Sabtu, 20 April 2024

Evakuasi 74 WNI Kru Kapal Pesiar, Pemerintah Pertimbangkan Kapal Laut atau Pesawat

Berita Terkait

batampos.co.id – Pemerintah semakin intensif membahas pemulangan 74 WNI awak kapal pesiar Diamond Princess di Jepang yang dinyatakan sehat. Ada dua opsi yang digodok: evakuasi dengan kapal laut atau pesawat.

Kemarin (20/2) Presiden Joko Widodo menerima sejumlah menteri di Istana Kepresidenan Jakarta. Mereka melaporkan rencana pemulangan para WNI tersebut.

Sebagaimana diberitakan, di Diamond Princess yang hampir dua pekan sandar di Tokyo terdapat 78 kru WNI. Otoritas kesehatan Jepang menyatakan bahwa empat WNI positif terjangkit virus korona. Presiden Jokowi pun telah menerima laporan perihal tersebut. ”Itu (empat WNI, Red) sudah dibawa ke rumah sakit di Jepang. KBRI terus memantau,” terang dia setelah membuka rakornas investasi.

Perhatian pemerintah saat ini, kata presiden, adalah 74 WNI yang tersisa. Kementerian Luar Negeri terus berkomunikasi dengan perusahaan kapal maupun pemerintah Jepang. ”Kami ingin pastikan mereka mendapatkan perlakuan sesuai protokol kesehatan yang sudah dikeluarkan WHO,” kata Jokowi.

Salah satu menteri yang kemarin menemui presiden adalah Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy. Sebelum menghadap presiden, dia lebih dulu mengadakan rakor pemulangan WNI di kantornya.

Muhadjir menuturkan, ada dua opsi yang telah dibicarakan. Pertama, 74 WNI tersebut bakal dijemput dengan kapal. Pemerintah akan menggunakan kapal milik TNI Angkatan Laut (AL) KRI dr Soeharso. ”Ini kapal rumah sakit. (Opsi ini, Red) sudah kita hitung dengan beberapa kemungkinan,” ujarnya.

Opsi kedua, dijemput melalui udara. Mantan Mendikbud itu juga menegaskan bahwa perhitungan soal hambatan dan efisiensi waktu telah dimasukkan dalam pembahasan. ”Tapi, detailnya belum bisa saya sampaikan,” katanya.

Pemerintah, kata dia, mengkaji opsi-opsi pemulangan tersebut. ”Presiden akan mempertimbangkan 1–2 hari ini. Keputusan di tangan beliau,” terang dia. Saat evakuasi WNI di Wuhan, Tiongkok, presiden pula yang mengambil keputusan akhir.

Opsi evakuasi akan berfokus pada WNI yang tidak dinyatakan terjangkit Covid-19. Sebab, sesuai protokol WHO, orang yang sakit, apalagi terjangkit korona, tidak boleh dievakuasi. Harus dirawat terlebih dahulu sampai sembuh. Artinya, bila pemerintah memutuskan evakuasi, empat orang tersebut akan ditinggal di Jepang sampai sembuh.

Menurut Muhadjir, para WNI yang tersisa di kapal sampai saat ini dalam tanda petik dinyatakan sehat. ”Artinya, tetap harus ada observasi. Bahkan, mungkin akan beda perlakuan dibanding (yang dari) Wuhan,” lanjutnya. Alasannya, kali ini kasusnya terjadi di kapal, bukan di daratan.

Soal karantina ketika tiba di tanah air, Muhadjir mengatakan bahwa hal itu telah dimasukkan dalam opsi. Namun, lokasinya belum diputuskan, apakah di Natuna atau daerah lain. Yang jelas, prosedur penanganan bakal mengikuti ketetapan dari WHO. ”Belum (ditentukan lokasi dan waktu, Red). Tapi, intinya pemerintah punya komitmen untuk memulangkan mereka sesegera mungkin,” tegasnya.

Menkes Terawan Agus Putranto yang hadir dalam pertemuan itu menjelaskan, evakuasi sudah pasti dilakukan. ”Cuma, caranya yang harus dibahas dengan detail. Kan menyangkut perizinan dan lainnya,” terangnya.

Disinggung mengenai kondisi terakhir WNI di Diamond Princess, Terawan menyatakan bahwa semua masih dalam perawatan. ”Meskipun positif, kan dalam perawatan Jepang,” lanjut mantan direktur RSPAD Gatot Soebroto itu.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menghadiri pertemuan khusus Menlu se-ASEAN dan Republik Rakyat Tiongkok di Vientienne, Laos, kemarin. Pertemuan itu fokus membahas merebaknya wabah virus korona. Menurut dia, diperlukan kolaborasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Tiongkok untuk mencegah dan memberantas persebaran virus tersebut.

