, Sekupang, Jumat (9/3). Turis ini pulang dari pantai Telunas terletak di pulau Sugi bersebelahan dengan Pulau Batam, yang telah masuk Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun. Sabtu dan Minggu turis banyak liburan di Batam. |. Dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 115.551 kunjungan wisatawan asing ke Kota Batam pada Januari 2018. Ini menurun sebesar 40,07 persen, atau 77.245 kunjungan dibandingkan Desember 2017.

Kepala BPS Kepri Panusunan Siregar mengatakan, penurunan jumlah kunjungan wisman disebabkan oleh pergeseran musim berlibur. Menurutnya, Januari bukanlah musim kebanyakan wisatawan berpelesir, seperti halnya Desember.

“Memang akhir tahun jadi puncak kunjungan wisman,” kata Panusunan, kemarin.

Bila dibandingkan kunjungan wisman pada Januari 2017 lalu yang sebanyak 129.318, jumlah kunjungan wisman periode yang sama tahun ini juga mengalami penurunan sebesar 10,65 persen atau turun 13.767 kunjungan wisman.

Berdasarkan negara penyumbang wisman, struktur sumbangannya tak berbeda banyak dengan bulan sebelumnya, yakni masih didominasi wisman Singapura dengan 60 ribu kunjungan. Disusul wisman kebangsaan China, 19 kunjungan.

Dari sisi Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang rata-rata 48,99 persen atau turun 10,92 poin dibandingkan Desember 2017 lalu yang sebesar 59,91 persen. Selanjutnya, bila melihat klarifikasinya, TPK tertinggi dibanding kelas hotel berbintang lainnya, didominasi oleh hotel bintang empat yakni 54,55 persen.

“Rata-rata lama menginap sebanyak 2,15 hari atau naik 0,37 poin ketimbang Desember 2017,” sebut Panusunan.

Sementara itu, anggota Komisi II DPRD Batam, Uba Ingan Sigalingging menilai, pemerintah daerah sudah seharusnya memikirkan bagaimana wisman menjadi betah di Batam. Sehingga rata-rata lama menginap wisman pun bisa lebih lama. Bila dilihat rata-rata saat ini yakni, 2,15 hari tentu sangat singkat, hal ini bisa saja karena tidak wisata yang bisa dijual di Batam, sementara event bertaraf nasional pun dinilai sangat minim.

“Bandingkan dengan Bali, satu minggu tak cukup waktu berlibur, karena banyaknya wisata yang dikunjungi. Belum lagi pergelaran even, yang menurut saya juga harus bisa diterapkan di Batam. Banyak kok wisata yang bisa kita jual. Artinya tinggal kemauan pemerintah daerah khususnya dinas terkait mengembangkannya,” katanya. (rng)

Update