batampos.co.id – Baru-baru ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy melontarkan wacana penerapan “Full Day School”.
Sontak ide itu memantik reaksi pro kontra dari masyarakat terutama orang tua murid. Masyarakat umum banyak yang masih asing dengan sistem sekolah Full Day School. Bagaimanakah sebenarnya penerapan sistem ini?
Tak disangka wacana Full Day School (FDS) itu menyedot perhatian. Guru, wali murid, praktisi pendidikan, politisi, juga media ramai bicara soal FDS. Tidak heran jika dua minggu terakhir ini, wacana ini demikian hangat menghiasi media lokal juga nasional.
Ada yang gusar, ada juga yang girang. Berangkat dari ini, Batam Pos (grup batampos.co.id) lantas menyambangi beberapa sekolah yang notabenenya sudah sejak lama menerapkan sistem ini, adalah Al Kahfi Islamic School (AIS) dan SD Muhammadiyah Batam.
Rabu (10/8) pagi, wartawan koran ini mengunjungi Al Kahfi Islamic School (AIS), tepatnya gedung SD sekolah yang berlokasi di The Capitol Imperium Blok A Nomor 42B-47 Jalan Jenderal Sudirman Batam.
Sekilas tidak ada yang beda sekolah ini dengan sekolah pada umumnya. Ada guru juga ada murid, suasana belajarnya pun demikian. Namun saat waktu salat Dzuhur tiba, tanpa komando yang berlebihan anak-anak yang demikian belia itu menggapai sajadah dan bergegas wudhu lalu siap-siap salat.
Ternyata, hal itu bukan hal yang baru di sekolah ini, Kepala SD AIS Yona Melinda mengungkapkan walau masih belia penanaman nilai keislaman dilakukan sejak dini.
Sejak angkatan pertama lima tahun lalu, sekolah ini telah menerapkan full day school dari pukul 08.00 hingga pukul 14.30 WIB, jauh sebelum wacana pak menteri sekarang. Yona mengatakan penerapan FDS tidak memberatkan jika manajemen sekolah bagus.
“Malah ada anak-anak yang nggak pengen pulang, Alhamdulillah,” kata Yona.
Hal ini berhasil, karena FDS tidak semata-mata hanya mendengarkan guru mengajar, suasana belajar dibuat semenarik mungkin tanpa membebani peserta didik, tidak hanya itu untuk kelas empat dan lima pada hari Rabu ada Eskul yang dilakukan dari pukul 14.00 hingga pukul 15.00 WIB, sementara Jumat pukul 14.00 WIB hingga 14.30 WIB.
Eskul-eskul itu itu diantaranya pramuka, beladiri, juga tata boga, juga klub tadfidz. “Kalau tidak begitu, kita saja yang besar bosan apalagi anak-anak,” ungkapnya.
Menurutnya FDS bagus, dengan jam pelajaran yang lebih anak diberikan kesempatan yang cukup untuk mengembangkan diri, termasuk diantaranya menghafal Alquran.
“Apalagi anak-anak usia ini mudah hafalnya. Sekarang ada yang hafal 2 juz, tiga juz bahkan ada yang enam juz anaknya kelas lima sekarang,” katanya.
Anak yang mengahafal enam juz itu yakni Najib Rohimat,10, anak dari pasangan Ias dengan Rohimat warga Legenda Malaka Batamcenter. Najib Mengungkapkan lama di sekolah tidak masalah buatnya.
“Belajarnya bagus. Shalat sama teman-teman. Bagus hafal Alquran saja daripada ke warnet,” kata Najib malu-malu.
Sementara itu Ketua Tim Penjamin Mutu SD Muhammdiyah Heny Kusdayanti mengatakan penerapan FDS tidak serta merta mengurangi dunia bermain anak, malah jika di sekolah bermain selain ada pembimbing juga banyak teman.
“Di rumah mereka akan cari teman di luar, apalagi kalau orang tua tidak ada di rumah,” katanya.
Selain itu, karena waktu di sekolah dari pukul 07.20 hingga pukul pukul 15.00 WIB, anak-anak punya kesempatan untuk salat berjamaah, berbeda jika anak pulang sebelum waktu salat Dzuhur dan akhirnya tidak menutup kemungkinan akan melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat.
“Sehingga anak bisa mengurangi kegiatan yang tidak bermanfaat seperi main game atau warnet, kalau di sekolah kan bermain dapat, disiplin dapat, nggak monoton belajar,” pungkasnya.
Wali murid dari Yodha Krakatau Nusantara,8, Andriani mengatakan penerapan FDS tidak jadi masalah, namun yang penting adalah kesiapan guru.
“Sebenarnya yang paling penting itu adalah kualitas gurunya, sabar tidak dia (guru) mengajari anak-anak, bisa tidak dia (guru) memahamkan pelajaran ke anak-anak. Bukan masalah kurikulum atau full day sekolahnya.” katanya.
Meski begitu, sekolah full day itu kata Andriani, ada positifnya. Karena sekolahnya mengutamakan pendidikan agama dan pembentukan karakter anak sejak dini. “Ibarat jadi orang pintar itu bagus, tapi apa artinya kalau orang pintar namun tidak berakhlak,” kata ibu muda ini.
Kegiatannya dimulai dari pukul 7.20 sampai pukul 15.00 WIB. Selama di sekolah, anak-anak mengikuti beragam kegiatan, yaitu kegiatan agama, belajar, istirahat hingga beragam ekstrakurikuler untuk menyalurkan bakat anak-anak. Untuk murid SD, kegiatannya dimulai dengan membaca iqra, lalu salat dhuha berjamaah.
“Saat salat dhuha berjamaah, anak-anak cowok mendapat giliran untuk menjadi imam. Dengan begitu biarpun anak saya masih murid kelas 3 SD, anak saya sudah terbiasa menjadi imam,” kata Andriani.
Selain itu, karena sekolahnya dari pagi sampai sore dan tidak ada kantin di SD Muhammadiyah Plus, para orang tua wajib membekali anak-anaknya snack untuk dimakan saat jam istirahat dan bekal makanan untuk makan siang.
“Anak-anak terbiasa bawa bekal ke sekolah dan dibiasakan untuk tidak jajan. Pernah waktu anak saya kelas 1 SD, pas selesai sekolah, saya mengajak anak jajan pao yang kebetulan ada di pinggir jalan depan sekolah. Besoknya saya dapat surat dari sekolah, para orang tua tidak boleh mengajak anaknya jajan di sekitar sekolah. Saya pikir ini hal bagus. Karena kalau anak sudah terbiasa jajan menghentikannya itu susahnya luar biasa,” pungkasnya. (adiansyah)