Untuk mengembalikan kondisi waduk Duriangkang dari ‘keterpurukan’ kapasitas ke level aman, Duriangkang tentunya harus disuplai dengan curah hujan yang cukup.
Pasca-diterjang Elnino (kemarau panjang) pada Februari 2015 silam, saat ini Waduk Duriangkang jauh dari kata pulih. Sepanjang 2016 hujan selalu turun, tetapi tidak mencukupi batas normal air dalam waduk.
“Satu bulan terakhir memang curah hujan cukup tinggi di Batam, namun kondisi tersebut belum membuat duriangkang bisa membaik. Andai curah hujan bisa terus turun dengan deras dan berkelanjutan, maka level Waduk Duriangkang akan bertambah. Saat ini posisi level dam berada di minus 233 cm, atau jauh dari level aman yakni di minus 50 cm. Kita berharap hujan bisa terus turun di area waduk,” jelas Enriqo lagi.
Saat kondisi normal, curah hujan di sekitar Duriangkang bisa mencapai 2.055 milimeter (mm) selama satu tahun atau rata-rata 171 mm per bulan. Namun demikian, kondisi tersebut saat ini tidak mencukupi.
Dan hal ini bisa dilihat pada bulan Februari 2016 dimana saat itu curah hujan di angka 242,48 mm, ternyata tidak bisa membuat level Waduk terangkat. Malahan kian turun di posisi minus 262 pada bulan berikutnya yakni Maret. (lihat tabel Curah hujan /Rain Fall vs Level Dam)
Hal yang patut disyukuri terlihat pada bulan Oktober 2016, dimana saat itu curah hujan berada pada posisi tertinggi dengan angka 313,664 mm yang berakibat level dam meningkat 86 cm sehingga berada di posisi minus 288.(lihat tabel)
“Secara rata-rata sepanjang tahun 2016, curah hujan yang turun di Batam berada pada posisi 170 mm per bulannya. Dan hal ini sudah masuk dalam kondisi normal,”tegas Enriqo.
Dan satu-satunya yang bisa menaikkan level Waduk Duriangkang ke level aman adalah turunnya curah hujan seperti yang terjadi pada bulan Oktober selama tiga hingga empat bulan berturut-turut. Dengan curah hujan diatas 250-300 mm setiap bulannya.
“Artinya, jika level Waduk mau kembali dalam posisi normal (0) atau pada posisi sebelum terjadi Elnino (minus 50), Kota Batam harus mengalami curah hujan seperti yang terjadi pada Bulan Oktober selama tiga hingga empat bulan secara berturut turut,”terangnya.
Kondisi tersebut sangatlah tidak mungkin, mengingat curah hujan yang turun pada bulan Oktober saja merupakan sebuah anomali.
Meski demikian, tambahnya lagi, ATB terus berupaya menjaga ketahanan air baku dengan menekan kebocoran, yang juga berarti menurunkan volume produksi, namun penyusutan air baku di dam masih tidak bisa dihindari.
“Waduk Duriangkang memiliki volume level normal berada di angka 78 juta m3. Dari jumlah tersebut, tidak semuanya bisa diolah untuk jadi air bersih. Terdapat sekitar 25 juta m3 yang merupakan daerah tampungan mati yang tidak bisa diambil untuk diolah. Posisinya berada di tengah-tengah Waduk, tidak bisa untuk di pompa ke intake. Sehingga yang bisa diabstraksi hanya sekitar 40 juta m3 saja,” ujarnya.
Berkurangnya curah hujan, juga berpengaruh pada posisi pintu air yang sudah berada di pintu kedua untuk mengambil aliran air baku. Waduk Duriangkang, diketahui memiliki tiga pintu aliran air masuk menuju intake.
Pintu pertama memiliki jarak 2,5 meter dari permukaan waduk, begitu juga jarak antara pintu kedua dan ketiga.
Tiga pintu tersebut memiliki ketinggian 7,5 meter dari permukaan air waduk. Dari pintu tersebut, untuk kondisi normalnya hanya satu pintu yang digunakan untuk mengambil air baku menuju pompa intake.
“Saat ini pengambilan air baku duriangkang sudah di level (pintu) dua dari tiga yang tersedia. Dibukanya pintu kedua menandakan,kondisi waduk jauh berada dibawah level normal. Apabila terjadi kemarau panjang, bisa jadi pintu ketiga akan dibuka, namun pada posisi ini kualitas air sudah tidak akan bagus lagi,” ujarnya.
Kekhawatiran akan menyusutnya level Duriangkang sudah tidak bisa dihindari lagi, untuk bisa berada dilevel aman. Meski beberapa waktu terakhir curah hujan di Batam sering terjadi, namun belum bisa menambah volume air di dalam waduk Duriangkang secara signifikan.
Dam Duriangkang digunakan untuk mencukupi kebutuhan 151.466 pelanggan di Kota Batam, dengan jumlah konsumsi air bersih di dam ini mencapai 2.485.664 m3 perbulannya.
Dengan daerah yang dialiri mulai dari Batu Besar Kabil, Batam Centre, Bengkong , Nagoya, Jodoh Sengkuang, Batu Merah, Jodoh, Sagulung dan sekitarnya.(*)