Kabar meninggalnya Rekaveny Soerya mengagetkan banyak orang. Sosok tegar itu mengembuskan napas terakhirnya di RS National University Singapura, Rabu (25/1), setelah dua bulan berjuang melawan serangan sel kanker.
Video berdurasi satu menit tiga detik itu tiba-tiba viral di media sosial beberapa jam setelah kabar wafatnya Rekaveny Soerya tersiar, Rabu (25/1) pagi. Istri mantan Wakil Gubernur Kepulauan Riau itu meninggal pukul 07.07 WIB waktu Singapura.
Dalam video itu, Rekaveny tengah bernyanyi diiringi Soerya Respationo -suaminya. Mereka berduet mendendangkan lagu You Are My Sunshine milik Jimmie Davis dan Charles Mitchell. Rekaveny yang menyanyi, Soerya yang memainkan musik dengan kotak musik klasik.
“You are my sunshine, my sunshine only. You make me happy when skies are grey,” dendang Rekaveny.
Soerya memutar alat itu perlahan-lahan. Nada-nada muncul satu demi satu dalam tempo yang lambat. Rekaveny ikut memperlambat tempo nyanyiannya.
Rekaveny hanya mengenakan piyama tidur, ketika itu. Ia duduk di atas tempat tidur. Kakinya tersimpan di bawah selimut. Sebuah topi rajut hitam membungkus kepala. Selang oksigen melintang di bawah hidung. Di samping tempat tidur, dua botol infus tergantung di tiang. Sebuah alat pemantau detak jantung berdiri tak jauh dari sana.
Wajah Sekretaris Komisi II DPRD Batam itu putih pucat. Ia tampak kurus. Namun, bibirnya terus menyunggingkan senyum. Tak jarang ia juga tertawa. Seperti malu-malu, ia memandang Soerya yang duduk di sampingnya.
Soerya rapi dalam balutan setelan kemeja biru tua dan celana jins hitam. Kacamata hitam andalannya tergantung di kerah baju. Ia tertunduk memandang kotak kecil yang ia putar.
“You never know, dear, how much I love you. Please don’t take my sunshine away,” dendangnya lagi.
Ya, video tersebut diambil ketika Rekaveny masih dirawat di rumah sakit di Singapura.
“Sekitar sebulan lalu,” kata Ketua DPRD Kepri, Jumaga Nadeak.
Jumaga tengah melayat di rumah duka di Perumahan Taman Duta Mas A17 Nomor 4, Rabu pagi itu. Soerya tak ada di rumah. Ia masih berada di Singapura, menunggui istrinya.
Rekaveny meninggal karena sel kanker menggerogoti tubuhnya. Ini metastesis kanker serviks yang pernah ia derita 2011 lalu. Dari awalnya hanya terdeteksi tumbuh di otot dada, Oktober 2016 lalu, sel ganas itu ternyata telah menyebar hingga ke paru-paru dan getah bening.
Dua bulan lamanya, ia bolak-balik Batam-Singapura untuk berobat. Ia berhenti datang ke ruangannya di Komisi II DPRD Batam. Ia bekerja di rumah ataupun di rumah sakit. Ia berkomunikasi dengan anggota Komisi II lainnya melalui obrolan Whatsapp.
Ketua Komisi II DPRD Batam Yudi Kurnain mencatat, Rekaveny rutin berobat ke Singapura setiap hari Rabu. Ia menjalani kemoterapi di hari Kamis. Menginap sehari untuk memulihkan kondisi tubuh. Lalu pulang di hari Minggu.
Namun, tidak seperti biasanya, Rekaveny langsung pulang ke Batam usai terapi, Kamis (19/1) lalu. Keesokan harinya, Jumat (20/1), tubuhnya bereaksi. Keluarga membawanya ke RS Awal Bros.
Sore harinya, keluarga memindahkannya ke Singapura. Sesampainya di sana, Rekaveny langsung diharuskan menjalani rawat inap. Ia hanya ditemani anak-anaknya. Soerya Respationo masih tinggal di Batam. Karena ketika itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Asman Abnur dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian tengah berkunjung ke Batam.
Soerya baru datang ke Singapura, Senin (23/1). Ketika ia datang, dokter langsung meminta keluarga berkumpul. Di depan keluarga besar, dokter menyatakan angkat tangan terhadap penyakit Rekaveny.
