Kamis, 25 April 2024

Sulit Mencari Kerja di Batam

Berita Terkait

Ilustrasi pencari kerja

batampos.co.id – Selama tiga tahun belakangan ini, Disnaker Kota Batam mencatat lebih banyak jumlah pencari kerja dibandingkan jumlah lowongan pekerjaan. Meski begitu, Batam tetap bagaikan gula yang terasa manis dan terus didatangi semut.

Ratusan pencari kerja duduk mengobrol di Multi Purpose Hall (MPH) Batamindo, Mukakuning, Jumat (27/4) pagi. Mereka duduk berkelompok. Sesekali perhatiannya tertuju pada papan pengumuman lowongan kerja di aula MPH tersebut. Ada empat papan lowongan kerja berwarna hijau di tiang penyangga aula terbuka itu. Namun hanya ada satu lembar iklan lowongan kerja dari salah satu bank swasta. Selebihnya, tiga lembar iklan sosial.

Di antara kerumunan pencari kerja itu, Novendra Rajagukguk, 21, duduk terpisah. Wanita berbadan mungil ini menanti-nanti lowongan kerja yang bakal ditempelkan di papan pengumuman. Namun hingga satu jam lebih, tak ada satupun iklan lowongan kerja baru. Matanya kemudian berbinar ketika seorang staf penerimaan dari PT Tunas Karya Indoswasta menyampaikan kabar pelatihan untuk bekerja di hotel.

Novendra yang sudah membawa surat lamaran kerja dan dokumen lainnya segera mendekat. Ia mendengarkan penuturan staf tersebut dan menanyakan kualifikasi peserta yang diterima untuk pelatihan. Setelah mendengar syarat tinggi badan, ia melangkah mundur.

“Katanya yang diterima hanya yang bertinggi badan 155 cm ke atas karena akan bekerja di hotel. Saya cuma 150 cm,” kata Novendra tersenyum malu-malu.

Novendra sudah dua kali mendatangi MPH Batamindo untuk mencari lowongan kerja. Tetapi sangat sulit menemukan lowongan kerja. Jangankan lowongan kerja yang sesuai kualifikasinya, pekerjaan yang tidak menyaratkan tinggi badan pun jarang ia temukan di papan pengumuman.

“Saya sudah dua kali ke sini sejak tiba di Batam. Katanya di sini (Batamindo) banyak lowongan kerja,” ujar wanita asal Sumatera Utara ini.

Novendra memang baru di Batam. Baru beberapa pekan. Namun ia sudah merasakan sulitnya mencari kerja. Padahal ia sudah memiliki pengalaman kerja di kampung halamannya, bahkan di Singapura. Ia menguasai bahasa Inggris dan Mandarin. Cerita adiknya yang lebih dulu datang ke Batam lah yang membuat ia ikut merantau ke Batam. Ia berharap mendapatkan gaji yang lebih besar daripada di kampung halamannya.

“Di kampung UMR-nya rendah. Kata adik saya di sini (Batam) gajinya tinggi,” tutur wanita lulusan SMK jurusan Akuntansi ini.

Habibi, 29, lebih lama merasakan sulitnya mencari pekerjaan di Batam. Dua tahun ini tak satupun pekerjaan yang didapatkan setelah mengirim lowongan kerja. Ia terpaksa bekerja serabutan untuk memenuhi biaya hidup sehari hari di Batam. Kadang ia bekerja membuat teralis dan terkadang jadi sopir taksi. Hanya untuk membeli makan.

“Untuk makan cukuplah. Tapi kadang juga harus puasa,” ujar pria lulusan salah satu perguruan tinggi di Sumatera Barat ini.

Habibi merantau ke Batam tiga tahun lalu karena masih menganggap Batam bakal mewujudkan mimpinya punya pekerjaan dan penghasilan sendiri. Awalnya, dia optimistis. Namun begitu mengirim lamaran atau membawa langsung lamaran ke beberapa perusahaan di Batam, tak banyak yang merespon. Terlebih tak banyak lowongan kerja seperti cerita yang didengar dari saudara-saudara dan sekampungnya.

“Katanya kalau gak pakai duit dan gak ada orang dalam di perusahaan memang sulit (mendapatkan pekerjaan),” kata Habibi menceritakan pengalamannya saat awal-awal mencari kerja di Batam.

Ia kemudian mendapatkan pekerjaan, tetapi bukan di Batam. Ia diterima bekerja di salah satu perusahaan galangan kapal di Tanjunbalai Karimun. Posisinya tukang las (welder). Ia dikontrak enam bulan, lalu disambung lagi enam bulan.

