Selasa, 19 Maret 2024

BRI Deteksi 300 ATM Kena Skimmer

Berita Terkait

batamops.co.id – Direktur Digital BRI Indra Utoyo mengatakan, BRI telah mendeteksi sekitar 300 mesin automated teller machine (ATM) yang berpotensi terkena skimmer. BRI pun segera meningkatkan keamanan pada mesin-mesin ATM tersebut dengan memprioritaskan pemasangan alat anti skimmer yang lebih canggih. Namun alat anti skimmer yang lebih  canggih itu pada dasarnya juga akan dipasang di semua mesin ATM BRI.

BRI juga telah men-default setting-an semua kartu ATM Simpedes BRI menjadi tidak bisa ditransaksikan dari luar negeri. Ada sekitar 35 juta kartu yang layanan transaksi luar negerinya dinonaktifkan. Jika ada nasabah yang butuh transaksi luar negeri, bisa mendatangi bank agar diubah setting-annya. Sementara untuk produk kartu lain seperti Britama, BRI Prioritas dan lain-lain masih bisa bertransaksi luar negeri.

“Kami juga akan migrasi dari kartu berteknologi magnetic stripe ke chip. Kalau yang transaksi luar negeri itu kami lakukan karena ada deteksi transaksi dari Hungaria, Spanyol, Yunani, Italia dan negara-negara lainnya di Eropa,” ujar Indra saat diskusi bersama media, Sabtu(17/3).

Kartu debit yang memakai chip memang hanya diberikan kepada nasabah baru. Sementara untuk nasabah lama, semuanya masih memakai magnetic stripe. Hanya kartu kredit yang semuanya sudah memakai chip. Migrasi dari magnetic stripe ke chip ditargetkan akan mencakup 30 persen dari kartu debit BRI tahun ini, dan diharapkan bisa 100 persen tahun depan.

Indra mengimbau agar nasabah berhati-hati dalam bertransaksi. Beberapa cara pencegahan itu antara lain nasabah harus sering gonta-ganti personal identification number (PIN). Hal ini penting agar ketika kemungkinan terburuk kartu terkena skimming, pelaku kejahatan tidak bisa mentransaksikan kartu duplikat yang dimilikinya.

Selain itu, nasabah juga perlu menutupi jarinya ketika memencet keypad angka di mesin ATM dan electronic data capture (EDC). Meskipun sudah ada tudung penutup jari yang dipasang di mesin-mesin itu, nasabah tetap perlu menutup jari karena terkadang skimmer dapat berupa kamera kecil yang dipasang di dalam tudung keypad tersebut.

Indra juga mengungkapkan, BRI bersama pihak berwajib telah menemukan sindikat pelaku kejahatan yang memanfaatkan e-commerce. Beberapa waktu lalu, beredar pesan Whatsapp mengenai notifikasi one time password (OTP) dari BRI untuk bertransaksi di Ayopop.com. Padahal, penerima SMS tersebut bukan pengguna Ayopop dan tidak melakukan transaksi lewat Ayopop.

“Sudah kami temukan pelakunya dari Palembang, orangnya sekampung. Banyak,” ujar Indra.

Mantan Direktur PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) itu menuturkan, pelakunya belum ditangkap karena jumlahnya sangat banyak dan mereka saling bekerja sama. BRI dan pihak kepolisian masih berupaya untuk membongkar kasus ini lebih dalam dan melakukan penangkapan.

Seorang warga saat akan melakukan transaksi di ATM BRI di Batamcenter, Rabu (14/3). F Cecep Mulyana/Batam Pos

Menurut Indra, ada beberapa e-commerce yang dimanfaatkan oleh pelaku, antara lain Ayopop dan Paprika. BRI sendiri sudah berkoordinasi dengan e-commercer terkait untuk mengatasi masalah ini dan mencegah timbulnya masalah baru.

