Jumat, 19 April 2024

Pesan Terakhir Pak Harto: Jangan Dendam

Berita Terkait

Usut Korupsi Insentif Pajak di Sidoarjo

Ratusan Tewas akibat Banjir Afghanistan-Pakistan

batampos.co.id – Tepat pada saat 21 Mei 1998, sang Ayah memilih mundur sebagai kepala negara. Itu karena karena desakan sejumlah masyarakat dan para politisi.

“Kala itu beliau memanggil kami anak-anaknya dan beliau menyampaikan niatnya tersebut,” ujar Putri pertama Presiden Indonesia kedua Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau yang akrab disapa Mbak Tutut, Senin (21/5).

Tutut bersama para adik-adiknya terus terang tidak rela kenapa sang ayah yang sudah bekerja seluruh hidupnya untuk bangsa dan negara ini diperlakukan demikian. Bahkan dirinya sempat memohon kepada sang ayah untuk menunda dulu keputusan undur diri dari jabatan kepala negara.

“Saat itu Bapak bertanya, untuk apa?,” kata Titiek seperti menirukan Soeharto.

Kami, terutama adik-adiknya menyatakan pendukung sang Ayag sangatlah banyak, dan siap berjuang mempertahankan Tahta kepala negara.

“Tapi Bapak bertanya lagi, ‘apa yang akan kamu lakukan?” kata Soeharto kala itu sebagaimana kembali ditirukan Tutut.

“Kami jawab, mereka siap turun ke jalan dan akan melawan demonstrasi yang sekarang berlangsung pak,” jawab Tutut.

Ketika itu, sang ayah pun bertanya kepada dirinya dan adik-adiknya apa yang didapat setelah berhasil mempertahankan kursi Presiden?

‎”Kami katakan untuk menunjukkan bahwa bapak tidak salah, bapak tidak sendiri dan rakyat banyak yang masih loyal dengan bapak,” ungkap Tutut.

Seketika itu juga Soeharto kata Tutut mengatakan, apabila dirinya tetap bertahan maka akan banyak yang turun ke jalan untuk mendesak dirinya lengser. Apabila itu dilakukan maka akan banyak juga korban yang berjatuhan. ‎

“Tidak,” teriak Tutut dan adik-adiknya.

‎Dikatakan Tutut, kala itu ayahnya menjawab, tidak ingin berada di puncak kekuasaan hanya untuk mempertahankan kedudukan.

“Lebih baik bapak berhenti, kalau memang sudah tidak dikehendaki untuk menjadi Presiden. Kalian harus merelakan semua ini. Percayalah bahwa Allah tidak tidur,” kata Soeharto kala itu.

Soeharto juga berpesan kepada anak-anaknya jangan ada yang dendam terhadap peristiwa ini. Semua harus merelakan sebagai bagian dari sebuah pelajaran.

“Satu hal bapak minta pada kalian semua, jangan ada yang dendam dengan kejadian ini, dan jangan ada yang melakukan balas dendam, karena dendam tidak akan menyelesaikan masalah,” tambah Soeharto.

Sontak saja hal itu membuat dirinya dan para adik-adinya terdiam ‎dengan pesan sang ayah. Sang ayah hanya mengatakan ‎lagi pula kalau balas dendam, belum tentu akan mengubah hidup jadi lebih baik.

“Masalahpun tidak terselesaikan, malah yang terjadi permusuhan berkepenjangan, sampai kapan, tak ada yang tau. Bersabarlah anak-anakku, karena orang sabar disayang Allah,” ujar Tutut menirukan wasiat Soeharto.

Titiek pun terhenyak mendengar penjelasan sang ayah. Rasa haru pun menyelimuti d‎irinya.

“Apapun kata orang tentang bapak, beliau salah seorang putra bangsa yang terbaik bagi kami,” kata Tutut mengakhiri kisah 20 tahun silam sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis Mbak Tutut kepada JawaPos.com.

(gwn/JPC)

Update