”Wabah Covid-19 menjadi tantangan global yang tidak mengenal batas negara. Kita tidak memiliki pilihan lain kecuali berkolaborasi,” ujar Retno dalam keterangan tertulisnya.

Dia menyampaikan tiga langkah penting. Pertama, koordinasi dan pertukaran informasi antarnegara ASEAN dan Tiongkok. Retno mengusulkan adanya jalur komunikasi hotline. Kedua, memperkuat mekanisme ASEAN-Tiongkok dalam menghadapi krisis wabah Covid-19. ”Kemampuan mekanisme ASEAN-Tiongkok dalam mengatasi wabah SARS tahun 2003 memberikan pelajaran berharga menghadapi virus korona saat ini,” katanya.

Retno mengusulkan pembentukan ASEAN-Tiongkok Ad-Hoc Health Ministers Joint Task Force. Tim tersebut dapat memfokuskan kerja sama untuk pertemuan tim ahli, mendorong riset, dan memproduksi vaksin bersama. Di dalamnya termasuk bertukar informasi dan data penanganan Covid-19.

Ketiga, memperkuat strategi komunikasi menjadi sebuah keharusan. ”Komunikasi dan edukasi publik terkait wabah Covid-19 sangat penting untuk mencegah kepanikan dan kebingungan masyarakat akibat wabah ini,” ujarnya.

Narasi publik yang akurat dan kampanye yang terkoordinasi, kata Retno, akan memberikan kepercayaan dan sentimen positif publik. Juga mencegah stigma dan meminimalkan berita bohong atau hoaks yang hanya memperkeruh situasi.

Retno mengatakan, Indonesia siap berbagi pengalaman dalam penanganan wabah dan penyakit tropis. ”Saya ingin sekali lagi menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Tiongkok atas fasilitasi terhadap pemulangan 237 WNI dari Provinsi Hubei dan Kota Wuhan,” ucap alumnus Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada tersebut.

KRI dr Soeharso Siap Jemput WNI

Jika penjemputan menggunakan jalur laut, pemerintah akan mengerahkan KRI dr Soeharso-990. Kemarin kapal rumah sakit tersebut telah siap. Ratusan personel serta berbagai sarana dan prasarana tersedia di kapal yang kini bersandar di Dermaga Madura Ujung, Koarmada II, Surabaya, tersebut.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos, perjalanan laut dari Indonesia ke Jepang memakan waktu 14 hari. Begitu pula sebaliknya. Terkait dengan rute perjalanan, ada dua rencana. Pertama, kapal berangkat dari Surabaya ke Yokohama, Jepang. Sesampai di Jepang, evakuasi dilakukan. Proses evakuasi dan pemenuhan logistik memakan waktu tiga hari. Setelah itu, kapal kembali ke Indonesia.

Tetapi, sebelum menuju Surabaya, kapal terlebih dahulu bersandar di Natuna. Di lokasi itu, dilakukan pengecekan kesehatan kepada seluruh WNI. Proses karantina dilakukan selama beberapa hari. Namun, jika lama perjalanan atau karantina di dalam kapal sudah lebih dari 14 hari, seluruh WNI itu tak perlu lagi mampir ke Natuna, melainkan dari Yokohama langsung menuju Surabaya. Sebab, semua WNI dinyatakan negatif virus korona.

Rencananya, 153 personel diterjunkan. Sarana dan prasarana telah tersedia di kapal yang berukuran 122 meter x 22 meter itu. Antara lain, 1 ruang isolasi, 5 ruang tindakan, 2 ruang perawatan, 1 ruang farmasi, dan elevator. Setiap ruang perawatan terdiri atas 20 tempat tidur. Sistem sirkulasi udara di ruang tersebut sangat steril. Ruang perawatan hanya digunakan untuk pasien yang positif virus korona.

Menteri Kesehatan dr Terawan Agus Putranto menilai persiapan TNI sudah sangat memenuhi syarat. Mulai jumlah personel hingga ruang perawatan dan peralatan medis.

Begitu juga skema rute perjalanan. Meski begitu, dia belum bisa memutuskan penjemputan WNI melalui jalur laut atau udara. ”Kalau dari segi persiapan, sudah tidak ada masalah. Tapi, ada beberapa langkah yang harus dibahas. Secepatnya saya langsung laporkan hasil pengecekan kapal ini kepada presiden. Keputusan ada di beliau (presiden, Red),” katanya.(jpg)

Update