Karena melihat secercah harapan, ia memutuskan mengikuti pelatihan untuk meng-upgrade keahliannya. Tetapi begitu selesai pelatihan, posisi yang diincar sudah tidak ada lagi. Ia akhirnya kembali ke Batam untuk mencari pekerjaan.

“Saya sudah banyak mengirim surat lamaran kerja lewat pos atau antar langsung, tapi belum ada yang terima. Memang juga kondisinya saat ini lowongan kerja sedikit,” katanya.

Pencari kerja mengantri saat melamar. F. Dalil Harahap/Batam Pos

Heru Manon, staf penerimaan pekerja PT Tunaskarya Indoswasta (Tunaskarya) selaku Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta (LPTKS) di Batamindo menyebutkan, saat ini lowongan kerja tak sebanyak dulu. Kalaupun ada lowongan kerja dari perusahaan-perusahaan di Batam kebanyakan karena untuk penyegaran karyawan. Untuk mengganti karyawan yang tua dengan yang lebih muda.

“Jadi ya lowongan tetap sama, tidak ada penambahan,” kata Heru Manon, disela-sela menerima lamaran kerja untuk salah satu perusahaan di MPH Batamindo, beberapa waktu lalu.

Heru mengungkapkan, sejak dua tahun lalu semua perusahaan di Kawasan Industri Batamindo harus mengumumkan lowongan kerja di MPH Batamindo. Begitu pula perusahaan yang melakukan rekrutmen melalui PT Tunas Karya Indoswasta. Makanya ia mengetahui kondisi lowongan kerja dan pencari kerja yang datang setiap hari.

Ia mencontohkan ketika PT Ciba Vision dan PT Sumitomo membuka lowongan kerja pada Juli 2017 lalu. Dua perusahaan manufaktur di Kawasan Batamindo ini merekrut karyawan melalui PT Tunas Karya Indoswasta. Masing-masing perusahaan meminta karyawan antara 20 hingga 100 orang. Namun yang datang membawa lamaran kerja seribuan orang.

“Bukan lagi ratusan tapi ribuan, berdesak-desakan di sini,” ujar Heru.

Tahun ini suasana serupa terlihat di kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, ketika PT MES Machinery Indonesia (MMI) membuka lowongan pekerjaan. Perusahaan baru yang bergerak di bidang manufacturing di Tanjunguncang itu, membuka lowongan kerja melalui Disnaker, 23-25 Januari lalu.

Lebih dari seribu pelamar datang. Padahal pekerja yang dicari cuma 21 orang untuk enam bidang. Keenam bidang yang dibuka yakni, welder, fiter, maintenance, cutting, rigger, dan warehouse.

Mereka yang diterima pun harus memiliki pengalaman kerja minimal 15 tahun pada masing-masing bidang, memiliki kartu AK1, serta memiliki sertifikat di bidangnya. Tetapi kandidat yang melamar mencapai 1.200 orang pada hari terakhir. Ini menunjukkan bahwa pencari kerja sudah berkali-kali lipat dari ketersediaan lapangan kerja.

Kondisi seperti ini sebenarnya terlihat selama tiga tahun terakhir. Dari data Disnaker tahun 2015-2017, jumlah pencari kerja mencapai 89.500 orang. Sedangkan lowongan pekerjaan mulai dari tahun 2015-2017 hanya untuk 54.524 orang di Batam. Begitu pula data selama dua bulan pertama tahun 2018 ini kondisinya serupa.

Secara rinci, data dari Disnaker Kota Batam menunjukkan pada tahun 2015 jumlah pencari kerja tercatat sebanyak 24.022 orang. Sedangkan pada tahun 2016, pencari kerja tercatat sebanyak 24.342 orang. Pihak Disnaker mengatakan jumlah pencari kerja terus naik. Sepanjang tahun 2017, sedikitnya 25 ribu lebih pencari kerja yang bersaing untuk mendapatkan pekerjaan di Batam.

Sementara dua bulan pertama tahun 2018 ini jumlah pencari kerja sebanyak 7.831 orang. Sedangkan lowongan kerja hanya separohnya. Hanya 3.952 lowongan kerja. Rinciannya, pada Januar pencari kerja sebanyak 4.103 orang. Bulan Februari sebanyak 3.728 pencari kerja. Sedangkan lowongan kerja pada Januari hanya 1.904. Lalu pada Februari naik sedikit, sebanyak 1.948 lowongan kerja.

Menurut Kepala Bidang Pembinaan dan Penempatan Perluasan Kesempatan Kerja Disnaker Batam, Syafrialdi, angka pencari kerja itu berdasarkan pada jumlah kartu AK1 yang diterbitkan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam. Belum termasuk bagi pencari kerja yang tidak mengurus kartu AK1. Pencari kerja selain mengurus kartu AK1 di Disnaker, sebagian besar mengurus langsung di kecamatan masing-masing.

