Kamis, 25 April 2024

BNNP Kepri Imbau Orang Tua Periksakan Anak ke BNN sebab …

Berita Terkait

Petugas BNNP Kepri mengawal para tersangka narkoba saat ekspos di Kantor BNNP Kepri di Nongsa, Selasa (17/4). Petugas BNNP Kerpri mengamankan barang bukti sabu 3.440,5 gram dengan tersangka 7 orang. | Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos.co.id – Selama beroperasi dua tahun, jumlah pelanggan kedai sabu milik A di Bengkong Permai RT I RW 2 Blok A Nomor 5 diperkirakan mencapai ribuan anak atau remaja usia sekolah. Apalagi paket konsumsi sabu secara langsung itu terbilang murah, Rp 50 ribu untuk tiga kali hisap dan berlaku kelipatannya.

Jika merujuk jumlah remaja yang diamankan saat penggerebekan kedai tersebut, Senin (16/4) lalu, yang mencapai sembilan anak (semua positif mengkonsumsi sabu), maka bila dirata-ratakan pelanggan yang datang sembilan anak per hari, sebulan bisa 270 anak. Jika dikalikan dua tahun, maka bisa menembus angka 6.480 anak. Jika diambil 20 persen saja dari jumlah itu karena ada pelanggan sama berulang datang mengkonsumsi, angkanya tetap di atas 1000-an anak.

Begitupun jumlah sabu yang dihabiskan dalam sehari. Jika merujuk pada barang bukti yang tersisa yang diamankan BNN saat penggerebekan, yakni 0,70 gram, maka kalau sehari saja menghabiskan 0,70 gram, sebulan bisa 21 gram. Jika dikalikan dua tahun bisa sampai 504 gram. Namun bisa jadi lebih besar dari angka itu. Tergantung seberapa banyak pelanggan dan seberapa sering mereka datang mengkonsumsi sabu.

“Angka pastinya jumlah pelanggan dan jumlah konsumsi sabu yang sudah dihabiskan selama dua tahun ini belum bisa kami dapat, karena pemilik kedai ini sekarang irit bicara. Ngakunya sedikit-sedikit saja. tapi kami akan terus korek informasi dari dia,” ujar Kepala BNNP Kepri Brigjen Pol Richard Nainggolan, Rabu (18/4).

Richard juga mengatakan penting bagi BNN untuk mengetahui data dan jumlah pelanggan kedai sabu itu karena BNN akan memetakan langkah-langkah yang akan diambil untuk memutus ketergantungan anak-anak yang menjadi pelanggan kedai sabu itu.

“Jangan sampai mereka kecanduan. Kalau kecanduan mereka bisa cari di tempat lain,” ujar Richard.

Karena A masih bungkam, langkah yang diambil saat ini oleh BNN adalah, meminta kesadaran para orang tua di Batam, khususnya di sekitar kedai sabu untuk menanyakan ke anak-anak mereka, apakah pernah jajan sabu di kedai tersebut atau tidak.

“Kalau jawaban anak pernah jajan di kedai itu, segera bawa ke BNNP Kepri untuk diperiksa kadar ketergantungannya. Jangan sampai terlambat. Bahaya kalau sudah jadi pecandu akut,” kata Richard.

Orang tua tak perlu khawatir jika datang membawa anaknya memeriksakan diri di BNNP Kepri. Richard menjamin anak tersebut tidak akan diproses hukum, meski hasil pemeriksaan menunjukkan pernah mengkonsumsi sabu dan sudah mulai ketergantungan.

“Kami meminta ini demi mengantisipasi saja. Saat ini masih belum terlambat. Kalau hasil positif narkoba, saya berjanji anak-anak yang datang ke sini tidak akan di proses hukum,” tegasnya.

Richard mengatakan, anak-anak yang sudah terlanjur pernah mencicipi narkoba hingga ketergantungan, tidak memerlukan hukuman penjara. Mereka mnembutuhkan pengobatan melalui rehabilitasi di BNNP Kepri dan LOKA Rehab Nongsa.

