Kamis, 7 November 2024

Tak Mungkin Anak Kami Masuk Jaringan Terorisme

Berita Terkait

Sejumlah anggota Densus 88 Mabes Polri dan Brimob Polda Kepri melakukan penggerbekan sebuah rumah terduga teroris di Perumahan Sakura Cluster  Batamcenter saat dilakukan penggeledahan, Jumat (5/8). dari penggeledahan tersebut polisi mengamankan sejumlah barang bukti.  F Cecep Mulyana/Batam Pos
Sejumlah anggota Densus 88 Mabes Polri dan Brimob Polda Kepri melakukan penggeledahan sebuah rumah terduga jaringan teroris di Perumahan Botania 1 Cluster Sakura Batamcenter, Jumat (5/8/2016).  Foto: Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos.co.id – Orangtua terduga jaringan terorisme Bahrum Naim yang diamankan Tim Densus 88 di Batam, Jumat pagi (5/8/2016) rata-rata tak percaya anak mereka bagian dari jaringan terorisme. Apalagi rata-rata masih tinggal serumah dan tahu persis karakter anak mereka.

Hmd dan Drm, ayah dan ibu, HGY (20), salah satu dari enam orang yang diamankan Densus 88 karena Densus menyebutnya terduga jaringan terorisme kelompok Bahrum Naim, mengaku sangat terpukul dan tak yakin putra pertamanya itu terlibat jaringan terorisme.

”Tak tahu apa salah anak kami. Ditangkap tapi tak ada pemberitahuan sama sekali. Kami ingin tahu yang sebenarnya pak. Kalau dia salah, paling tidak datang dan kasi tahu biar kami tahu.” ujar Drm, ibu HGY, kepada wartawan, Sabtu (6/8/2016).

Sang ayah, Hmd, juga berharap kepada Densus 88 secepatnya memberikan informasi pasti terkait penangkapan anak pertamanya itu.

”Ya kalau salah dia silakan ditahan. Jujur saja kami dapat informasi ini semua dari media. Dari kepolisian sama sekali tak ada,” ujar Hmd.

Sampai siang kemarin, keluarganya hilang kontak dengan HGY. Ponsel HGY tidak bisa dihubungi dan keberadaan HGY juga tidak diketahui pasti. ”Mau ketemu dia dimana, kamipun bingung,” ujar Hmd.

Kejadian itu diakuinya membuat keluarganya terpukul. Pasalnya informasi yang menyebutkan HYG terlibat dalam jaringan terorisme hal yang tak disangka sama sekali.

HGY menurutnya pemuda baik dan penurut. Memiliki bawaan pendiam, HGY memang rajin dan tekun dalam urusan agama, sehingga dia yakin anaknya itu tak mungkin terlibat dalam jaringan teroris seperti yang disangkakan.

Setiap malam HGY memang pamit ngaji, namun kedua orangtua HGY ini menilai wajar jika seorang muslim menuntut ilmu secara terus menerus.

”Keluar setelah isya. Apalagi kalau malam Jumat. Namanya orang mau beribadah ya tak mungkin saya larang,” ujarnya.

Setiap keluar untuk ngaji, Hadi membawa satu tas kecil berisikan buku-buku agama dan Alquran. Ayah HGY mengangap wajar jika anaknya menuntur ilmu agam karena dia sebagai seorang muslim. (cr14/eja/ska)

Update