Kamis, 28 Maret 2024

Dor …. Mobil Terduga Teroris Tertembus Peluru

Berita Terkait

Jenazah terduga teroris yang tewas di Cilegon dibawa ke RS Polri, Jakarta Timur. (Istimewa)

batampos.co.id – Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar mengungkapkan Detasemen Khusus 88 Anti Teror kembali membekuk anggota kelompok teroris (23/3/2017) di Ciwandan, Cilegon, Banten.

Sempat terjadi kejar-kejaran antara anggota Densus 88 dengan empat terduga teroris yang menggunakan dua mobil. Saat coba dihentikan, salah satu terduga teroris nekat menabrakkan mobilnya ke kendaraan petugas.

Mobil pertama dikendarai dan ditumpangi oleh terduga teroris bernama Achmad Supriyanto dan Icul Pamulang. Lalu, mobil kedua dikemudikan oleh Nanang Kosim bersama Ojid Abdul Majid.

”Petugas sudah mengintai dan mengikuti mereka sejak dari arah Anyer,” paparnya.

Saat berada di sekitar Ciwandan, tepatnya berdekatan dengan pabrik semen Merah Putih, kedua mobil yang dikendari terduga teroris melambat. Kondisi itu membuat Densus 88 mengambil keputusan untuk menghentikan kendaraan tersebut. Petugas memotong jalur kedua mobil terduga teroris dan menghalanginya dengan mobil.

”Achmad dan Icuk yang berada di mobil pertama langsung menyerah,” jelasnya.

Namun, berbeda dengan Nanang dan Abdul yang menggunakan mobil kedua. Mereka justru melakukan perlawanan pada petugas dengan memacu kendaraan dan menabrak mobil petugas.

”Saat berupaya melarikan diri itu petugas melakukan pengejaran dan upaya melumpuhkan,” jelasnya.

Petugas terpaksa melakukan penembakan ke arah kendaraan tersebut. Akhirnya, kedua terduga teroris menghentikan kendaraannya. Mereka berhasil dilumpuhkan dengan kondisi Nanang tertembak di bagian dada dan Abdul tertembak di bagian tangan.

”Keduanya langsung dilarikan ke rumah sakit untuk diselamatkan. Sayangnya, saat dalam perjalanan, Nanang menghembuskan nafas terakhirnya, dia meninggal,” ujar Rikwanto.

Dalam penangkapan itu, ditemukan sebuah senjata api jenis FN. Belum diketahui dari mana asal senjata api tersebut.

Keberhasilan Densus 88 Anti Teror dalam membekuk empat anggota kelompok teror ini memiliki arti yang begitu penting. Pasalnya, keempat terduga teroris itu memiliki rencana yang begitu berbahaya. Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar mengungkapkan, rencana yang akan dilakukan kelompok ini adalah pelatihan militer di Halmahera.

”Pelatihan militer ini tujuannya lebih besar,” ungkapnya.

Setelah pelatihan militer dilakukan, maka ada upaya untuk membuat Halmahera menjadi basis kelompok teror yang menggantikan Poso.

”Ini upaya menggagalkan pelatihan militer itu,” jelasnya.

Yang paling berbahaya di antara keempat teroris adalah Nanang. Dia memiliki sejumlah peran yang begitu signifikan. Pada 2015 Nanang mengikuti rapat kelompok teror Jamaah Ansharu Daulah (JAD) di Batu Malang. Sebagaimana diketahui, JAD ini dipimpin Amman Abdurrahman.

”Nanang ini memiliki kemampuan dalam teknik persenjataan,” jelasnya.

Tidak hanya itu, Nanang juga berperan dalam aksi teror Bom Thamrin awal 2016. Dia menyembunyikan Abu Asybal salah satu pelarian yang diduga terlibat Bom Thamrin.

”Peran lainnya, dia juga pernah membuat bom pada 2016 di Gorontalo bersama terduga teroris bernama Fajrun,” ujarnya.

Boy menjelaskan, Nanang ini juga melakukan pembelian M 16 yang diduga akan dipergunakan dalam aksi teror. Tidak berhenti di situ, terduga teroris yang meninggal ini juga mengetahui dan menyembunyikan pelaku bom Samarinda Andi Bakso.

”Dia banyak terlibat aksi ya,” urainya.

Untuk peran dari tiga terduga teroris yang lain yang ditangkap bersama Nanang, Boy mengaku belum bisa menyebutkan. Menurutnya, ketiga terduga teroris lain sedang didalami perannya.

”Semua sedang pendalaman,” papar mantan Kapolda Banten tersebut.

Tidak hanya empat terduga teroris yang ditangkap, masih ada empat terduga teroris lain yang ditangkap di sejumlah tempat yang berbeda. Yakni, Suryadi Masud alias Abu Ridho, Bambang Eko Prasetyo, Adi Jihadi dan Mulyadi.

”Untuk S alias AB ini ditangkap di  sebuah hotel Pesanggerahan, Tanjung Baru, Cikarang Timur, Bekasi,” paparnya.

Dia menuturkan, Suryadi memiliki peran mengetahui dan membangun jaringan kelompok teror Indonesia dengan Filipina Selatan atau kelompok Abu Sayyaf.

”Yang bersangkutan juga mendanai aksi bom Thamrin,” ujarnya.

Berdasarkan keterangan dari Suryadi, diketahui bahwa dia ini sudah tujuh kali bolak-balik Indonesia- Filipina. Di Filipina, dia membeli senjata berupa 17 pucuk M 16 dan 1 Pucuk M 14.

”Tapi, sebelumnya dilakukan pembelian lima pucuk pistol,” papar Boy.

Lima pucuk pistol inilah yang kemudian disebar, dua untuk aksi bom Thamrin dan tiga pucuk pistol untuk Zaenal Anshori.

”Tapi, Suryadi ini hanya orang suruhan, yang menyuruhnya adalah Rois, terpidana mati kasus terorisme,” jelasnya.

Untuk penangkapan terhadap Bambang Eko dilakukan di sebuah bengkel di Sarua, Ciputat, Tangerang Selatan pukul 13.08.

”Bambang ini terlibat dalam jaringan Suryadi dan ikut pelatihan militer yang dilakukan di Filipina,” ujarnya.

Terduga teroris lain bernama Mulyadi ditangkap di Pandeglang. Namun, belum diketahui apa perannya.

”Abu Jihadi yang juga ditangkap di Pandeglang, juga belum diketahui apa saja keterlibatannya,” ujarnya. (idr/jpgrup)

Update