Jumat, 29 Maret 2024

Wartawan dan Aktivis Myanmar Unjuk Rasa

Berita Terkait

Ratusan aktivis dan jurnalis Myanmar melakukan aksi demo Minggu (16/9). Demo yang dilakukan oleh para pemuda tersebut menuntut pembebasan dua orang reporter Reuters yang dipenjara dengan ancaman tujuh tahun penjara dengan tuduhan mengancam hak publik. (Foto: Dokumentasi Voa News)

batampos.co.id – Pada Minggu, (16/09), ratusan aktivis dan jurnalis melakukan aksi demo. Demo yang dilakukan oleh para pemuda tersebut menuntut pembebasan dua orang reporter Reuters yang dipenjara dengan ancaman tujuh tahun penjara dengan tuduhan mengancam hak publik atas informasi yang diberikan.

Dua orang Jurnalis yang dipenjara adalah Wa Lone, 32 tahun, dan Kyaw Soe Oo, 28 tahun. Mereka ditahan pada Senin, (03/09). Kedua Jurnalis itu ditahan setelah melakukan investigasi tehadap militer Myanmar yang melakukan kekerasan kepada Etnis Rohingya.

Dilansir dari Reuters pada Senin, (17/09), para pengunjuk rasa tak hanya datang dari kalangan jurnalis namun terdapat juga siswa SMA yang turut serta dalam aksi tersebut.

Mereka berkumpul di jantung Kota terbesar di Myanmar, membawa perlengkapan seperti slogan yang menuntut pembebasan dua orang jurnalis tersebut. Mereka juga menerbangkan balon gas berwarna hitam dengan tulisan, ‘Bebaskan Wa Lone dan Kyaw Soe Oo.’

Tindakan Pemerintah Myanmar ini dinilai sangat tidak adil bahkan dapat membunuh kegiatan jurnalistik Myanmar. Salah seorang Jurnalis Myanmar, Thar Lun Zaung Thet mengataka, kehilangan kebebasan pers merupakan kemunduran sistem demokrasi yang ada di Myanmar.

Peristiwa penahanan dua orang jurnalis Reuters oleh pemerintahan Myanmar ini mendapatkan banyak kecaman dari berbagai pihak seperti Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Mike Pence dan aktivis Hak Asasi Manusia. Mereka menuntut pembebasan kedua jurnalis yang ditahan.

Pemimpin Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi menyatakan dalam sebuah forum bahwa kasus penahanan dua orang Jurnalis Reuters tidak memiliki keterkaitan apapun dengan kebebasan dalam berekspresi, dan bukan karena profesi mereka yang adalah seorang Jurnalis.

Pernyataan yang diberikan oleh penerima penghargan nobel tersebut rupanya mengundang kekecewaan dari organisasi Jurnalis Myanmar.

Dalam aksi unjuk rasa tersebut juga turut menampilkan sebuah pertunjukan ketika orang-orang yang menggunakan jaket militer yang menggulung kertas Salinan dari The Mirror kemudian memukul anggota pers.

Tak hanya itu mereka juga turut membawa atribut yang bertuliskan, ‘Membunuh bukan rahasia negara’ dan ‘Menyebarkan kebenaran bukan tindakan kejahatan.’

Seorang Aktivis, Htet Khine mengatakan, peristiwa yang menimpa dua jurnalis memberikan ia inspirasi untuk merancang kaos dengan ilustrasi wajah Wa Lone dan Kyaw Soe.

Bahkan baju-baju tersebut digunakan oleh beberapa pengunjuk rasa lain. Ia mengikuti kegiatan itu dengan alasan bahwa dunia masih membutuhkan Jurnalis untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia sekitar. (am1/jpg)

Update