batampos.co.id – Meski masih 10 hari lagi tahun baru Imlek, namun warga Tionghoa sudah mulai mencari ikan Dingkis di pasar. Seperti yang nampak di pasar Penuin Lubukbaja, Batam.
“Udah mulai jual, tapi masih murah karena telurnya sedikit. Harganya masih Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu per kilo,” ucap seorang pedagang Ismail, Senin (16/1).
Warga Tionghoa meyakini mengonsumsi ikan Dingkis membawa rejeki, setiap jelang Imlek ikan Dingkis jadi favorit dan selalu dicari di Batam.
“Yang bikin mahal itu telurnya, makin banyak telur makin mahal. Sekarang masil murah,” katanya.
Dia menambahkan, ikan Dingkis punya dua jenis telur, ada yang berwarna putih dan kuning.
“Pasangan baru atau anak muda suka cari yang telur putih, kalau yang kuning orang tua, karena kolesterolnya tinggi,” ujarnya.
Berbeda dengan Ismail, pedagang lain Ati mengatakan kini dia telah menjual dengan harga Rp 150 ribu perkilo.
Menurut Ati, biasanya ikan Dingkis mulai mahal mulai empat atau lima hari jelang imlek karena saat ikan Dingkis akan banyak bertelur.
“Harganya Rp 350 ribu sampai Rp 400 ribu per kilo,” ucapnya.
Sementara itu, ketua Himpunan Seni Budaya Suku Tionghoa Indonesia (Hisbutib) Batam Harsono mengatakan Ikan ini cukup unik pasalnya ikan bertelur saat imlek saja.
Atau tepatnya banyak bertelur pada hari kedua imlek atau tanggal 2 bulan 1 penanggalan Tionghoa.
“Ini yang bikin kami heran,” ucapnya.
Namun dia mengungkapkan keharusan mengonsumsi ikan Dingkis tak ada dalam budaya Tionghoa, hal unik ini hanya terjadi di Kepri, khususnya Batam.
“Mulai kapan (kebiasaan makan Ikan Dingkis di Kepri) belum ada yang tahu pasti. Namun, ada sebagian orang Tionghoa yang percaya makan datangkan rejeki,” pungkasnya. (cr13)