Jumat, 19 April 2024

Klenteng Ini Simbol Kekerabatan Cina dan Melayu di Lingga

Berita Terkait

Salah satu Klenteng tua di Daik Klenteng Cetiya Loka Santi di Kampung Cina Daik. Klenteng ini masuk dalam salah satu BCB kabupaten Lingga. foto :batampos

batampos.co.id – Hubungan kekerabatan warga Thionghua di Bunda Tanah Melayu sudah terjalin begitu lama. Bahkan menurut sumber, keberadaan warga Thionghua sudah ada sejak jaman Kesultanan Lingga masih berdiri lebih dari 200 tahun yang lalu di Daik Lingga.

Pemerhati Sejarah dan Budaya di Daik, Lazuardy membenarkan hal ini. Menurut bapak dua anak ini, persaudaraan antara masyarakat melayu pribumi dan warga Thionghua telah terjalin dengan baik. Pada tahun 2012 silam, pemkab Lingga bersama BPCB Batu Sangkar bahkan menetapkan lima buah rumah ibadah warga Thionghua sebagai bagian dari Benda Cagar Budaya (BCB) Kabupaten Lingga.

Dua rumah ibadah berupa Klenteng terdapat di Daik. Sedangkan tiga buah rumah Ibadah lainnya berada di desa Kudung kecamatan Lingga Timur dan dusun Centeng serta dusun Sambau kecamatan Lingga Utara.

Lazuardy menjelaskan di Daik ada Kelenteng Pek Kong Keng dan Cetiya Loka Shanti yang kini bernama Kelenteng Tian Hou Keng. Kelenteng Pek Kong Keng adalah Kelenteng ke dua yang dibangun di Lingga. Ada sisa bangunan Klenteng juga di Kampung Bakaw, di duga lebih tua dan diperkirakan sudah ada sejak zaman kesultanan Lingga masih ada menurut sejumlah catatan. “Belakangan rumah-rumah ibadah ini direhab baru,” ungkap Lazuardy kepada Batam Pos, Rabu (25/1) siang.

Ciri khas dan kekentalan motif serta corak Klenteng meskipun dilakukan rehab sambung Lazuardy tidak menghilangkan fungsi. Sampai saat ini, kedua rumah ibadah di Daik tersebut tetap digunakan warga Thionghua.

Ditambahkan Lazuardy, selain keberadaanya yang cukup lama, kekerabatan dan toleransi antara warga Thionghua dan Melayu berjalan sangat baik. Tidak pernah ada gesekan. Bahkan saling membantu. Seperti dalam kehidupan sehari-hari maupun saat perayaan hari raya. Orang-orang Thionghua bahkan tak segan-segan untuk membantu pembangunan rumah ibadah umat muslim. “Selain itu dalam acara-acara ada perkawinan dan kematian, warga Thionghua selalu hadir. Sedangkan saat hari raya Imlek, ada juga warga melayu yang ikut membantu,” sambungnya.

Pantauan di lapangan, jelang perayaan Tahun Baru Imlek, warga Thionghua mulai menghias Kelenteng dengan lampion-lampion. Lokasi yang berada di perkampungan tua Kampung Cina Jalan Datok Laksemana tersebut menambah semarak keberagaman suku bangsa di Bunda Tanah Melayu. (mhb)

Update