Sel kankernya sudah menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya. Obat-obatan sudah tidak mampu mengobatinya. Hanya keajaiban Tuhan yang bisa menyembuhkannya. Dokter meminta Soerya membawa istrinya pulang ke Batam.
“Selasa (24/1), pagi-pagi sekali, saya datang ke sana (rumah sakit). Beliau masih sadar tapi (kondisinya) sangat lemah. Matanya terpejam dan napasnya seperti orang mendengkur tapi respon masih ada,” kisah Jumaga.
Soerya sedang sedih-sedihnya, kala itu. Ia memilih berada di luar ruang. Ia tak tega melihat kondisi istrinya seperti itu. Jumaga mengatakan, Soerya tak berhenti menangis.
“Saya bilang, ‘Masuklah. Bisikkanlah. Ucapkanlah.’ Tapi dia (Soerya) bilang, ‘Saya tak kuat, Bung!’,” kisah Jumaga lagi.
Pada akhirnya, Lurah Paguyuban Among Wargo Jowo (Punggowo) itu menguatkan diri memasuki ruangan istrinya. Ia menunggui istrinya.
“Sore harinya, pukul 15.00 WIB kami urus segala sesuatunya di sini. Ternyata, pagi hari kami dengar beliau sudah tidak ada,” ujar Jumaga lagi.
***
Rekaveny Soerya lahir di Jakarta, 7 Juli 1964. Darah Minang kental mengalir di tubuh puteri Fadli Gatam itu. Ia cucu dari Pahlawan Minang, Bagindo Aziz Chan. Ia pernah berziarah di makam kakeknya di Bukittinggi, tahun 2014 silam.
Istri Soerya Respationo ini meninggalkan empat anak dan tiga cucu. Yakni Vira Jiansa Respaty, Dwi Ajeng Sekar Respaty, Putra Yustisi Respaty, dan Bidadari Mahardhika Respaty. Tiga cucunya, yaitu, Adipati Luhung Sangkora, Auliandra Kinanti Arumdalu, dan Abyandra Satria Bimasena.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Kepulauan Riau, Guntur Sakti, mengatakan selama sakit, Rekaveny dikelilingi, dirawat, diasuh, dan dijaga oleh keluarganya secara bergantian. Sehingga ia tidak pernah merasa kesepian.
“Ini yang luar biasa. Saya menduga, seluruh energi Pak Soerya dihabiskan untuk ibu,” ujarnya usai memandu prosesi pesemayaman Rekaveny di rumah duka di Perumahan Taman Duta Mas A17 Nomor 4.
Guntur Sakti ikut menyaksikan detik-detik berpulangnya Rekaveny di RS National University (NUH) Singapura. Ia berada di Singapura sejak Selasa (24/1) siang. Ketika itu, ia mendapat kabar dari anggota DPRD Kepulauan Riau Asmin Patros bahwa Soerya menginginkan kehadirannya.
“Pak Soerya bilang, ‘Kira-kira Guntur bisa ke Singapura tidak?’ Dia paham kalau saya kerja kan,” kata Guntur lagi.
Pria yang pernah menjabat Kepala Dinas Pariwisata Kepri itu mengaku datang atas rasa kemanusiaan. Sebab, ia sudah menganggap Soerya Respationo sebagai keluarganya sendiri. Ia dekat dengan seluruh anggota keluarga Soerya Respationo.
Dari Guntur juga informasi mengenai mendiang Rekaveny tersampaikan ke publik. Ia juga mengumumkan informasi kedatangan jenazah ke rumah duka. Ketika itu, info kedatangan jenazah memang sempat simpang siur.
Disampaikannya, prosesi pemulangan jenazah dari rumah sakit Singapura memang memakan waktu. Namun, jalannya proses itu rupanya lebih cepat dari yang mereka perkirakan. Awalnya, mereka memperkirakan, prosesi akan memakan waktu enam hingga tujuh jam. Rupanya, dapat berlangsung dalam waktu tiga hingga empat jam.
Sebelum dipulangkan, jenazah dimandikan, dikafani, dan disalatkan. Prosesi itu dipandu oleh Yayasan Muslim di Singapura. Pemandian jenazah dilakukan oleh pihak keluarga.
