Jumat, 19 April 2024

Amman Abdurrahman Mengecam Bom Bunuh Diri di Gereja

Berita Terkait

batampos.co.id – Sidang kasus dugaan terorisme dengan terdakwa Amman Abdurrahman memunculkan kejutan. Pemimpin ideologis Jamaah Ansharut Daulah tersebut mengutuk aksi bom teror di Surabaya yang dilakukan Dita dan keluarganya. Sekaligus, menyebut aksi bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda yang menewaskan balita dilarang dalam Islam.

Dalam pleidoinya, Amman menuturkan aksi bom di Surabaya yang menggunakan anak-anak untuk melakukan serangan bom tidak mungkin muncul dari orang yang memiliki akal yang sehat. ”Perbuatan itu keluar dari manhajnya (jalan yang benar dan terang, red),” jelasnya.

Bahkan, Amman lebih mempertegas bahwa aksi bom di Surabaya merupakan perbuatan orang yang sakit jiwa dan putus asa dalam berjihad.

”Bom di Surabaya itu tidak akan muncul dari orang yang memahami ajaran Islam,” terangnya dalam persidangan.

Sama halnya bom di Surabaya, bom molotov di Samarinda yang menewaskan seorang balita juga dikecam oleh Amman. Menurutnya, terkait serangan bom ke umat Nasrani di Samarinda, Rasulullah mengajarkan kepada umat Islam bahwa umat Nasrani tidak boleh diganggu baik jiwa dan hartanya. ”Kecuali memerangi umat Islam,” tuturnya.

Apalagi, serangan bom itu menyerang anak-anak, perbuatan itu dalam Islam merupakan haram. Islam juga mengharamkan menyerang menggunakan api. ”Hanya orang bodoh yang melakukan hal semacam itu,” paparnya.

Dia mengaku melepas diri dari perbuatan yang dilakukan Juhanda di Samarinda tersebut.

”Saya jangan dikait-kaitkan dengan aksi teror yang dilakukan Juhanda dan aksi teror di Surabaya,” tuturnya dengan suara yang terdengar tenang.

Menurutnya, terkait serangan di Bima, Medan, dan jalan Thamrin sama sekali tidak diketahuinya. Sebagian besar serangan itu baru diketahui saat persidangan tersebut.

”Kalau untuk yang aksi Thamrin saya mengetahuinya dari sebuah situs berita,” ungkapnya.

Sejak 2016, lanjutnya, Densus 88 Anti Teror telah membawanya dan memasukkannya sel isolasi. Dengan begitu Amman mengaku tidak bisa mendapatkan akses informasi dari luar Lapas Pasir Putih, Nusakambangan. ”Kunjungan dari keluarga begitu sulit, apalagi tamu. Saya hanya bisa bertemu sipir,” tuturnya.

Terdakwa kasus dugaan teror bom Thamrin, Aman Abdurrahman alias Oman Rochman menjalani sidang dengan agenda pembacaan Pledoi di Pengadilan Negri Jakarta Selatan, Jakarta, Jumat (25/5). Dalam nota pembelaan tersebut, Aman meminta hakim memvonis bebas bebas dirinya dan membebaskan dari segala tuduhan aksi terorisme. Foto: Ismail Pohan/INDOPOS

Bila ada orang di internet kemudian mengklik foto dirinya. Atau, memiliki buku buatannya, bukan berarti Amman terlibat dengan apa yang diperbuat orang tersebut.

”Apakah tidak aneh, saya dihubungkan hanya karena pelaku memiliki buku saya dan ada yang mengklik foto saya,” jelasnya.

Lagi pula, lanjut Amman, buku yang dibuatnya merupakan buku yang membahas tauhid. Bukan merupakan buku yang membahas soal jihad. ”Tulisan saya itu tentang syirik demokrasi,” jelasnya.

Namun begitu, Amman mengakui bahwa dirinya menganjurkan murid-muridnya untuk pergi ke Suriah untuk melakukan jihad. Ada seribu orang muridnya yang telah dikirim ke negara yang sedang berkonflik tersebut. ”Saya memang anjurkan mereka hijrah,” paparnya.

Dia juga menyebutkan soal adanya penawaran untuk berkompromi dengan pemerintah. Jika bersedia, Amman akan langsung dibebaskan. Tapi jika tidak, Amman akan dipenjara seumur hidup.

”Pada Desember 2017 ada seorang Profesor bernama Rohan, asal Srilanka yang menemui saya,” jelasnya.

Dalam pertemuan itu, Rohan mewawancarai terkait semua pemahamannya secara Islam.

”Saya menjawab sepahaman saya, namun di hari terakhir dia memberikan beberapa pertanyaan. Maukah berkompromi dengan pemerintah, saya bilang tidak. Maukah makan malam bersama di luar lapas. Saya bilang tidak,” tuturnya.

Sementara Pengamat Terorisme Al Chaidar menuturkan, tentunya pernyataan Amman ini akan memiliki pengaruh terhadap anggota kelompok JAD dan simpatisannya. Setidaknya, mereka tidak akan melancarkan aksi yang menggunakan cara-cara sama.

”Cara yang disebut tidak sesuai dengan Islam,” ujarnya.

Namun begitu, belum tentu pernyataan itu akan membuat anggota JAD dan simpatisannya berhenti melakukan aksi teror. Sebab, apa yang diungkapkan Amman tidak memastikan soal aksi teror. ”Dia hanya tidak mengakui keterlibatannya,” jelasnya. (idr/JPG)

Update