Sabtu, 20 April 2024

Era Shifting, Jangan Salahkan Daya Beli

Berita Terkait

ilustrasi

batampos.co.id – Teknologi digital memantik gelombang disrupsi yang mengguncang banyak sektor industri. Yang paling kasatmata, industri transportasi taksi yang berubah total setelah munculnya layanan transportasi berbasis aplikasi.

Pakar manajemen Rhenald Kasali menyebutkan, disrupsi merupakan titik awal yang kemudian memicu gelombang shifting pada beragam sektor perekonomian.

’’Banyak pelaku usaha yang belum sadar dengan fenomena itu,’’ katanya saat peluncuran buku The Great Shifting Sabtu lalu (21/7).

Menurut guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) tersebut, kegagalan pelaku usaha dalam memahami fenomena shifting itu membuat banyak yang langsung menuding penurunan daya beli sebagai pemicu turunnya kinerja perusahaan.

’’Padahal, tidak sesederhana itu,’’ ucapnya.

Rhenald menyatakan, fenomena shifting bukan sekadar perpindahan dari transaksi offline ke online. ’’Tapi, berpindahnya produk ke platform,’’ jelasnya.

Pendiri Rumah Perubahan yang namanya kembali masuk dalam jajaran 30 Global Guru sebagai pakar manajemen paling berpengaruh di dunia tersebut mencontohkan banyaknya toko mainan yang tutup. Penyebabnya bukan karena permainan tak lagi digemari anak-anak.

’’Namun, mereka pindah ke platform dalam bentuk game online,’’ urainya.

Bukan hanya itu, ada pula fenomena cross shifting atau peralihan ke sektor lain. Misalnya, orang mengurangi konsumsi makanan minuman maupun produk retail seperti baju, lalu dialihkan untuk belanja traveling. Karena itu, semua pelaku usaha harus bisa melakukan scanning atas bisnisnya.

Tujuannya, mengetahui apakah fenomena shifting telah menjalari bisnisnya agar bisa secepatnya menyusun strategi yang tepat.

’’Kalau tidak, bisnis bisa kian tergerus dan manajemen yang berpikiran sempit akan langsung menyalahkan daya beli,’’ ujarnya. (owi/c22/oki)

Update