batampos.co.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim kemarau akan tiba pada Mei hingga Juli. Kepala Bagian Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko menuturkan, masa pancaroba dimulai Maret, April, hingga Mei. Pada musim pancaroba tersebut biasanya diiringi hujan cukup lebat meskipun tidak tiap hari.
”Tiap daerah berbeda-beda. Umumnya hujannya siang dan malam,” kata dia kemarin (18/3).
BMKG telah membuat prediksi prakiraan musim kemarau tahun ini. Mereka membaginya berdasarkan zona musim (ZOM). Di Indonesia tercatat ada 342 ZOM. Awal musim kemarau diperkirakan mundur di 154 ZOM, sedangkan di 124 ZOM diperkirakan sama. Lalu pada 64 ZOM diperkirakan maju.
Sedangkan untuk perkiraan sifat hujan pada musim kemarau diperkirakan di atas normal terjadi di 66 ZOM, normal di 199 ZOM, dan sisanya 77 ZOM berada di bawah normal.
Secara umum, lanjut dia, musim kemarau tahun ini diperkirakan berjalan normal. Tapi potensi bencana hidrometrologi seperti kebakaran hutan dan lahan. juga patut diwaspadai di delapan provinsi yang selama ini jadi langganan. ”Pada periode musim kemarau yang normal masih ada ancaman potensi kekeringan di NTB dan NTT, meskipun tidak separah 2015,” imbuh dia.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei menuturkan, BNPB tetap siaga penuh menghadapi banjir dan longsor hingga akhir Maret. Pada tahun ini sedikitnya sudah 31 orang yang meninggal dunia karena bencana. ”Kita tahu bahwa 85 persen bencana di Indonesia itu adalah banjir dan longsor yang paling banyak makan korban,” tambah dia.
Data dari BNPB hingga akhir Februari menunjukan sudah terjadi 245 banjir dan 214 kali tanah longsor. Sedangkan puting beliung sebanyak 215 kali. Korban mengungsi mencapai lebih dari 550 ribu orang.
Willem menuturkan, bencana hidrometrologi saat ini salah satunya disebabkan ada perubahan iklim yang cukup mencolok. Musim hujan tidak lagi enam bulan, begitu pula musim kemarau. ”Tapi empat bulan musim hujan dan delapan bulan musim kemarau,” ujar dia.
Dalam waktu empat bulan itu volume curah hujan yang sama turun. Sehingga air hujan tidak bisa sepenuhnya meresap ke dalam tanah karena ketersediaan daya tampung tidak cukup. Air pun meluber dan terjadilah banjir bahkan longsor.
”Kalau kita lihat DAS di Indonesia ini ada 24,6 juta hektar lahan yang kritis,” tambah dia. (jun/oki)