Jumat, 15 November 2024

Ghost Photography Community, Gemar Motret Hantu

Berita Terkait

Mereka para pemburu hantu. Foto: dokumen Ghost Photography Community

batampos.co.id – Model cantik kerap jadi sasaran jepretan fotografer. Bagi sekelompok fotografer di Depok genre seperti itu sudak membosankan. Mereka berganti obyek foto, berburu foto makhluk halus. Hi…………….

Tentu saja bukan hanya kamera yang dibutuhkan. Setiap anggota kelompok juga mesti memiliki nyali.

”Kami mencoba seni (memotret, Red) baru,” kata Mickey Oxcygentri, pendiri Ghost Photography Community (GPC), di kampus Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) kemarin (25/2).

Komunitas fotografer pemburu objek tidak kasatmata itu berdiri sejak tiga tahun lalu.

Saat ini ada 200 anggota yang eksis hunting foto hantu. Mereka tersebar di Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor.

”Sebenarnya banyak yang masuk, tapi langsung keluar karena mentalnya tidak kuat,” ujar Mickey.

Wajar saja banyak anggota GPC yang mundur. Sebab, kebanyakan kegiatan utama komunitas yang bermarkas di Depok, Jawa Barat, itu dilakukan di tempat-tempat angker dengan penerangan minim. Misalnya bangunan lawas yang tidak berpenghuni.

Aktivitas berburu makhluk astral pun lebih sering dilakukan malam.

”Takut itu sebenarnya hanya sugesti,” ujar dosen jurnalistik dan fotografi itu.

Hingga saat ini, sudah puluhan bahkan ratusan gambar sosok makhluk halus hasil jepretan anggota GPC.

Beberapa foto menunjukkan secara jelas sosok yang identik dengan penampakan hantu atau jin.

Foto-foto itu sebelumnya melalui tahap analisis dan diskusi yang melibatkan para anggota GPC.

”Kalau tidak dianalisis, nanti dikira hanya bayangan,” tutur suami Anty Cahyani tersebut.

Bagi anggota GPC, hantu bukan makhluk menakutkan. Sosok tidak kasatmata itu justru dianggap sebagai objek foto menarik.

GPC beranggapan bahwa makhluk gaib merupakan sosok yang sejatinya hidup berdampingan dengan manusia.

Namun, wujud visual mereka berada di bawah tingkatan sinar inframerah.

Hantu merupakan radiasi spektrum elektromagnetik di tingkat terendah dari bagian inframerah.

Kenapa makhluk halus tidak terlihat mata manusia? Menurut GPC, indra penglihatan manusia hanya dapat melihat gelombang di antara warna merah sampai ungu.

Gelombang di bawah warna merah (infrared) biasanya sudah tidak bisa dijangkau mata manusia.

Begitu pula gelombang di atas ungu (ultraviolet), indra penglihatan manusia pada umumnya juga tidak mungkin mampu melihatnya.

Teori ilmiah tentang hantu itu digunakan oleh para anggota GPC sebagai acuan untuk memotret objek tidak kasatmata.

Hanya, tidak selalu aktivitas hunting hantu membuahkan hasil gambar menarik.

Sebab, terkadang saat mereka berburu, sosok makhluk halus bisa terlihat jelas oleh mata, tapi tidak terekam lensa kamera.

”Untuk meng-capture hantu butuh energi (fotografer, Red),” ungkapnya.

Hunting hantu biasanya dilakukan sekali dalam seminggu. Umumnya, anggota sudah memiliki kepekaan sensor indra ketika berburu hantu.

Tidak ada satu pun anggota yang menggunakan pendeteksi makhluk gaib, kemenyan, atau peranti lain untuk mengundang dan mendeteksi jin.

”Biasanya (untuk anggota baru, Red) 2–3 kali hunting sudah bisa peka,” imbuhnya.

Lantas, untuk apa hasil jepretan sosok hantu itu? Mickey mengatakan, foto-foto hantu pernah dipamerkan pada 2014 di sebuah kawasan pusat perbelanjaan di Jakarta.

Selain itu, hasil riset mereka digunakan untuk kebutuhan penyusunan jurnal ilmiah tentang makhluk astral.

”Ke depan, kami ingin kembali bikin pameran (foto hantu, Red),” paparnya. (tyo/mia/c11/agm)

Update