Sabtu, 9 November 2024

Di Batam, Satu Bulan Ada Lima Kasus Kanker Payudara

Berita Terkait

ilustrasi

batampos.co.id – Kanker payudara merupakan penyebab kematian peringkat pertama di Indonesia, bahkan dunia. Saat ini sekitar 6000 penderita sudah divonis menderita kanker payudara di Indonesia.

“Grafiknya menanjak naik,” Kata dokter spesialis bedah dan Onkologi Rumah Sakit Badan Pengusahaan (RSBP) Batam, dr. Joshua Partogi Saing, SpB (K) Onk.

Di Batam sendiri, setiap bulannya terdapat empat kasus kanker payudara yang ditemukan, dan didominasi mereka yng berusia 40-50 tahun ke atas.

“Sepertinya akan ada perbedaan, jika sebelumnya kanker serviks peringkat pertama, namun semakin ke sini jumlah penderita kanker payudara semakin banyak,” kata pria yang menyelesaikan pendidikan Bedah Onkologi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung ini.

Menurutnya, selama ini, kebanyakan pasien datang sudah stadium tiga-empat. Dari pengakuan pasien, mereka sudah lama merasakan keganjilan pada bagian tubuh, namun enggan memeriksakan diri karena tidak merasa kesakitan.

“Mereka penderita sering mengabaikan, malah banyak yang berobat tradisional, sebelum akhirnya memutuskan pengobatan medis,” kata pria kelahiran 1979 ini.

Dia menjelaskan, ada beberapa ciri-ciri kanker payudara diantaranya, timbul benjolah di sekitar payudara, dimana pada stadium satu benjolan berukuran 2 centimeter, stadium tiga 3-5 centimeter, stadium tiga lima centimeter, dan stadium empat sel sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya, nyeri di bagian dada, keluar cairan dari puting, dan perubahan pada payudara seperti timbul pori-pori.

Meskipun banyak kasus ditemukan usia 40-50, perempuan sebaiknya bisa melakukan Periksa payudara Sendiri (SADARI).

“Perempuan yang masih haid, bisa melakukan SADARI pasca satu minggu setelah masa menstruasi. Periksa mandiri saja, jika ditemukan benjolan segeralah periksakan diri,” imbau pria lulusan Universitas Sumatera Utara ini.

Dia menambahkan tidak ada faktor penyebab tunggal dalam kasus kanker.

“Kompleks, bisa pola hidup, dan genetik, hingga kurangnya kesadaran memeriksakan diri secara berkala. Minimal satu kali setahunlah,” sebutnya. (cr17)

Update