Pukul 14.00 waktu Singapura, jenazah dipulangkan menggunakan kapal melalui Pelabuhan Tanah Merah. Jenazah tiba di Pelabuhan Internasional Batam Centre pada pukul 14.00 WIB. Jenazah diantar menggunakan mobil ambulans. Soerya Respationo dan anak ketiganya, Putra Yustisi Respaty, ikut berada di dalam ambulans.
Jenazah tiba di rumah duka pada pukul 14.51 WIB. Jenazah sudah berada di dalam peti. Para pelayat berbaris membentuk pagar di sekeliling jalan. Pembawa peti melewati para pelayat dan mengantar jenazah ke tempat persemayaman sementaranya di ruang baca.
Di sana sudah disiapkan dipan kasur untuk mendiang Rekaveny. Di sekitar bagian atas kasur tersebut dipajang empat hingga lima potret diri Rekaveny semasa hidup. Para pelayat perempuan menyambut jenazah dengan lantunan salawat.
Soerya Respationo dan Putra Yustisi Respaty mengiringi mendiang di belakang. Mereka menyalami setiap pelayat yang hadir. Terkadang ia memeluk beberapa pelayat yang ia kenal baik. Dari raut wajahnya, Soerya tampak sangat berduka. Ia melepas kacamata hitamnya. Kedua matanya sembab. Air mata masih tersisa di pipi.
“Tolong doakan (Ibu Rekaveny) ya,” katanya sambil menyalami setiap pelayat.
Sementara Putra Yustisi, putra ketiganya, tak melepaskan kacamata hitamnya. Ia terisak ketika seseorang menepuk pundak dan memintanya bersabar. Ia berjalan sambil menundukkan kepala.
Setelah keduanya sampai di ruang baca, jenazah dikeluarkan dari peti. Prosesi ini dilakukan oleh Soerya Respationo dan anak-menantunya. Mereka menidurkan mendiang di kasur yang telah disediakan.
“Sesuai permintaan Pak Soerya, pemakaman akan dilakukan besok (hari ini, Kamis (25/1), red) di Sasana Punggowo di Nongsa. Soalnya, masih ada kerabat yang ditunggu hingga sore ini,” tutur Guntur lagi.
***
Sebagian besar pelayat mengaku kaget mendengar kabar berpulangnya Rekaveny Soerya. Sebab, di mata mereka, Rekaveny tak pernah tampak sakit. Ia tampak sehat, lincah, dan ceria. Meskipun, memang, mereka sudah mendengar Rekaveny sakit dalam dua bulan terakhir.
“Ia selalu tersenyum seolah-olah tidak sedang sakit,” kata Gubernur Kepulauan Riau, Nurdin Basirun, yang datang melayat kemarin.
Anggota Komisi II DPR RI Dwi Ria Latifa merasa sangat terpukul dengan berita kepulangan Rekaveny Soerya. Ia bahkan membatalkan rencana kunjungannya ke Solo, Rabu (25/1) pagi itu. Ia segera berburu tiket ke Batam, pagi itu juga. Ia tiba di Batam pada pukul 11.00 WIB dengan pesawat Sriwijaya.
“Saya diberi kabar oleh Romo (Soerya Respationo) melalui obrolan Whatsapp. Tak berapa lama, kerabatnya menelepon saya langsung dari Singapura,” ujarnya.
Kolega Soerya dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu berkisah baru saja menjenguk Rekaveny. Ia menyempatkan diri bertemu ketika ia pergi ke Singapura, Minggu (22/1) lalu. Ketika itu, kondisi Rekaveny sudah lemah. Namun, ia masih dapat berbicara dengan lancar.
Mereka bertukar kata. Dalam percakapan itu, Rekaveny berulang kali mengingatkan Ria untuk makan. Sebagai balasannya, Ria juga mengingatkan Rekaveny untuk meminum jus terapinya.
“Dia langsung minum jusnya. Ketika dokter meminta ia transfusi darah, dia oke,” ujarnya.
Ia mendeskripsikan sosok Rekaveny sebagai seseorang yang sangat perhatian. Selama dirawat di rumah sakit, Rekaveny tak pernah lupa mengingatkan kerabat, saudara, atau siapapun yang menjaganya untuk makan. Padahal, ia-lah yang seharusnya mendapatkan perhatian dari orang-orang disekitarnya.
