batampos.co.id – Anda suka berenang di kolam? Pernah kencing di dalam kolam? Ini bukan quiz berhadiah, jawab dalam hati saja lalu lanjutkan membaca ya….
Begini, peneliti asal Kanada berhasil menemukan cara untuk mengetes seberapa banyak air seni yang tercampur dalam air kolam renang. Hasilnya? Dalam beberapa kasus sekitar 0,01 persen air kolam renang adalah air seni. Hmmm…
Mungkin jumlahnya tidak banyak. Tetapi, bagi perenang, jumlah yang tidak banyak itu ya bikin cemas. Terutama untuk masalah kesehatan.
Peneliti mengestimasi, misalnya ada 833 ribu liter air di kolam renang, maka 75 liternya adalah air seni. Kemudian, bila air kolam renang 416 liter, maka 30 liternya adalah air seni.
Menurut Anda, banyak tidak 30 liter air seni itu?
Peneliti dari Universitas Alberta menganalisis lebih dari 250 sample dari 31 kolam renang dan hot tub. Samplenya dikumpulkan dari dua kota besar di Kanada. Mulai dari kolam renang publik, swasta, hotel, dan hot tub.
Dr Xing-Fang Li, bersama Departemen Laboraturium Medis dan Patologi Universitas Alberta dan koleganya, mengatakan insiden terkini dari kondisi kolam renang mengingatkan kita pentingnya pengecekan rutin kualitas air.
Salah satunya seperti yang terjadi pada kolam renang di perhelatan Olimpiade Rio 2016. Saat itu, salah satu kolam renang yang digunakan untuk pertandingan berubah warna menjadi hijau. Padahal sebelumnya biru jernih.
Tim itu juga meneliti seberapa banyak kecenderungan orang untuk buang air kecil di kolam renang.
”Meski tabu tapi 19 persen orang dewasa mengaku pernah buang air kecil di kolam renang setidaknya sekali,” tulis penelitian tersebut.
Dalam kesimpulannya, penelitian tersebut juga menyatakan, saat tercampur air kolam atau hot tub, urin bisa membentuk formasi baru yang berbahaya bagi kesehatan perenang. Keluhan kesehatan yang mungkin timbul antara lain iritasi mata, masalah pernapasan, dan asma.
Dengan kenyataan itu, Lindsay Blackstock, seorang peneliti, meminta semua orang untuk tidak lagi buang air di kolam renang.
”Jika Anda kencing di kolam renang, Anda berkontribusi untuk membuat orang lain sakit,” katanya dalam artikel yang ditulis di jurnal Environmental Science and Technology Letters. (BBC/tia)