“Karena kecamatan sudah bisa langsung melayani penerbitan kartu AK1. Sementara pencari kerja yang dari luar Batam mengurus di Disnaker,” jelas Syafrialdi, Jumat (27/4).

Adapun data lowongan kerja, lanjut Syafrialdi, diperoleh dari laporan perusahaan-perusahaan yang membuka lowongan kerja. Ada pula data yang diinput langsung Disnaker dengan menjemput bola. Namun menurut Syafrialdi, belum semua lowongan kerja di Batam terdata.

“Mungkin nanti kalau kita sudah pakai sistem online akan lebih akurat datanya,” katanya.

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam Rudi Sakyakirti beberapa waktu lalu mengatakan jika melihat grafik pencari kerja tahun 2017 lalu, jumlah pencari kerja dari luar Batam lebih banyak. Hampir 17 ribu dari 25 ribu pencaker berasal dari luar Batam.

Sisanya, sekitar 8.000 orang, merupakan warga Batam. Ini membuktikan industri di Batam masih diminati, walaupun lowongan kerja tak sebanyak beberapa tahun yang lalu.

Kondisi yang sama pun masih terjadi pada tahun 2018 ini. Syafrialdi mengungkapkan Batam masih menjadi tujuan utama mencari aktivitas ekonomi. Masyarakat dari berbagai daerah, datang ke Batam karena mendengar lebih mudah mencari kerja dan gajinya lebih tinggi.

“Sekarang masih. Persentasenya kalau dibandingkan 60 persen luar Batam, 40 persen lokal,” ungkapnya.

Suasana pendaftar kerja.

Belum lagi tujuh ribuan orang mendapatkan pekerjaan tahun ini, seribu pekerja di Batam terancam kehilangan pekerjaan. Kepala Disnaker Kota Batam, Rudi Sayakirti mengaku mendapat laporan akan adanya satu perusahaan yang mengurangi tenaga kerja mereka. Dari 1.200 jumlah karyawan akan dikurangi menjadi 200 pekerja saja.

“Artinya, akan ada 1.000 karyawan yang tak bekerja lagi. Laporan itu baru diterima minggu lalu,” kata Rudi kepada Batam pos, awal April lalu.

Menurut dia, 1.000 pekerja yang terancam menganggur itu adalah karyawan kontrak. Perusahaan terpaksa tidak memperpanjang kontrak lantaran sepi orderan hingga akhir tahun.

“Jadi tahun ini mereka tak ada orderan, sehingga karyawan yang memang habis kontrak tak diperpanjang lagi,” imbuh Rudi.

Sementara itu, di bagian Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), perkembangan kebutuhan tenaga kerja di Batam dipengaruhi jumlah investasi lokal. Pada 2017 misalnya, daya serap mencapai 3.656 tenaga kerja untuk pengerjaan 60 proyek dengan realisasi PMDN sebesar Rp 663.356.000.000.

“Target realisasi 2016-2017 ini sebenarnya meningkat 103 persen dari target,” ujar Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Batam, Gustian Riau di ruang kerjanya di Gedung Mall Pelayanan Publik, Batamcenter, Rabu (25/4) lalu.

Lantas bagaimana dengan perkembangan 2018 ini? Gustian menyebutkan, nilai investasi dalam negeri juga memengaruhi daya serap tenaga kerja di beberapa sektor industri di Batam. Asal regulasinya bagus. Sebab investor lokal maupun investor asing butuh kepastian perizinan cepat dan aturan yang jelas.

“Ini berlaku umum. Makanya ini kami sekarang mempercepat pelayanan usaha. Yang biasanya membutuhkan waktu berhari-hari, kini hanya selesai dalam hitungan jam. Harus seperti itu sebenarnya,” jelas Gustian.

Ia juga mengatakan, pertumbuhan ekonomi Batam tahun ini harus digenjot dari tiga sisi. Mulai dari percepatan infrastruktur, percepatan pariwisata, hingga investasi.

“Kalau ini tak ada, maka yakinlah kota ini bakal mundur. Kita maunya bersama-sama bekerja dalam rangka percepatan berusaha, dengan begitu bisa membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas. Jangan kita sudah memudahkan regulasi, eh pengusaha malah lamban dalam menyelesaikan kewajiban,” ungkapnya.

Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Batam sendiri, pada 2018 ini, memiliki rencana Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (IPMDN) pada triwulan pertama sebesar Rp 239,986 juta. Target ini menurun 47,82 persen atau sekitar Rp 219,951 juta dari periode sebelumnya.

Namun pada realisasinya, IPMDN justru melebihi target dengan mampu meraup Rp 254,832 juta.

