Jumat, 29 Maret 2024

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Memboikot Produk-produk Asal Amerika Serikat

Berita Terkait

Pemkab Karimun Adakan Wirid Bulanan

Diskon Dicabut, Tiket Dumai Line Tak Ada Kenaikan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Dok. JawaPos.com)

batampos.co.id – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memboikot produk-produk asal Amerika Serikat setelah mata uangnya tak berdaya di hadapan Dolar Amerika Serikat. Pada Selasa (14/8) kemarin, lira sempat pulih dengan berhasil naik 9 persen pada penutupan perdagangan.

Hal ini didukung oleh berita dari panggilan konferensi yang direncanakan pada Kamis. Saat itu, Menteri Keuangan Turki akan berusaha untuk meyakinkan investor yang bersangkutan dengan pengaruh Erdogan atas ekonomi dan perlawanannya terhadap kenaikan suku bunga untuk mengatasi inflasi dua digit.

Erdogan mengatakan Turki adalah target perang ekonomi dan telah mengulangi seruan bagi Turki untuk menjual Dolar AS dan Euro mereka untuk menopang mata uang nasional.

“Bersama rakyat, kami akan secara tegas menentang dolar, harga indeks saham, inflasi dan suku bunga. Kami akan melindungi kemandirian ekonomi kami dengan merajut bersama-sama,” katanya kepada anggota Partai AK-nya dalam sebuah pidato, dilansir JawaPos.com dari Reuters di Jakarta, Rabu (15/8).

Lira telah kehilangan lebih dari 40 persen tahun ini dan jatuh ke titik terendah sepanjang masa 7,24 terhadap Dolar pada Senin. Hal ini usai dilanda kekhawatiran atas panggilan Erdogan untuk biaya pinjaman yang lebih rendah dan dengan memburuknya hubungan dengan Amerika Serikat, sekutu NATO utama.

Kelemahan lira telah berkibar di pasar global. Penurunannya sebanyak 18 persen pada Jumat memukul saham Eropa dan AS karena investor cemas tentang eksposur bank ke Turki.

Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap dua menteri pemerintah Turki atas sidang atas tuduhan terorisme pendeta AS Andrew Brunson di Turki. Pekan lalu, Washington menaikkan tarif atas baja dan alumunium Turki.

Namun begitu, Juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert mengatakan masalah ekonomi Turki tidak dimulai oleh sanksi AS.

“Ekonom pasti akan mengatakan kepada Anda bahwa apa yang terjadi di Turki jauh melampaui kebijakan baru Amerika Serikat dan pengenaan berbagai kebijakan,” kata Nauert. (uji/JPC)

Update