Kamis, 18 April 2024

Perempuan Cantik Binaan Korut, Siap Bunuh bahkan Ledakkan Pesawat

Berita Terkait

Won Jeong Hwa (kiri) pada Oktober 2008. Kim Hyon-hui pada 1987. Dia saat itu mengaku melakukan pemboman pesawat. (AP Photo/Yonhap, Kim Dong-kyu/AP Photo/Bei Yeon-Hong)

batampos.co.id – Perempuan, kerap dikaitkan dalam sejarah kasus penghilangan nyawa yang dikaitkan dengan Korea Utara.

Ya, perempuan memainkan peran utama.

Meski begitu, mantan mata-mata Korut Kim Hyon-hui menyebutkan bahwa para pelaku pembunuhan Jong-nam tampak masih amatir.

”Saya merasa curiga. Tampaknya, mereka tidak mendapatkan pendidikan fisik dan psikologi yang ketat dan tidak dilatih di Korut,” tulis perempuan yang merupakan pelaku pengeboman pesawat milik maskapai Korean Air pada 1987 tersebut pada koran Mainichi.

Jika dibandingkan dengan Hyon-hui, dua perempuan yang menjadi pelaku utama pembunuhan, Doan Thi Huong yang berasal dari Vietnam dan Siti Aisyah dari Serang, Indonesia, memang tidak ada apa-apanya.

Sebelum menjadi mata-mata Korut, Hyon-hui yang dikenal dengan nama alias Ok Hwa itu menghabiskan tujuh tahun untuk mempelajari seni menjadi mata-mata. Mulai bela diri, ketahanan fisik, hingga mempelajari bahasa dan budaya Jepang.

Kim Hyon-hui pada 2009 (insert). Pesawat yang dibom Kim Hyon-hui. (Kim Kyung-hoon/Pool Photo via AP, AP File)

Dia memang ditugaskan menyamar sebagai orang Jepang untuk melaksanakan tugas meledakkan pesawat Korean Air tersebut. Perempuan berparas cantik itu berangkat dengan mata-mata Korut lain yang berpura-pura sebagai ayahnya. Akibat ulah mereka, 115 orang tewas. Ok Hwa dan temannya ditangkap di Bahrain karena paspornya palsu. Temannya bunuh diri dengan menelan sianida yang tersimpan di dalam rokok. Ok Hwa melakukan hal serupa, tapi gagal.

Pemerintah Korut bisa dibilang seperti Rusia. Mereka kerap merekrut perempuan-perempuan cantik untuk dijadikan agen rahasia. Salah satu yang cukup tekenal adalah Won Jeong-hwa. Dia masuk ke unit komando khusus untuk dilatih menjadi agen rahasia. Won diajari tentang bagaimana menggunakan senjata mematikan seperti jarum yang ujungnya beracun, bahan peledak, dan senjata-senjata lain.

Dia dilatih bela diri dan melakukan peperangan di gunung. Hampir seluruh agen rahasia Korut memiliki kemampuan menyelam. Mereka didoktrin sebelum diterjunkan ke lapangan. Pada 2001, dia berpura-pura membelot dan masuk ke Korsel. Dengan kecantikannya, Won berhasil menarik perhatian para petinggi militer. Begitu sudah dekat, dia menawarkan layanan seks sebagai ganti informasi-informasi penting yang dimiliki mereka.

Bahkan, dia mendapat julukan Mata Hari dari Korut. Mata Hari merujuk pada agen rahasia Jerman yang bernama Margaretha Gertruida Zelle. Perempuan yang dijuluki The Greatest Lady Spy itu berpura-pura menjadi penari erotis untuk mendapatkan berbagai informasi.

Won ditangkap pada Juli 2008. Setelah bebas, Won mengungkapkan bahwa media dan pemerintah terlalu berlebihan dengan menyebutnya seperti Mata Hari. Sebab, dia hanya sekali menggunakan seks untuk mengeruk informasi. Dia mengaku pernah mengabaikan perintah untuk membunuh dua sumbernya di intelijen militer Korsel dengan racun.

Sementara itu, Doan maupun Aisyah diketahui tak pernah menginjakkan kaki ke Korut. Keduanya mengira bahwa apa yang mereka lakukan adalah acara reality show untuk mengerjai orang.

”Jika memang benar begitu, mereka tentu tidak harus melarikan diri,” tegasnya. Padahal, selama di Malaysia, Doan bergonta-ganti hotel hingga tiga kali. Sementara itu, Aisyah pindah dari hotel di kawasan Bandar Baru Salak Tinggi ke hotel di kawasan Ampang begitu pembunuhan selesai.

Melihat tanggal pembunuhan Jong-nam, 3 hari sebelum ulang tahun mendiang pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-il pada 16 Februari, Ok Hwa melihat kemiripan dengan pola pembunuhan keponakan Kim Jong-il. Yakni, Lee Han-young. Han-young dibunuh 15 Februari 1997. Lee yang membelot ke Korsel ditembak di depan rumahnya. Diduga, pelaku adalah agen intelijen Pyongyang. Mereka tak tertangkap.

Di Korut, para pembelot dari jajaran elit politik tahu bahwa mereka akan diburu dan dibunuh. Namun, pelaku biasanya merupakan agen profesional. Bukan seperti Doan dan Aisyah.

Profesor di Columbia University yang mendalami masalah Korea, Charles Amstrong, menyatakan bahwa sangat mungkin pelaku adalah pejabat rendah yang bekerja untuk kepentingan Jong-un. Hal serupa diungkapkan kontributor website 38 North Michel Madden.

”Saya tidak yakin Jong-un memerintahkan pembunuhan atas kakaknya itu. Ada beberapa anggota elit politik (di Korut, Red) yang bisa melakukan hal seperti itu,” ujar Madden. Orang-orang tersebut melakukannya agar mendapat sanjungan Kim Jong-un. Bisa juga sebaliknya, mereka ingin mengirimkan pesan kepada pemimpin 33 tahun itu.

Namun, tidak tertutup kemungkinan, Jong-nam dibunuh karena punya banyak utang di Makau maupun bermasalah dengan seseorang di Malaysia. Putra tertua Kim Jong-il itu memang senang berjudi dan bermain perempuan. Yang jelas, bukti-bukti bahwa Korut berada di balik pembunuhan tersebut sangat kurang.

”Gagasan bahwa Pyongyang memerintahkan pembunuhan itu sejauh ini sangat lemah,” ujar Se-woong Koo, editor di Korea Expose. (Reuters/TheStarChosun/News/Hindustan Times/sha/c16/any/tia)

Update