Jumat, 29 Maret 2024

Pembahasan Tarif Listrik Batam Dilanjutkan, PLN Buka Laporan Keuangan

Berita Terkait

Tower PLN tegangan tinggi. Foto: PLN
Tower PLN tegangan tinggi. Foto: PLN

batampos.co.id – Komisi II dan III DPRD Kepri akan melanjutkan pembahasan rencana kenaikan tarif listrik PLN Batam, Kamis (9/6/2016). Dalam rapat ketiga ini, DPRD meminta PLN menyampaikan laporan keuangannya.

“Kami ingin melihat kondisi riil laba PLN Batam. Apa yang mereka lakukan tentunya sudah direncanakan. Apa yang mereka hasilkan dari keuntungan itu, kami juga ingin tahu,” kata anggota Komisi II DPRD Kepri, Rudy Chua.

Poin ini dinilai perlu. Pasalnya, pada pertemuan sebelumnya PLN Batam mengungkap beberapa alasan kenaikan tarif. Di antaranya adalah potensi kerugian PLN jika tetap menggunakan Tarif Listrik Batam (TLB) yang lama.

Sehingga dalam rapat kali ini, DPRD Batam akan meminta proyeksi keuangan PLN Batam jika tarif baru disepakati. Termasuk potensi keuntungan PLN Batam jika tarif baru diberlakukan.

“Itu yang harus disampaikan PLN Batam,” tegas Rudy.

Sementara mengacu pada pertemuan sebelumnya, Rudy menyebutkan bahwasanya informasi yang disampaikan pihak PLN Batam masih sepotong-sepotong. Yang dalam bahasa Rudy, data mereka tidak berimbang.

“Data-data ini tidak fair. Bisa membawa kita ke arah yang salah. Dan cenderung menggiring. Bahkan menurut saya bisa menjerumuskan,” ujarnya.

Maka itu persoalan ini bakal dipikirkan dengan matang oleh jajaran DPRD Kepri. Jangan sampai, informasi setengah-setengah yang disampaikan PLN Batam, kata Rudy, menjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan nanti.

“Datanya, sekali lagi, harus lengkap, komprehensif dan juga berimbang dalam memaparkan keuntungan dan kerugian,” ungkapnya.

Sebelumnya, anggota DPRD Kepri dapil Batam, Asmin Patros menyatakan bahwasanya, momentum pengajuan kenaikan tarif ini dirasanya kurang pas.

“Akan lebih baik, jika memang nanti harus naik, menunggu setelah lebaran,” ungkap Asmin.

Ia juga menyarankan, PLN Batam semestinya bersikap bijak dengan mempertimbangkan momentum bulan puasa dan lebaran ketika kebutuhan masyarakat sedang tinggi-tingginya.

Mengenai soal momentum yang kurang pas, sebetulnya, kata Asmin, yang paling mendasar harus dikaji dan dibahas lebih dalam lagi adalah mengenai alasan kenaikan tarif ini. Perlu dipertegas, apakah benar telah terjadi ke-tidakseimbangan neraca keuangan perusahaan, sehingga PLN merugi atau lantaran pendapatannya yang kurang banyak.

“Kalau merugi ya pasti kami sikapi dengan bijak. Kalau keuntungan tidak cukup besar, kami harus lihat berapa keuntungan itu yang riil sekarang. Kita mohon maaf juga ingin lihat audit keuangan PLN. Supaya fair,” ujarnya. (aya/bp)

Update