PUNCAK Mas beroperasi pada November 2016. Tempat wisata itu berada di Jalan Haji Hamim R.J.P., Sukadana Ham, Tanjungkarang Barat. Kendati terbilang baru, setiap pekan tempat tersebut dikunjungi sekitar dua ribu orang.
Tempat itu menarik karena berada di perbukitan Bandar Lampung. Dari lokasi tersebut, pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Tapis Berseri. Karena itu, di tempat tersebut disediakan spot-spot untuk ber-selfie ria.
Yang menarik di tempat itu tidak hanya disediakan rumah pohon, tetapi ada juga dua musala yang dibangun di pohon durian. Dua musala tersebut diperuntukkan laki-laki dan perempuan.
Musala pria dibangun di atas pohon durian setinggi 8 meter, sedangkan untuk kaum hawa tingginya 6 meter. ’’Jadi, laki-laki dan perempuan terpisah,’’ ujar General Manager Puncak Mas M. Rafsanzani Patria kepada Radar Lampung (Jawa Pos Group) Rabu (8/3).
Dia menjelaskan, musala pohon yang diklaimnya sebagai yang pertama di Lampung tersebut dibangun atas keinginan untuk menjadikan Puncak Mas sebagai salah satu tempat wisata religi di Kota Tapis Berseri.
Kebetulan, kata dia, sebelum dibuka menjadi tempat wisata, lahan Puncak Mas merupakan sebuah kebun durian. Maka, muncul ide untuk membuat musala dari batang pohon durian mentega yang memang tersedia.
Dari musala pohon itu, pengunjung bisa langsung melihat pemandangan seluruh Bandar Lampung. Mulai suasana perkotaan hingga laut yang terbentang luas. Dengan begitu, masyarakat yang berkunjung bisa lebih mencintai dan bersyukur dengan keindahan alam.
Menurut dia, musala pohon untuk pria dapat memuat 25 jamaah. Sementara itu, musala wanita berkapasitas 15 jamaah. Kapasitas masing-masing pohon disesuaikan dengan usia, besar batang, dan kekuatan batang pohon durian.
’’Untuk musala wanita, itu pohonnya berusia sekitar 15 tahun, sedangkan yang pria 25 tahunan. Jadi, bukannya bermaksud membedakan antara pria dan wanita, hanya kami sesuaikan dengan kekuatan pohonnya,’’ jelasnya.
Demi memudahkan pengunjung yang ingin menggunakan musala pohon tersebut, pihaknya juga melengkapinya dengan tangga yang mudah dipijak untuk dinaiki. Pohon yang digunakan pun masih berbuah hingga sekarang. Untuk menjaga keamanan pengunjung, pengelola memasang sejumlah jaring di bawah beberapa buah durian yang terlihat sudah tua.
Meski mengaku tidak ada perawatan khusus untuk dua musala pohon itu, dia menyatakan, selalu ada tim khusus yang bertugas mengecek kondisinya setiap hari. Musala pohon tersebut juga selalu digunakan setiap hari oleh para pengunjung ketika waktu salat tiba.
’’Jadi, mereka stand by di sini (Puncak Mas, Red). Setiap hari mereka mengecek kondisi musala. Jadi, kalau ada yang dirasa kurang, bisa segera ditambahkan. Sebab, musala itu selalu dipakai setiap hari. Ketika masuk waktu salat, kami beri tahu melalui pengeras suara,’’ katanya.
Untuk bisa menikmati fasilitas yang tersedia di Puncak Mas, termasuk wisata musala pohon, pengunjung cukup merogoh kocek Rp 20 ribu per orang.
’’Seluruh fasilitas hanya dengan Rp 20 ribu, di luar makan dan minum,’’ jelasnya. (Elga Puranti, BANDAR LAMPUNG)