Selasa, 19 Maret 2024

Jadikan Lapas Barelang Sebagai Lapas produktif

Berita Terkait

Lembaga Pemasyarakat (Lapas) merupakan rumah tahanan bagi penjahat. Anggapan itu tentu saja benar. Namun, tingginya tembok penjara, ketatnya penjagaan, tak membatasi ruang gerak mereka. Nyatanya, mereka bisa produktif bahkan menghasilkan rupiah lewat program pembinaan Lapas.

Udara kota Batam cukup panas, Rabu (21/3). Pagi, sekitar pukul 11.00 WIB, warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Barelang, Batam tampak beraktivitas seperti biasa. Di antara mereka ada yang sedang duduk, bercengkrama sesama tahanan, ada yang menyendiri, termenung, merindukan keluarganya.

Di sisi lain, di sebuah gedung, bernamakan Sultan Mahmud Badaruddin, terlihat beberapa narapidana sibuk. Aktivitas mereka beragam, mulai dari mencuci, menyetrika hingga ada yang mengemas pakaian ke dalam plastik.

Saat memasuki ruangan itu, aromanya cukup berbeda. Baunya wangi, parfum menyeruak. Sementara, di pojok ruangan, disisi kanannya, ada tiga orang lelaki sedang bekerja. Mereka terlihat tengah menggosok pakaian. Wajah mereka ramah, menyungging senyuman saat Batam Pos menyapa. “Pakaian pelanggan mbak,” sambut Saiful, ramah.

Di lantai satu, ruangan berukuran 15×15 meter persegi inilah Lapas Barelang membuka bisnis laundry. Dibekali dua mesin cuci berukuran tujuh kilo dan 15 kilogram, para tahanan diberi pekerjaan, mereka disuruh mengelola bisnis itu hingga masa hukuman selesai.

Saiful narapidana narkoba itu menjadi salah satu yang mengelola bisnis laundry, bersama dengan 13 rekan sesama tahanan lainnya. Di bisnis itu, mereka membagi pekerjaan. Ada yang menjemput pakaian, menimbang berat pakaian, mencuci, menjemur, menggosok hingga mengantarkannya lagi. Nah, Saiful sendiri dipercaya sebagai tukang gosok pakaian. Bersama dua rekan lainnya.

Tangan mereka terlihat terampil dan cekatan. Pakaian yang semula kusut, menjadi licin dan harum. Dalam sehari, mereka bisa menggosok pakaian hingga 70 kilogram. “Jika cuaca bagus, badan kami fit, kami bisa menyelesaikan pakaian itu dalam sehari,” ucap pria 37 tahun ini.

Warga Binaan Lapas Batam Kelas IIA, Tembesi, Sagulung membuat roti yang dinamakan Roti Cinta Creatifitas Insan Pemasyarakatan, Selasa (20/3). Pekerja yang terlibat membuat roti ini 8 orang dan bisa memproduksi 300 pcs per hari. Dan dipasarkan didalam lapas dan warung sekitar lapas dan bermacam rasa, rasa coklat, kacang ijo, dan kelapa. | Dalil Harahap/Batam Pos

Saiful sendiri, mengaku bisa melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan perempuan itu dengan mengikuti pelatihan. Pelatihnya langsung dari Dinas Sosial.

“Sudah dua kali ikut. Pelatihan langsung praktek” katanya.

Saiful bersama 13 rekannya mengelola bisnis itu dengan serius. Hal itu dibuktikan dengan penghasilan yang mereka dapatkan setiap bulan. “Penghasilan kami tak tentu. Tapi paling tinggi kami dapat Rp 4 juta setiap bulan,” sebutnya.

Penghasilan sebesar itu mereka bagi rata kepada 14 orang pekerja. Artinya, masing-masing mereka bisa mengantongi uang sebesar Rp 300 ribu. “Paling sedikit kami dapat Rp 150,” jelas pria yang dijatuhi hukuman delapan tahun penjara ini.

Maswadi, tahanan lain yang dipercaya mengelola laundry mengaku mendapat berkah. Penghasilan yang ia dapat dari mengelola laundry itu bisa ia gunakan untuk keperluannya. Tanpa perlu meminta kepada keluarganya, Mawasdi sudah bisa memenuhi kebutuhannya selama di dalam Lapas. Yakni sekedar untuk ‘ngopi’ ataupun ‘jajan’.

“Alhamdulillah. Nggak nyusahin keluarga lagi,” kata pria 49 tahun ini.

Sementara Kalapas Barelang Surianto mengatakan bisnis laundry dimulai sejak tahun 2017 lalu. Ide bisnis itu tercipta karena ia ingin mempunyai gebrakan yang bisa diakui masyarakat umum.

“Saya ingin mereka kreatif dan produktif,” kata pria asal Sulawesi Selatan ini.

Setidaknya, ada 10 unit kegiatan di dalam Lapas. Programnya bermacam-macam, ada bengkel las, produksi roti, pabrik pembuat tempe, kerajinan dan lainnya.

Dia mengatakan, meski di dalam penjara, tidak ada batasan berkreativitas. Bahkan kreativitas ini bisa menjadi bekal warga binaan setelah bebas nanti.

“Nanti mereka bisa bekerja ataupun buka usaha seperti yang mereka lakukan di dalam Lapas,” katanya.

 

Yulianti- Tembesi

Update