Selasa, 23 April 2024

Warga Bentrok Dengan Pekerja Proyek Pematangan Lahan

Berita Terkait

Seorang ibu berisitegang dengan pengembang di Kampung Seibinti, Sagulung, Senin (19/3). Hiterisnya ibu ini akibat pengembang mau menimbun kolam dan sumur warga yang akan dijadikan perumahan. Warag dan pengembang akhirnya bentrok gara-gara penimbunan kolam dan sumur buat kebutuhan sehari-hari ini. F. Dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Keributan terjadi di lokasi pematangan lahan di Kampung Seialeng RT01/RW12, Kelurahan Seibinti, Sagulung, Senin (19/3) pagi. Puluhan warga berdiam di sekitar lokasi pematangan lahan itu menolak penutupan kolam yang menjadi lokasi sumber air mereka oleh pihak proyek. Aksi protes warga ini berlangsung memanas sebab warga sempat bentrok dengan pihak proyek. Warga dan pekerja bahkan terlibat adu fisik yang menyebabkan Ikhlas seorang warga harus dilarikan ke rumah sakit. Ikhlas dinformasikan mengalami patah tangan akibat bentrokan itu.

Informasi yang didapat di lapangan, bentrokan terjadi ketika dua alat berat beko dari pihak proyek mencoba menimbun kolam yang ada di bagian depan pemukiman liar warga itu. Warga tak rela jika kolam tersebut ditimbun sebab kolam itu satu-satunya sumber air warga di sana. Beberapa wanita sambil menggendong bayi lantas memblokade lokasi kolam yang akan ditutup . Namun aksi blokade ibu-ibu dan balita itu tak digubris pihak proyek yang jumlahnya belasan orang. Mereka terus mengerahkan alat berat untuk menimbun kolam dan ibu-ibu yang memblokade nyaris tertimbun tanah.

Situasi itu menyulut kemarahan warga lainnya. Sejumlah pria dewasa secara spontan menyerang pihak proyek dan mengancam akan membakar dua alat berat tersebut. Suasana begitu mencekam. Aksi kejar-kejaran hingga lempar-lemparan sempat terjadi. Ibu-ibu yang semula sudah memblokasi lokasi kolam ikut memanas dan menyerang pekerja dengan tanah dan batu. Balasan dari pekerja membuat suasana semakin panas.

Ketegangan itu berlangsung sekitar 30 menit dan ironisnya tak ada petugas keamanan atau perangkat RT/RW setempat yang datang menengahi. Keributan baru redam saat sejumlah toko masyarakat dari sekitaran Seibinti datang menenangkan situasi. Toko masyarakat setempat memintah agar pihak proyek mundur dari lokasi proyek tersebut. Karena suasana semakin panas dan warga semakin ramai berdatangan, pihak proyek akhirnya mundur ke belakang perumahan Tunas Regency.

Desma seorang warga menuturkan, aksi protes warga tersebut cukup beralasan. Warga pada dasarnya tak menghalangi aktifitas pematangan lahan itu, namun karena menutup kolam sebagai sumber air membuat mereka marah dan tak terima.

“Rumah kamipun mau digusur silahkan, tapi selesaikan dulu kesepakatan terdahulu,” ujar Desma.

F. Dalil Harahap/Batam Pos

Menurut Desma sesuai kesepakatan awal dengan pihak proyek, kawasan pemukiman liar tersebut memang diperbolehkan untuk digusur. Itu karena pihak proyek yang mengaku sebagai pemilik lahan telah menyepakati uang saguh hati dan pemberian kaveling sebagai ganti tempat tinggal warga. Kesepakatan itu disetujui warga namun belakangan muncul persoalan baru sebab alokasi lahan kaveling yang akan diberikan kepada warga merupakan lokasi rawa-rawa yang rawan banjir.

“Lahannya di dekat galangan kapal sana (Seilekop). Lahannya belum ditimbun macam mana kami bangun rumah. Itukan lokasi rawa-rawa,” tutur ibu tiga anak itu.

Karena persoalan itu warga setempat bertahan dan memintah agar kolam tersebut jangan dulu ditutup. “Kami minta sampai kami pindah ke sana dulu baru tutup. Kami mau pindah asalkan lahan disana dimatangkan dulu. Masa mau tinggal diatas genangan air,” tuturnya.

Pihak kepolisian Sagulung yang datang ke lokasi setelaha kericuan terjadi akhirnya membawa sejumlah warga dan pekerja proyek tersebut ke Mapolresta Barelang untuk dimintai keterangan. “Saya belum bisa kasi komentar. Ini mau dibawa ke Polres dulu,” ujar Kapolsek Sagulung AKP Hendrianto di lokasi kejadian.

Camat Sagulung Reza Khadafi menyayangkan keributan itu. Dia berharap agar kedepannya pihak proyek tak lagi arogan menghadapi masyarakat seperti itu. “Saya akan berbicara dengan pihak proyek. Bagaimanapun tak boleh pakai cara kekerasan,” ujar Reza. (eja)

Update