Jumaga Nadeak juga sering mendapatkan pernyataan serupa dari Rekaveny. Tepatnya, setiap kali ia berkunjung ke rumah Soerya. “Dia pasti tanya, ‘Sudah makan belum?’ Baru kemudian tanya kabar anak dan istri,” kenang Jumaga.
Di mana ada Rekaveny di situlah ada makanan. Hal itu yang dirasakan oleh seluruh Anggota Komisi II DPRD Batam. Ketua Komisi II DPRD Batam Yudi Kurnain, mengatakan seluruh bagian Komisi II DPRD Batam merindukan sosok Rekaveny.
“Entah bawa sambal jengkol atau sambal pete. Lalu kami makan bersama-sama di ruangan,” ujarnya.
Yudi mengaku telah mendengar kondisi Rekaveny kritis sejak Selasa (24/1) malam. Ia segera saja berkoordinasi dengan anggota Komisi II lainnya, Mesrawati dan Sallom Simatupang. Niatnya, Rabu (25/1) pagi itu mereka menjenguk Rekaveny ke Singapura. Tapi kabar duka itu lebih cepat datang. Mereka membatalkan keberangkatan dan pergi bersama-sama ke rumah duka.
Di rumah duka, Mesrawati tampak menitikkan air mata. Begitu juga Yudi Kurnain yang keluar dari rumah duka dengan mata yang memerah dan berair. Ia mengelap air matanya sebelum berbincang dengan awak media.
“Terakhir kali bertemu dengan beliau itu sekitar awal Desember lalu. Kami belum sempat jenguk ke rumah sakit karena kata dokter, terbatas,” tuturnya.
Rekaveny memang tak pernah melupakan buah tangan setiap kali berkunjung ke satu tempat. Lenny Marlina, rekan Rekaveny, mengaku ada saja yang ia bawa. Entah itu bikinannya sendiri atau dapat dari orang lain. Rekaveny terkenal hobi memasak.
“Ke rumah saya saja dia bawa bahan bakwan yang belum dimasak itu. Katanya, ‘Biar enak, Mbak Lenny, kalau masaknya di sini,” ujar Istri Pengusaha Terek Adenan itu.
Satu hal yang mungkin jarang orang ketahui tentang Rekaveny adalah jiwa sosialnya. Ketika mendampingi Soerya sebagai Wakil Gubernur Kepri, Rekaveny menduduki jabatan sebagai Ketua Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Kepri. Ia dan anggotanya sering melakukan aksi sosial sebagai bentuk program kerja LKKS Kepri.
Namun, jauh di luar itu, Rekaveny rupanya sering diam-diam membantu orang. Ia memberi beasiswa ke anak-anak tak mampu, khususnya anak-anak yatim. Ia juga memberikan modal usaha pada sejumlah orang, ia juga pernah memberikan obat-obatan kepada orang-orang yang sedang sakit parah. Semua itu ia keluarkan dari kocek pribadinya.
“Kalau untuk yang seperti itu, dia tak pernah pakai protokol. Kadang-kadang juga dia nebeng di mobil saya” kisahnya lagi.
Tak sekalipun ia memperlihatkan rasa sakitnya di depan Lenny Marlina. Ia juga menolak mengakui dirinya sakit kanker. Bahkan di depan Soerya Respationo, Rekaveny tak ingin kelihatan lemah.
Kepada Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kepri, Guntur Sakti, mengatakan Soerya bangga dengan mental dan fisiknya. Rekaveny orang yang paling kuat mental dan fisiknya. Ia seakan tak pernah merasa sakit. Mentalnya di atas baja.
“Dengan sakit yang ia tanggung dalam beberapa kali ia sembuh. Mungkin mentalnya itu yang menyembuhkannya,” kata Guntur Sakti.
Mewakili keluarga, Guntur Sakti meminta masyarakat mendoakan almarhumah. Sekaligus memaafkan kesalahannya semasa hidup. Baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
“Ia akan dikebumikan di perkebunan keluarga di dekat makam Sambau. Ini merupakan wasiat terakhir dari beliau (Rekaveny Soerya),” katanya. (WENNY C PRIHANDINA, Batam)