Jumat, 29 Maret 2024

Kurang Sosialisasi, Warga Takut Kehilangan Tempat Tinggal

Berita Terkait

Seorang warga Desa Lancang Kuning memperlihatkan patok milik BWS yang dipasang di dekat permukiman warga. F. Slamet Nofasusanto/batampos.co.id 

batampos.co.id – Ratusan warga Kampung Sei Jeram, Tanjunguban, takut kehilangan tempat tinggal jika proyek estuari Dam busung benar-benar terealisasi.

“Sejak ada patok milik BWS (Balai Wilayah Sungai) di kampung ini, warga makin cemas. Takut kampung mereka tenggelam akibat dampak pembangunan estuari Dam Busung,” ujar Suparman, salah seorang warga saat ditemui di rumahnya, Minggu (22/7).

Dia dan warga Seijeram tak mengetahui kapan pastinya petugas BWS datang ke kampung mereka untuk memasang patok BWS. Sebab paginya, patok warna biru itu tiba-tiba sudah terpasang di kampung mereka.“Pasangnya kemungkinan malam karena kami di sini tak diberitahu. Tanya ke desa, ternyata mereka tak tahu juga,” kata Suparman.

Kagetnya lagi, pekarangan rumahnya akan terkena dampak pembangunan dam tersebut. “Katanya pekarangan rumah saya ini nantinya akan kena. Dari sini ke jalan raya sampai ke arah kebun masyarakat akan tenggelam,” kata dia.

Kades Lancang Kuning Kholili Bunyani mengatakan, sejak awal BWS tidak pernah menyosialisasikan rencana pembangunan Dam Estuari Busung ke masyarakatnya. Dulu sekitar 2013, sebagian lahan masyarakat memang diganti rugi untuk pembangunan waduk Seijeram. “Kalau yang ini belum ada sama sekali sosialisasi semenjak saya menjabat,” kata dia.

Ia telah berkoordinasi dengan petugas survei di lapangan.“Saya kemarin sudah menghubungi petugasnya. Ternyata mereka baru survei. Laporannya akan disampaikan ke pemerintah pusat. Kemudian baru turun tim sosialisasi dari pusat kalau disetujui,” kata dia.

Terkait rumah warga yang didata sebanyak 40 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 120 kepala, ia berharap kalau proyek tersebut jadi, agar ada ganti rugi dengan nilai yang pantas.“Saya tetap di pihak masyarakat. Kalau pun mau diganti rugi namanya ganti untung. Kalau mau direlokasi sebaiknya dicarikan tempat yang layak,” katanya.

Konsultan dari PT Indra Karya Arif ketika dihubungi menyampaikan pihaknya hanya sebatas konsultan yang bekerja di lapangan. (met)

Update