“Kami lakukan ini, agar anak tersebut bisa berhenti mengguna narkoba. Dan tidak coba-coba narkoba melalui cara lainnya. Mari tes urine di sini, kerahasiaan identitas anak kami jamin,” ujar Richard.

Richard bahkan membuka peluang tes urine itu bukan hanya dari kalangan pelanggan kedai sabu tersebut, tapi dari mana saja. Orang tua yang curiga anaknya pernah mengkonsumsi narkoba bisa bawa anaknya tes urine di BNNP Kepri. “Sekali lagi untuk antisipasi, jangan sampai jadi pecandu akut,” tegasnya.

Lalu bagaimana nasib sembilan anak yang diamankan dari kedai sabu Bengkong saat penggerebekan? Richard mengatakan kesembilan anak itu positif menggunakan sabu. Saat ini, kesembilan anak ini masih menjalani assement untuk menentukan tingkat kecanduannya. “Apakah rendah, sedang, atau sudah tinggi,” ujarnya.

Assement tersebut sangat penting karena menyangkut tindakan rehabilitasi yang dibutuhkan anak-anak remaja tersebut.

Sebelumnya, Richard membeberkan bandar dan jaringan narkoba saat ini pasarnya tak hanya menyasar orang dewasa, tapi semua kalangan. Termasuk pelajar. Bahkan, data BNN menunjukkan, dari 26 ribu pecandu narkoba aktif di Kepri, 20 persen dari kalangan remaja dan mahasiswa. jumlahnya sekitar 5.200 orang.

Kondisi ini cukup mengkhawatirkan. Ia berharap peran aktif masyarakat membantu BNN dan kepolisian memberantas peredaran narkoba. “Kami sudah bentuk relawan anti narkoba di lingkungan pendidikan, keluarga, dan masyarakat,” ungkapnya.

Di bentuknya relawan ini, bertujuan mempersempit ruang gerak para bandar narkoba di Kepri. “Program ini kami jalankan terus, continue,” ucapnya.

Selain itu, ia berharap juga bantuan dari pemerintah daerah agar berperan aktif memberantas peredaran narkoba di Kepri, Batam khususnya. “Bila semua bergerak, tentunya pencegahan narkoba ini bisa lebih baik lagi,” tuturnya.

Kepedulian Warga Minim

Ketua Komisi I DPRD Batam bidang hukum dan pemerintahan, Budi Mardiyanto, mengatakan penggerebekan kedai sabu di Bengkong yang menyajikan sabu langsung pakai dengan tarif murah yang menyasar remaja usia sekolah, menunjukkan kecilnya kepedulian dan peran perangkat pemerintah di lingkungan setempat, seperti RT/RW. Sehingga mereka tak tahu di lingkungannya terdapat kedai yang menyajikan narkoba untuk remaja usia sekolah, padahal kedai itu sudah dua tahun beroperasi.

“Atas kejadian tersebut, seharusnya antarwarga atau tetangga harus sudah saling peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Kalau ada hal yang janggal atau mencurigakan, segera dicari tahu,” ujar Budi.

Selain itu, yang utama adalah faktor pengawasan dan kepedulian orang tua terhadap pergaulan anaknya di luar yang sangat minim sekali. Sehingga anak bisa sampai mengenal narkoba hingga ketagihan mengkonsumsinya.

Hal yang sama juga dikatakan anggota Komisi I DPRD Batam lainnya, Harmidi. Atas kejadian tersebut, menurutnya, bisa jadi momentum untuk menghidupkan kembali kegiatan pengawasan di lingkungan masyarakat yang dipelopori perangkat RT/RW.

“Kalau di masyarakat, kuncinya di RT/RW lah yang harus mampu mengajak warganya untuk lebih peduli. Jangan cuek. Kalau cuek ya kejadian seperti di Bengkong itu, ada kedai sabu sudah beroperasi dua tahun dengan pasar anak sekolah, tapi tak ketahuan,” ujar Harmidi mengakhiri.

(gas/ska/eja)

Update