Kamis, 18 April 2024

Matheus Oscar Bikko Mally Pilih Tinggalkan Sekolah Demi Biliar

Berita Terkait

batampos.co.id – Bagi Matheus Oscar Bikko Mally, biliar adalah panggilan hidupnya. Atlet peraih satu medali emas, dua medali perak dan satu medali perunggu di ajang pekan olahraga kota batam 2016 lalu ini memilih untuk fokus mendalami biliar.

Terlahir 10 oktober 1990 silam, putra pasangan Daniel Abraham Pitta Mally dan Maria Goreti Niva ini mengawali kecintaannya di olahraga biliar dari usia muda. Ia mulai kecintaannya saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Saya mulai belajar biliar saat menginjak SMP. Tidak bermain di meja besar, tetapi di meja kecil,” terang pemuda yang akrab disapa Owen ini saat ditemui di 7evenpool, Senin (2/7) malam.

Mengenal biliar membuatnya melupakan segalanya, termasuk sekolah. Hampir tiap hari ia tak pernah absen mengunjungi penyewaan meja biliar di dekat rumahnya.

“Bahkan saya tiap hari bolos sekolah hanya untuk bermain biliar. Dari mulai nol hingga bisa menang dalam satu kejuaraan biliar. Empat kali saya berhasil meraih juara pertama,” tuturnya.

Ini juga yang membuatnya mengambil keputusan untuk mundur dari sekolah tempatnya menuntut ilmu. “Saya putuskan untuk total mengejar karir di dunia biliar,” ujar Owen.

“Tanpa totalitas, akan susah bagi seseorang untuk mengejar impian. Totalitas dan kerja keras menjadi modal utama saya dalam meraih cita-cita,” tegasnya.

Owen memang mendalami biliar berbekal pengalaman pribadi dan kecintaan pada olahraga ini. “Saya banyak mendalami ilmu biliar secara otodidak dan banyak melatih sendiri. Belum ada bimbingan yang diberikan oleh induk olahraga biliar. Dan itu sangat disayangkan,” terang Owen.

Tak jarang Owen memang menghabiskan hari-harinya melatih kemampuannya. Sedikitnya dalam satu hari, empat hingga lima jam ia habiskan untuk berlatih dan bertanding dengan atlet biliar lainnya.

Baginya, biliar tak hanya sekadar olahraga semata. Ia merasakan biliar sebagai cabang olahraga yang menantang dan penuh misteri. Pria kelahiran Kupang, NTT ini, merasakan banyak tantangan yang harus dihadapinya saat bermain biliar. Belum lagi misteri yang coba dikuaknya saat memukul bola biliar.

“Tiap sentuhan, tiap pukulan punya dampak yang berbeda. Inilah misterinya. Baik itu pukulan langsung, jumpshoot, atau safety punya arti tersendiri. Dan tantangannya, tiap lawan punya tingkat kemampuan yang berbeda sesuai dengan ketekunannya dalam berlatih,” serunya.

Biliar bagi banyak kalangan umum banyak yang mengidentikkan dengan judi. “Padahal tidak. Bermain biliar bukanlah olahraga yang biasa-biasa juga,” tegas Owen.

“Bagi saya, biliar seperti olahraga jiwa. Dan ini membuat saya tak akan pernah bisa berhenti belajar. Banyak yang harus saya perdalam jika ingin melangkah ke jenjang nasional atau internasional,” paparnya.

Atlet biliar Kota Batam Matheus Oscar Bikko Mally saat berlatih dirumah biliar 7evenpool, Batam, Jumat (29/6). F. Ryan Agung/Batam Pos

Itu dirasakannya saat melawan seorang atlet biliar dari Singapura saat berlaga dalam open tournament yang diselenggarakan salah satu rumah biliar di Batam. Ia merasakan bagaimana beratnya melawan seorang atlet yang sudah punya banyak pengalaman berlaga di berbagai negara.

“Perasaan bangga bisa berhadapan dengan salah satu atlet biliar internasional. Laga yang menantang dan mendebarkan,” ungkap Owen.

Meski pada akhirnya Owen harus mengakui kekalahan dan hanya mampu meraih peringkat dua, pengalaman bertanding melawan atlet internasional membuatnya terpancing untuk terus menyelami biliar.

“Melawan Aloysius Yapp tahun 2016 lalu membuat saya merasa jika apa yang saya capai ini belum seberapa. Saya masih harus banyak belajar dan berjuang untuk meraih impian saya,” kenangnya.

Hijrah ke Batam 2007 silam membawanya mengenal biliar menggunakan meja besar. Dirinya merasakan pengalaman berbeda dibanding saat menggunakan meja kecil.

“Sangat berbeda saat bermain di meja besar dan meja kecil. Tantangan dan pengalaman yang sangat berbeda. Ini yang membuat saya tak ingin lagi bermain meja kecil. Saya sudah jatuh cinta dengan meja sembilan feet,” tutur pria dengan peringkat handycap empat ini.

Oktober nanti, sedianya Owen akan kembali merasakan atmosfer kejuaraan. Kali ini Owen akan berlaga di ajang Pelan Olahraga Provinsi (Porprov) Kepri 2018, Oktober mendatang.

“Sebagai peraih medali di ajang Porkot, kami dijandikan untuk berlaga di ajang Porprov. Tentunya ini akan menjadi pengalaman yang berbeda. Pengalaman bertanding yang berbeda pula,” papar Owen.

Hanya saja Owen merasa jika pembinaan terhadap atlet biliar di Batam sangatlah minim. Dirinya merasakan bagaimana perbedaan perkembangan olahraga biliar lima tahun terakhir.

“Kami seolah anak ayam yang kehilangan induk. Padahal lima tahun sebelumnya Batam dikenal sebagai gudang atlet biliar yang mampu berkiprah di tingkat nasional dan internasional. Kini untuk menembus level nasional pun terasa berat,” keluhnya.

Minimnya perhatian dan pembinaan dari induk olahraga biliar di Kota Batam membuat prestasi biliar kian meredup. “Kami dipaksa untuk bisa survive dengan cara kami sendiri. Sementara Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Kota Batam minim perhatian,” jelasnya.

“Jangankan untuk menggelar kejuaraan, untuk bimbingan dan pelatihan saja tak lagi pernah kami dapatkan,” beber Owen.

Owen meminta agar POBSI Kota Batam dan Kepri mau sedikit peduli dengan keberadaan atlet biliar Kota Batam. Owen meminta agar para atlet biliar di Batam mendapat arahan dan bimbingan dalam meniti karirnya.

“Sangat disayangkan jika atlet kota Batam harus memilih daerah lain untuk dibelanya di ajang kejuaraan nasional. Juga sangat disayangkan jika atlet berbakat Kota Batam harus memutuskan untuk tidak lagi mendalami biliar lantaran minimnya perhatian,” ungkapnya.

Owen berharap agar biliar Kota Btam bisa kembali bergairah sepertihalnya lima tahun sebelumnya. “Ini demi perkembangan olahraga biliar di Batam, dan juga menyelamatkan atlet-atlet muda berbakat,” urai Owen.

“Harus ada tokoh yang peduli dan mau berkorban untuk biliar di Batam. Menghidupkan kembali biliar di Batam bukan lah hal yang sulit. Hanya melalui pembinaan atlet dan menggelar kejuaraan secara rutin pasti biliar di Batam akan kembali bergairah,” jelas Owen.(yan)

Update