Sabtu, 20 April 2024

Bisnis KPR Kembali Menggeliat

Berita Terkait

Pekerja menggesa pembangunan rumah di Seiharapan, Sekupang.
F Dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Permintaan terhadap rumah tinggal masih tinggi. Itu terlihat dari pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) yang membaik.

Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan, pertumbuhan KPR dan KPA pada April 2018 sebesar 12,4 persen secara year-on-year (yoy). Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan capaian pada April 2017 yang sebesar 7,7 persen. Pada April tahun lalu, capaian pertumbuhan KPR dan KPA sempat menurun bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2016 yang sebesar 8 persen.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman menyatakan, kondisi itu sejalan dengan peningkatan permintaan masyarakat terhadap rumah tinggal.

’’Terutama didorong pertumbuhan oleh kredit untuk KPR tipe 22–70 yang berlokasi di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur,’’ kata Agusman, Jumat (1/6).

Kredit realestat tumbuh 12 persen karena didorong pertumbuhan kredit untuk perkantoran di Jatim serta gedung perbelanjaan di DKI Jakarta dan Jabar. Sementara itu, secara keseluruhan, rata-rata tertimbang suku bunga kredit perbankan 11,1 persen. Menurun daripada rata-rata suku bunga kredit pada April 2017 dan April 2016 yang masing-masing 11,92 persen dan 12,6 persen.

Pada bisnis KPR, bank-bank besar rata-rata masih mematok bunga double-digit. Dilihat dari suku bunga dasar kreditnya (SBDK), BRI, BTN, Bank Mandiri, dan UOB rata-rata memberikan bunga KPR 10,25 persen. Selanjutnya, BNI mempunyai bunga KPR rata-rata 10,5 persen. Beberapa bank yang memberikan bunga agak rendah, antara lain, BCA 9,9 persen. Kemudian, CIMB Niaga dan Maybank Indonesia dengan bunga 9,5 persen.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Maryono menyatakan, penyaluran KPR BTN pada April 2018 tercatat tumbuh 22,03 persen atau mencapai Rp 137,05 triliun. Perseroan berharap bisa mencapai pertumbuhan KPR di atas 20 persen tahun ini. BTN menunggu kebijakan BI untuk melonggarkan loan-to-value (LTV) KPR.

’’Dengan pertumbuhan ini, bubble kan kami lihat belum terwujud. Kalau LTV bisa diwujudkan, itu sangat tepat sehingga bisa menaikkan permintaan properti,’’ ujar Maryono.

Menurut dia, ada 11 juta backlog rumah dan diperkirakan jumlahnya akan terus bertambah sekitar 400 ribu per tahun. Jika uang muka menjadi lebih ringan, nasabah bisa lebih mudah membeli rumah. Namun, bank juga harus berhati-hati mengelola risiko kredit macet.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa BI akan membahas rencana pelonggaran LTV pada rapat dewan gubenur BI bulan ini. Sektor perumahan dinilai sebagai salah satu sektor yang mempunyai dampak besar untuk perekonomian. ’’Kami memandang itu sebagai salah satu kebijakan makroprudensial yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan,’’ tegasnya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Financial (Indef) Bhima Yudistira menambahkan, kebijakan tersebut diambil untuk membuat market confidence.

’’Jika uang muka kredit semakin murah, harapannya kredit akan bergairah dan tidak terkena dampak kenaikan bunga acuan BI,’’ tuturnya. (rin/c22/fal/JPG)

Update