Indra berpesan agar masyarakat berhati-hati dalam bertransaksi secara online. Bila nasabah tidak bertransaksi secara online tapi menerima SMS kode pengaman, atau kode otentikasi atau kode pengaman berupa password seolah-olah dari BRI, abaikan dan hapus pesan tersebut karena itu adalah penipuan. Selain itu, jangan pernah memberikan 3 angka di belakag kartu pada siapa pun meski ada orang mengaku dari BRI. “BRI tidak pernah menelepon dan meminta kode dan informasi apa pun dari nasabah,” tutupnya.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menambahkan, jumlah kasus penipuan yang menyangkut penggunaan kartu di bank yang dipimpinnya, tidak banyak. Dia mengungkapkan, kasus penipuan dengan metode skimming melalui mesin ATM bagi para pengguna kartu ATM Mandiri, sudah menurun drastis sejak tiga tahun lalu. Dia menekankan, selama ini pihaknnya telah melakukan sejumlah langkah pengamanan. Diantaranya, semua pintu masuk kartu ATM di mesin ATM Mandiri, tidak bisa dipasang alat skimming. Selain itu, kamera CCTV di setiap mesin ATM selalu standby dan sekaligus ada patrol pengamanan yang rutin memantau.

“Dengan pengamanan yang sifatnya tradisional (patroli dan CCTV) ini juga sebenarnya sudah drastic turunnya (kasus fraud atau skimming. Tapi memang ada juga orang memasang alat untuk merekam pin, ini kan namanya fraud, jadi kita juga ubah pola (pengamanan) kita. Jadi disbanding 2-3 tahun lalu, insiden (pembobolanATM) sudah jauh turun. Justru kita lebih kenceng lagi dengan masalah di online, ini yang sekarang kita lagi kawal bener,”jelasnya.

Kasus pembobolan ATM BRI dengan metode skimming mengancam reputasi perbankan. Risiko reputasi atau reputational risk tersebut harus segera diatasi pihak perbankan terkait, yakni BRI, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan juga pulih. Project Consultant Asian Development Bank (ADB) Eric Sugandi menuturkan dampak jangka pendek terkait kasus skimming tersebut adalah reputational risk. Hal tersebut juga harus menjadi perhatian bank-bank lainnya sehingga peristiwa serupa tidak terulang.

“Dampak kasus ini adalah reputational risk pada banknya, karena menyangkut kepercayaan nasabah. Karena itu, semua bergantung pada seberapa cepat bank tersebut memitigasi kejadian ini. OJK (Otoritas Jasa Keuangan) juga harus mendorong bank-bank untuk lebih meningkatkan keamanan penggunaan kartunya dan juga mendorong mereka lebih siap dengan risiko-risiko semacam ini (skimming),”jelasnya, Sabtu (17/3).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman Zainal menuturkan, terkait kasus tersebut, pihaknya telah meminta perbankan untuk semakin meningkatkan aspek keamanan dari kartu debit maupun kredit yang digunakan. Salah satu yang dianjurkan BI adalah penggunaan kartu berbasis chip, sebab hal tersebut telah diatur dalam ketentuan BI tentang National Standar Indonesian Chip Card Specification (NSICCS). Sebagai informasi, penerapan pemenuhan chip tersebut dilakukan bertahap, pada 2018 targetnya hanya 30 persen, tahun depan meningkat  menjadi 50 persen, tahun 2020 menjadi 80 persen dan baru pada 2020 diharusnya menerapkan chip hingga 100 persen.

Agusman menekankan, disamping himbauan untuk segera menerapkan penggunaan chip tersebut, BI juga telah menindaklanjuti laporan terkait kasus tersebut, dengan melakukan pemanggilan terhadap pihak-pihak penerbit kartu kredit. Namun, dia belum bersedia menyebutkan dengan detal berapa jumlah pihak yang dipanggil. Dia hanya menegaskan bahwa proses pemanggilan tersebut telah dijalankan dan masih berlangsung hingga saat ini.

”BI memantau dan menindaklanjuti adanya laporan atau terjadinya fraud atau skimming dengan memanggil pihak-pihak penerbit maupun acquirer untuk meningkatkan pengamanan dan  edukasi dalam rangka  perlindungan konsumen. Ini sudah kita lakukan dan akan terus kita lakukan. Dari pertemuan itu, kita minta mereka melakuka langkah-langkah perbaikan dan itu juga harus dilakukan terus menerus,” tegasnya saat dihubungi, kemarin.
(ken/rin)

Update