batampos.co.id – Kota Selatpanjang, Kepulauan Meranti mulai berdandan. Tiga pekan lagi ribuan wisatawan akan menyerbu kota kecil di pesisir Selatmalaka ini untuk merayakan tahun baru cina 2568 yang jatuh pada Sabtu 28 Januari mendatang.
Jalan-jalan mulai dihiasi ribuan lampu lampion. Begitu juga dengan puluhan vihara yang berada di penjuru kota kecil ini semuanya mulai berhias dengan warna merah medominasi. Tidak ketinggalan dengan rumah-rumah warga keturunan. Mereka berlomba-lomba membersihkan halaman ataupun memberi cat baru untuk dinding dan pagar rumah.
Selain memiliki makna budaya religi, perayaan imlek di Kota Selatpanjang menjadi iven spesial dan selalu ditunggu. Baik oleh warga tionghoa, pribumi maupun dari luar negeri yang sekedar berkunjung ataupun pulang kampung.
Dipilihnya Kota Selatpanjang sebagai tujuan wisata tahun baru cina tentunya bukan tanpa alasan. Kabupaten berjuluk Kota Sagu ini memang memiliki nilai historis bagi warga keturunan.
Selatpanjang atau yang dulunya dikenal dengan Pulau Tebingtinggi menjadi tempat terdampar dan pengungsian nenek moyang mereka saat lari dari pemerintahan komunis cina pertengahan abad 19 atau sekitar tanun 1850.
Saat itu pula ada dua dewa yang sempat dibawa agar tidak dihancurkan komunis, yakni Dewa Cho Se Kong dan Tua Pek Kong.
Kini patung dua dewa yang memilki arti khusus bagi warga tionghoa Meranti itu bersemayam di kelenteng tertua Selatpanjang, Vihara Sejahtera Sakti, Jalan Ahmad Yani Selatpanjang dan akan diarak berkeliling kota setiap tahunnya saat hari keenam imlek.
“Nanti akan ada panitia khusus dari kami untuk melaksanakan pawai dewa tua pek kong dan cho se kong,” kata Tjuan An, Pengurus Yayasan Sosial Umat Beragama Budha (YSUBB) Kepulauan Meranti.
Selain beberapa nilai historis di atas, kegiatan imlek yang tidak kalah seru menggaet wisatawan adalah perang air atau cian cui.
Beberapa ruas jalan Selatpanjang biasanya akan dibikin satu arah mulai pukul 16.00 Wib hingga pukul 18.00 Wib. Warga tionghoa akan menggunakan becak motor berkeling kota dengan persediaan air dilengkapi berbagai media perang, seperti pistol air, jas hujan, gayung dan ember.
Sedangkan warga lainnya bersiap di depan rumah masing-masing dengan persediaan yang sama siap untuk menembak, melempar dan menyiram air pada warga yang melintas.
“Perayaan ini masuk dalam kalender wisata kita (Meranti, red),” kata Ismail Arsyad, Plt Kadis Pariwisata Kepulauan Meranti.
Berbagai rangkaian kegiatan, mulai dari penyambutan turunnya dewa dari langit, arak-arakan dewa pada imlek ke enam atau cue lak, perang air hingga prosesi mengantarkan kembali dewa ke langit pada imlek kesepuluh, menjadi magnet bagi wisatawan mengunjungi tanah jantan ini.
“Iven ini bukan hanya untuk Meranti, tapi juga menjadi sektor wisata bagi provinsi dan nasional. Kita juga mengundang wisatawan dalam dan luar negeri merasakan ramainya imlek di Selatpanjang,” tuturnya.
Berdasarkan data pengurus Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kepulauan Meranti pada imlek 2016 lalu, jumlah kunjungan ke Selatpanjang mulai dari H-2 imlek hingga hari kelima tercatat sebanyak 16 ribu pengunjung. Sedangkan dari analis foto drone Dinas Pariwisata Provinsi Riau pada malam Cue Lak atau imlek keenam, ada 20 ribuan warga memadati jalanan Selatpanjang untuk pesta kembang api dan seremonial imlek lainnya.
“Kalau untuk tahun ini bisa kita perkirakan tidak jauh berbeda dari angka tersebut,” kata Ketua PHRI Kepulauan Meranti, R.U.P.S Uyung Salis.
Terkait ketersediaan hotel dan restoran sebagai kebutuhan mutlak pengunjung dan wisatawan, Uyung yang juga GM Grand Meranti Hotel memastikan tidak ada masalah meski harus mencari alternatif lain. Saat ini ada lebih kurang 500 kamar dari 7 hotel bintang dan melati tidak termasuk wisma. Sedangkan untuk restoran besar dan kecil terdata sebanyak 70 dengan 2400 kursi.
“Memang kalau untuk imlek keempat, lima dan enam semua kamar hotel sudah terisi. Tapi kondisinya hanya pada hari itu saja, apalagi pengunjung yang datang kebanyakan pulang kampung dan memiliki kerabat di sini,” jelas Raden Uyung. (amn)