“Jumlah ini meningkat 206,65 persen dari periode yang sama di 2017 lalu yang realisasi investasinya hanya Rp 83,100 juta,” ujar Kabid Promosi, Data, dan Informasi Investasi DPM-PTSP Kota Batam, Verbian Hidayat Syam.

Verbian menyebutkan, adapun jumlah proyek berdasarkan realisasi investasi PMDN di triwulan pertama ini sebanyak 20 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 1.063 orang.

“Dibanding triwulan yang sama tahun lalu, realisasi daya serap tenaga kerja hanya 459 tenaga kerja. Ini berarti ada peningkatan sebanyak 604 tenaga kerja atau sekitar 131,59 persen,” ungkap Verbian. Sebagian besar daya serap tenaga kerja ini pada sektor industri perdagangan dan preparasi.

Ciptakan Pengusaha Baru

Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kota Batam terus berupaya menekan jumlah pengangguran dan pecari kerja. Untuk mengurangi jumlah pencari kerja, Disnaker setiap tahun memberikan pelatihan. Baik kepada lulusan baru yang belum memiliki pengalaman kerja, maupun pekerja yang ingin meningkatkan keahlian. Sebab, untuk mewujudkan jumlah pencari kerja dan lowongan kerja belum bisa secara ideal.

“Jadi kita punya program perluasan kesempatan kerja dengan memberikan pelatihan. Salah satunya kewirausahaan. Diharapkan dengan berwiraswasta, kalau berhasil bukan hanya mempunyai pekerjaan, tetapi bisa juga jadi penampung pekerja,” kata Kepala Bidang Pembinaan dan Penempatan Perluasan Kesempatan Kerja Disnaker Batam, Syafrialdi.

Sementara Kepala Disnaker Kota Batam Rudi Sakyarkirti mengungkapkan, pada tahun ini telah dianggarkan Rp 13,718 miliar untuk pelatihan bagi 2.320 tenaga kerja dan pencari kerja yang ada di Kota Batam. Rinciannya, Rp 5,897 miliar digunakan untuk pelatihan bagi 969 pencari kerja, dan Rp 7,820 miliar lagi untuk peningkatan kompetensi bagi 1.351 tenaga kerja di Kota Batam.

Jumlah peserta pelatihan sebanyak 2.320 tersebut menurut Rudi berkurang dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017, Disnaker Batam telah menggelar pelatihan untuk 2.500 pencari kerja dan tenaga kerja. Tetapi jumlah pelatihan bagi pencari kerja lebih banyak. Rudi mengatakan pelatihan bekerja sama dengan lembaga pelatihan dan sertifikasi. Jadwal tiap jenis pelatihan berbeda, begitu juga dengan lama pelatihannya.

Berharap Sektor Pariwisata

Seorang turis asal Tiongkok saat swafoto dengan landmark Welcome To Batam. Landmark Welcome To Batam menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi baik oleh wisatawan lokar maupun dari Mamcanegara. | Cecep Mulyana/Batam Pos

Sementara itu, Ketua Kadin Batam, Jadi Rajagukguk mengungkapkan, industri manufaktur dan shipyard seperti yang selama ini menjadi andalan Batam, belum terlalu menjanjikan untuk menyerap tenaga kerja pada tahun 2018 berjalan ini.

“Dalam dua sampai tiga tahun ke depan, masih agak susah bergeraklah. Hanya saja, ada beberapa yang butuh, itu pun tak banyak,” ungkapnya.

Meski begitu, menurut dia, ada iklim segar yang berhembus dan bisa menjadi andalan Kota Batam saat ini. Yakni perluasan dan pembangunan industri pariwisata. Dimulai dengan perbaikan dan pembangunan infrastruktur, pengembangan tempat-tempat wisata, menciptakan lokasi dan destinasi baru seperti kawasan Kampung Bule menjadi kawasan wisata malam. Kemudian perbaikan tempat wisata yang sudah ada, serta pemasaran dan promosi ke luar daerah dan juga luar negeri, hingga menjadikan seluruh masyarakat Batam menjadi masyarakat sadar wisata.

“Tapi ini semua bisa berjalan kalau seluruh stakeholder yang berkaitan dengan ini bekerja bersama-sama, satu hati. Kalau ini berjalan, yakinlah, target 15 ribu daya serap tenaga kerja di Batam tahun ini bisa terealisasi,” ujarnya.

Menurut Jadi, pariwisata penyumbang pendapatan nomor dua di Batam, karena itu industri pariwisata penting bagi pendorong ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan menciptakan lapangan kerja di Batam.

“Perkembangan industri pariwisata menjadi tugas dan tanggungjawab kita semua stakeholders Batam Kepulauan Riau,” ujar Jadi. (uma/cha/yui)

Update