Jumat, 19 April 2024

Pelajaran dari AADC

Berita Terkait

Beberapa hari setelah serangan teroris di Surabaya, video sosial eksperimen bertajuk Ada Apa Dengan Cadar (AADC) mendadak viral.

Serangan bom bunuh diri yang terjadi di ibu kota Jawa Timur (Jatim) itu merupakan duka semua umat beragama. Semua menyampaikan belasungkawa. Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.

Semua kalangan bersedih. Baik pengusaha, aparat, aparatur negara, hingga klub kebanggaan saya, Persebaya menunda pertandingan Liga 1 untuk berkabung.

Namun sejak serangan brutal itu, langsung bermunculan video sosial eksperimen di media sosial (medsos). Video itu berasal dari berbagai kota di Indonesia. Aksinya sama. Mirip kampanye. Banyak yang bilang, eksperimen itu dilakukan pertama kali oleh ustaz Ahmad Zaki. Selepas itu, menjadi viral dan digelar serentak.

Dalam video yang tersebar di jagat maya, terlihat beberapa wanita bercadar dan pria bercelana cingkrang berdiri sambil membawa kertas bertuliskan: “Peluk Saya Jika Anda Merasa Aman dengan Keberadaan Saya”. Bedanya, para pria ditutup matanya.

Latar belakangnya macam-macam. Ada yang di rumah makan, taman, alun-alun, hingga pusat keramaian. Mereka berdiri sembari menunggu orang-orang yang respect dengan wanita bercadar.

Di luar dugaan, beberapa menit kemudian datanglah beberapa wanita yang langsung memeluk para wanita bercadar ini.

Tak hanya sesama wanita berhijab. Beberapa masyarakat dari etnis lain pun juga antusias memeluk si wanita.

Sementara, pria yang melintas memeluk pria bercelana cingkrang. Bahkan, di video lainnya tampak seorang polisi dengan senjata di kalungkan memeluk pria bercelana cingkrang. Benar-benar bikin suasana nyaman.

Suasana menjadi sangat haru. Alunan lagu “Deen Assalam” yang pertama kali dinyanyikan Sulaiman Al Mughni, dan dipopulerkan di Indonesia oleh Nissa “Sabyan Gambus” itu makin membuat mewek. Aksi itu mampu membuat hati campur aduk. Bilang anak zaman now: “Bikin Galau”.

Bagi saya, aksi seperti ini sangat-sangat positif. Mungkin tidak hanya saya saja. Bahkan, banyak yang memberikan komentar positif melalui medsos masing-masing. Semua menyambut sosial eksperimen ini.

Bahkan, saya sempat berharap di Batam juga ada. Biar saya bisa memeluk saudara-saudara saya yang terzalimi dan jadi sorotan akibat teror bom beberapa waktu lalu. Sekaligus menegaskan bahwa saya juga mengutuk serangan bom bunuh diri itu.

Serangan bom bunuh diri itu memang bikin geregetan. Bahkan mengarah ke salah satu agama. Padahal, banyak yang mengatasnamakan Islam tapi mungkin kurang memahami ajarannya. Saya memang tidak begitu memahami sangat dalam.

Yang pasti menurut saya, menyakiti orang lain dan makhluk lain itu salah.
Bagi saya, Islam menjadi rahmat untuk seluruh alam. Islam memandu umat manusia yang memeluk agamanya untuk berlaku adil, berkasih sayang, dan menebarkan cinta terhadap seluruh alam.

Banyak ayat-ayat Alquran yang memandu kita menjadi makhluk yang saling menghormati dan menghargai. Salah satunya adalah: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS Al Anbiya’: 107).

Menurut saya, masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi toleransi. Padahal, Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras, dan budaya. Dari Sabang sampai Merauke tidak ada yang sama. Namun semuanya melebur menjadi satu di bawah panji-panji toleransi. Untuk menyatukan bangsa ini tidak mudah. Butuh waktu yang panjang, perjuangan, pengorbanan, dan air mata.

Mungkin tidak hanya Islam. Saya pikir, agama apapun pastinya mengajarkan untuk saling menghormati dan menghargai, serta menjunjung tinggi toleransi antar sesama. Tidak peduli dari agama manapun, kita harus saling menghormati.

Makanya, ketika video sosial eksperimen itu viral, banyak yang merespons positif. Karena masyarakat Indonesia memang cinta damai. Menolak pengeboman. Mengutuk serangan bom bunuh diri yang menimbulkan banyak korban.

Semoga, video sosial eksperimen yang viral itu dapat membuka mata hati kita. Bahwa, mereka yang bercelana cingkrang dan bercadar itu saudara kita. Sedangkan mereka yang meledakkan diri sendiri bukanlah orang beragama.***

 

Guntur Marchista Sunan
Direktur Batam Pos

Update