batampos.co.id – Layanan air bersih yang digawangi PT Moya kembali dikeluhkan warga Batam. Setelah masalah tarif yang membengkak, kini suplai yang tersendat di wilayah Tanjungsengkuang, Batuampar.
”Enam hari ini suplai air ke rumah-rumah warga di wilayah kami, Tanjungsengkuang, gangguan. Air hanya mengalir sekitar 3 sampai 5 jam dalam sehari, itupun mulai pukul 23.00 hingga pukul 03.00. Setelahnya, air tak mengalir sama sekali,” ujar Ratna, kepada Harian Batam Pos, kemarin.
Wanita yang akrab disapa Ana ini sempat menanyakan ke call center SPAM Batam. ”Oleh administratornya dijawab ’Saat ini suplai di wilayah Tanjungsengkuang belum optimal’. Namun, tidak ada penjelasan mendetail kenapa suplai tak optimal,” ujarnya.
Ana mengaku heran suplai tersendat, sebab jika dilihat dari kondisi cuaca dan debit air di WTP Duriangkang yang jadi sumber air baku utama untuk distribusi air ke wilayah Tanjungsengkuang, mestinya tak ada kendala.
”Sebelumnya, air mengalir tiap siang hari hingga waktu asar. Kemudian mengalir lagi pukul 20.00-06.00. Lalu, mengapa suplai tiba-tiba bermasalah dalam enam hari ini?” ujarnya heran.
Jika ada perbaikan pipa atau maintenance lainnya, Ana menilai, sejatinya gangguan suplai tidak berlangsung berhari-hari. ”Ini momen Ramadan, air tak mengalir normal itu bisa mengganggu kualitas ibadah, sebab warga harus begadang menunggu air mengalir,” ujarnya.
Keluhan warga ini mendapat tanggapan dari Anggota Komisi 1 DPRD Kota Batam, Utusan Sarumaha. Ia meminta pengelola air di Batam, yakni PT Moya bisa menjelaskan kepada masyarakat penyebab distribusi air yang macet selama beberapa hari terakhir. Sebab dampak macet distribusi air cukup membuat masyarakat kewalahan.
”PT Moya harus bisa menjelaskan secara terbuka kenapa distribusi air bisa macet. Sebab berhari-hari masyarakat sangat merasakan kesulitan,” ujar Utusan kepada Harian Batam Pos, kemarin.
Ironisnya, keluhan suplai air masih terjadi, namun tak seimbang dengan tagihan yang juga banyak dikeluhkan karena kerap bengkak. ”Harus realistis, jangan sampai masyarakat teriak lagi karena pembayaran yang membengkak, suplai juga macet,” jelasnya.
Menurut Utusan, jangan sampai di masa transisi ini, pengelola menjadikan masyarakat sebagai korban. Padahal air bagi masyarakat Batam. ”Kalau bisa berikan sanksi jika memang sudah sangat menganggu,” tegas Utusan.
Sementara itu, Badan Pengusahaan (BP) Batam selaku regulator SPAM menyatakan bahwa keluhan dari warga Batam selama ini memang selalu berasal dari stressed area atau daerah yang suplai airnya belum 24 jam. (*/jpg)