batampos.co.id – Pertumbuhan kredit pembiayaan bank syariah di Kepri tumbuh secara dramatis pada tahun 2016. Nilai pembiayaan kredit mencapai Rp 3.703.145.000, tumbuh 35,64 persen dari tahun sebelumnya, 80 persen diantaranya ada di Batam. Sedangkan total aset mencapai Rp 3.797.717 atau meningkat 33,45 persen.
“Jumlah bank syariah juga terus bertambah. Pada tahun 2012 ada 9 bank dengan 27 kantor cabang. Dan sekarang ada 11 bank dengan 29 kantor cabang,” terang Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepri, Gusti Raizal Eka Putera, kemarin (26/1) kepada Batam Pos.
Gusti kemudian memaparkan jika ditinjau secara sektor ekonomi, maka kredit terbesar ada di sektor pembiayaan listrik, gas dan air. Pertumbuhannya mencapai 25 ribu persen dibanding tahun sebelumnya.
“Faktor ini disebabkan salah satu perusahaan suplier listrik ke kawasan industri di Tanjununcang mengajukan kredit sebesar Rp 689 miliar pada akhir Desember lalu pada salah satu bank syariah di Batam,” jelasnya.
Selanjutnya, dunia industri juga sudah mulai menaruh harapan besar kepada bank syariah. Pasalnya terjadi peningkatan cukup signifikan hingga 59 persen. Menurut catatan BI, total pembiayaan kredit yang diperoleh lewat sektor industri pengolahan mencapai Rp 103 miliar.
Kemudian total peningkatan terbesar untuk pembiayaan kredit berikutnya adalah pada sektor akomodasi dan makan minum. Peningkatannya mencapai 42 persen dengan total pembiayaan mencapai Rp 19 miliar.
Sedangkan untuk dana pihak ketiga, pertumbuhannya terbilang cukup baik dengan kenaikan mencapai 58,74 persen. Dari Rp 1,46 triliun pada tahun 2015 naik menjadi Rp 2,32 triliun pada 2016. Dari jumlah tersebut, jumlah tabungan naik 8,39 persen dari Rp 919 miliar menjadi Rp 976 miliar dan hal itu mengindikasikan minat masyarakat menabung di bank syariah cukup tinggi.
Kepercayaan itu semakin didorong oleh tingkat kredit macet yang rendah. Berdasarkan data BI, tingkat Non Performance Financial (NPF) di perbankan syariah Kepri hanya 1,10 persen.
“Konsep dual banking, konvensional dan syariah memberikan alternatif baru kepada masyarakat. Kepercayaan perusahaan kepada syariah semakin meningkat. Karena sistem bagi hasil yang menjadi konsep syariah tidak terpengaruh sama sekali oleh keadaan ekonomi yang sering berubah,” ungkap Gusti.
Konsep yang disebut Murahabah tersebut sangat menguntungkan nasabah dan bank. Dan saat merugi sekalipun bank ikut juga mengalami nasib yang sama. Karena konsep ini berawal dari akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan bank melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari nasabah. Dalam perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.”Dan cicilan tetap sama tidak berubah-ubah. Tetap sesuai dengan kesepakatan di awal,” jelasnya.
Bank syariah juga mengharamkan bunga sehingga sangat cocok bagi kalangan masyarakat yang memiliki idealisme tinggi soal ini.
Selain itu, produk ATM syariah sudah bisa dipakai di ATM manapun. Dan dengan pengembangan teknologi yang semakin baik, bank syariah di Kepri sudah hampir setara dengan bank konvensional.
“Tahun lalu presiden juga sudah membentuk Komite Nasional Bank Syariah yang berfokus untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia,” jelasnya.
Salah satu wacana dari Komite Nasional Bank Syariah adalah menghimpun dana masyarakat dari lembaga zakat untuk disalurkan kembali ke masyarakat.”Skema ini akan segera dijajaki dan konsepnya akan dibuat lebih baik lagi,” jelasnya.
Pantauan Batam Pos langsung di lapangan, masyarakat Batam memang memiliki minat tinggi untuk melakukan kegiatan perbankan di bank syariah. Salah satu bank yang cukup diminati adalah Bank Syarikat Madani.
Bank Syarikat Madani cabang Batuaji mencatat pertumbuhan untuk tiga produk perbankan syariah yang ditawarkan tumbuh sekitar 7,5 persen dari target 8 persen terhitung Januari hingga November 2016.
“Diprediksikan hingga akhir tahun ini, bisa capai target,” ujar Manager Operasional Bank Syarikat Madani Cabang Batuaji, Ade Fikri.
Ia mengatakan pertumbuhan pembiayaan kredit terbilang cukup stabil walau tidak setinggi tahun sebelumnya. Untuk produk pembiayaan saja Ade menyebutkan pertumbuhannya di hitung dari Bulan Oktober hingga November 2016 tumbuhnya hanya 7,16 persen dibandingkan tahun 2015 yang bisa tumbuh hingga 24,5 persen. Untuk produk pembiayaan multi jasa tahun ini tumbuh 0,49 persen, turun dibandingkan tahun 2015 yang bisa tumbuh 2,78 persen.
“Namun untuk tahun ini gadai tumbuh 2,49 persen dari tahun kemarin hanya 0,47 persen,” sebut Ade.
Ade kemudian mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi Bank Syariah yang bermukim di Batuaji adalah para pekerja yang kehilangan pekerjaan, karena rata-rata masyarakat Batuaji merupakan pekerja pabrik, sehingga jika hal tersebut terjadi, kemungkinan perputaran ekonomi di daerah ini akan terganggu.
“Untuk tahun ini, kami belum bisa memperdiksikan apakah pertumbuhan bank Syarikat akan semakin tumbuh atau gimana, karena pengalaman tahun ini, pertumbuhannya menurun,” jelas Ade.
Dikatannya untuk nasabahnya sendiri, Bank yang sudah hadir sejak 2011 ini memiliki sekitar 1500 orang untuk nasabah pembiayaan sementara untuk nasabah tabungan sekitar 7000 orang.
“Kebanyakan nasabahnya dari kalangan menengak kebawah,” tutupnya.(leo)