Jumat, 29 Maret 2024

Momen Lebaran

Berita Terkait

Lebaran sebentar lagi. Semua pasti pada super sibuk. Belanja kebutuhan. Beli baju. Atau mudik.

Idul Fitri 1439 Hijriah tinggal menghitung hari. Kebetulan, ini Lebaran pertama saya di Batam. Untuk ketiga kalinya saya merayakan hari kemenangan di tiga kota berbeda.

2016 saya bersama keluarga merayakan Lebaran di Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim). Lalu, 2017 saya merayakan di Samarinda, ibu kota Kaltim. Tahun ini, giliran kota yang berbatasan dengan Singapura ini.

Bagaimana tahun depan? Saya tidak tahu. Belum ada feeling atau tanda-tanda mau merayakan Idul Fitri di mana. Yang pasti, saya berharap masih bisa merasakan hari raya. Hehehehe.

Tahun ini terasa beda di Batam. Ada optimisme yang tumbuh. Salah satu tolok ukurnya adalah pertumbuhan perekonomian Kepri yang tumbuh. Tepatnya 4,47 persen pada triwulan I.

Ini merupakan kabar baik. Meskipun saat ini tengah terjadi pro dan kontra mau diapakan Batam ke depan. Apakah tetap Free Trade Zone (FTZ) atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Entahlah. Kita tunggu saja keputusan terbaiknya.

Terlepas dari polemik FTZ vs KEK itu, tentunya kita sama-sama berharap ekonomi Batam dan Kepri terus tumbuh. Kalau ekonomi kian membaik, semua pasti senang. Batam akan menjadi kota paling bahagia.

Momen Idul Fitri ini kita harapkan memberi semangat baru bagi kita. Baik pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Ini adalah momen mensucikan diri. Sehingga, bisa menambah semangat baru.

Batam merupakan wajah Indonesia di ASEAN. Sehingga, ekonomi Batam tidak boleh buruk. Apalagi ambruk. Batam harus menjadi pesaing sepadan bagi negara-negara tetangga.

Untuk itu, sistem yang ada harus terus dibenahi. Regulasi yang sudah makin oke terus ditingkatkan. Komunikasi dan sinergi antara seluruh stake holder harus dibina dengan baik. Semua harus satu visi dan misi dalam membangun Batam.

Keberadaan Batam sebagai “pintu gerbang” Indonesia sangat vital. Sangat-sangat strategis. Kondisi yang terjadi di kota ini bisa direpresentasikan sebagai kondisi negeri kita.

Orang Singapura, Malaysia, dan negara-negara ASEAN bisa menyebut, kondisi di Batam adalah kondisi Indonesia.

Saya sangat gembira saat mendengar banyak investor luar negeri akan berinvestasi di Batam. Ini merupakan modal besar. Karena Batam masih dipercaya oleh investor. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Kita tentu tidak ingin kasus PT Hantong Precision Manufacturing yang dianggap menelantarkan 94 karyawannya terjadi lagi. Saya pikir itu merupakan salah satu dampak dari tidak bersahabatnya perekonomian Batam.

Kalau investor sudah tidak nyaman, akan berpengaruh terhadap usaha mereka. Yang saya tahu, iklim investasi akan tumbuh seiring dengan kebijakan yang pro investasi dan kondisi ekonomi yang terus membaik.

Namun jika kondisi seperti 2017 masih berlangsung, bisa jadi investor akan enggan menanamkan modalnya. Mereka tidak akan mau menghamburkan duitnya di Batam untuk berinvestasi.

Artinya apa, sinergi antara pemerintah daerah, Badan Pengusahaan (BP) Batam, pelaku usaha, masyarakat, dan stake holders lainnya sangat menentukan masa depan Batam. Tidak ada yang mau kok, masa depan Batam itu suram.

So, mari kita bergandengan tangan untuk menuju Batam yang lebih baik. Mungkin, Lebaran bisa menjadi momen untuk membangun kembali silaturahmi. Juga merajut kembali komunikasi antara semua pihak yang barangkali sempat terputus akibat polemik FTZ dan KEK.

Mari bersinergi. Satukan tekad untuk menumbuhkan perekonomian Batam. Agar Batam kembali menjadi kawasan dengan ekonomi paling tangguh di negeri ini. Bahkan, bisa menjadi “lawan” sepadan bagi negera-negara tetangga.

Mohon maaf lahir dan batin. *

 

Guntur Marchista Sunan
Direktur Batam Pos

Update