Jumat, 19 April 2024

Angka Putus Sekolah Masih Tinggi

Berita Terkait

Siswa SMPN 2 Satap Mengkait, Kecamatan Siantan Selatan, Anambas, beraktivitas di luar ruangan, Kamis (19/7). Saat ini, banyak anak putus sekolah di Anambas. F. Syahid/batampos.co.id

batampos.co.id – Di Kabupaten Kepulauan Anambas, nasib anak daerah pedalaman perlu perhatian khusus, terutama dalam dunia pendidikan. Pasalnya, setelah ditelusuri, ternyata angka anak putus sekolah sangat tinggi.

Seperti di Desa Mengkait, Kecamatan Siantan Selatan dan di beberapa desa lain di Kecamatan Siantan Selatan. Khusus untuk SMP di Desa Mengkait, angka putus sekolah mencapai 66,6 persen tahun ini. Dari 12 siswa SMPN 1 Atap Mengkait, hanya 4 siswa saja yang melanjutkan sekolah, semuanya laki-laki. Sementara itu, 8 siswi lainnya tidak melanjutkan sekolah.

Mirisnya lagi, satu dari delapan siswi yang tidak melanjutkan sekolah tersebut pernah menjadi juara satu olimpiade IPS tingkat kabupaten. Meski ada donatur yang siap membiayai sekolah, tetap tidak dilepas oleh orangtuanya.

”Siswi tersebut juga pernah dipanggil untuk mewakili Kabupaten Kepulauan Anambas bertanding ke tingkat provinsi, tapi tak datang karena orangtuanya keberatan melepaskan anak meski untuk sementara,” ungkap Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Anambas, Asiah.

Asiah menjelaskan, Desa Mengkait berlokasi sangat jauh dari pusat kota. Untuk melanjutkan sekolah, lagi-lagi biaya juga menjadi salah satu kendala untuk melanjutkan sekolah.

”Selain susah untuk pisah dari keluarga, biaya juga menjadi salah satu kendala, karena untuk sekolah di kota, membutuhkan biaya yang lebih besar,” ungkapnya lagi.

Selain biaya dan susah berpisah dengan keluarga, kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak juga masih rendah. Hal ini terbukti masih ada anak usia sekolah yang memang tidak mau sekolah. Ini bisa jadi karena di dalam keluarga tidak ditanamkan semangat menempuh pendidikan.

Untuk mengatasi angka putus sekolah tersebut, kata Asiah, Pemprov Kepri tetap mencari solusi. Itu karena untuk pendidikan tingkat SLTA saat ini, sudah menjadi kewenangan pemerintah provinsi. ”Ada kemungkinan gedung SLTA akan dibangun di desa tersebut. Tapi tidak tahun ini, kemungkinan akan dibangun pada tahun 2019 mendatang,” jelasnya. (sya)

Update