Apalagi kalau bukan konektivitas! Ya, apalagi kalau bukan konektivitas. Itulah fokus utama 3 program kerja Kemenpar.
Itupula yang jadu bahasan utama dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata I, triwulan 1 tahun 2017, yang bakal dilangsungkan 30-31 Maret di Ballroom Hotel Borobudur, Jakarta.
Tema besarnya “Indonesia Incorporated: for Better Tourism Connectivity.”
Menteri Arief menyadari 1000%, bahwa critical success factor untuk mengejar target tahun 2017, dengan 15 juta wisman itu ada di air connectivity.
“Seats capacity kita masih minus 4 juta tahun ini. Karena itu, jika faktor kritis ini tidak dibereskan tahun ini juga, mustahil kita capai target itu,” jelas Menpar Arief Yahya di Jakarta.
Sementara, connectivity itu bukan tidak bisa ditangani sendiri oleh Kemenpar. Karena itu, perlu sinergi antar kementerian dan lembaga, agar program 20 juta 2019 yang sudah dicanangkan Presiden Joko Widodo bisa tercapai dengan mulus.
“Kita perlu sinergi 3A, Airport, Airline, Authority dalam hal ini Kemenhub. Beruntung, dengan ketiganya kami bisa duduk bareng mencari solusi bersama,” kata Menteri Arief.
Rakornas akan dibuka sekaligus sebagai keynote speech oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Di Rakornas nanti, bukan hanya koneksitas udara, tetapi juga darat dan laut.
Menko Maritim Luhut B.Panjaitan menegaskan pariwisata ditetapkan sebagai leading sector, karena itu pembangunan infrastruktur diprioritaskan untuk mendukung percepatan pembangunan destinasi pariwisata terutama 10 destinasi prioritas yang akan menjadi daya tarik baru dalam meningkatkan kedatangan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2019.
Pemerintah dalam program pembangunan 5 tahun ke depan fokus pada sektor; infrastruktur, maritim, energi, pangan, dan pariwisata. Penetapan kelima sektor ini dengan pertimbangan signifikansi perannya dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang terhadap pembangunan nasional.
Dari lima sektor tersebut pariwisata ditetapkan sebagai leading sector karena dalam jangka pendek, menengah, dan panjang pertumbuhannya positif.
Hal ini terlihat peran pariwisata dunia dalam memberikan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global mencapai 9,8%; kontribusi terhadap total ekspor dunia sebesar US$ 7,58 triliun dan foreign exchange earning sektor pariwisata tumbuh 25,1%; serta pariwisata membuka lapangan kerja yang luas yakni 1 dari 11 lapangan kerja ada di sektor pariwisata. Pertumbuhan positif pariwisata dunia tersebut memberi dampak positif terhadap pariwisata Indonesia.
Presiden Joko Widodo mentargetkan pertumbuhan pariwisata nasional dua kali lipat pada 2019. Tahun 2019, pariwisata ditargetkan memberikan kontribusi pada PDB nasional sebesar 8%, devisa yang dihasilkan Rp 280 triliun, menciptakan lapangan kerja di bidang pariwisata sebanyak 13 juta orang, jumlah kunjungan wisman 20 juta dan pergerakan wisnus 275 juta, serta indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di ranking 30 dunia.
Menpar Arief Yahya mengatakan, konektivitas udara menjadi salah satu kelemahan pariwisata Indonesia. Untuk memenangkan persaingan global kelemahan ini harus segera diperbaiki dan ditingkakan kualitasnya karena sekitar 90% kedatangan wisman ke Indonesia via udara.
“Tersedianya seat yang memadai untuk mendukung target 15 juta wisman tahun ini dan akan meningkat menjadi 20 juta pada 2019 merupakan persoalan yang harus segera dipecahkan dengan melibatkan semua elemen (pentahelix) pariwisata,” kata Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, pariwisata ditetapkan menjadi core business Indonesia karena memiliki banyak keunggulan kompetitif dan komperatif di antaranya unggul dalam menghasilkan devisa serta penciptaan lapangan kerja. Keunggulan komperatif pariwisata Indonesia, menurut Arief Yahya, adalah terbaik di kawasan regional bahkan melampaui ASEAN.
“Pesaing utama pariwisata Indonesia adalah Thailand, sedangkan negara ASEAN lainnya mudah dikalahkan. Ini terlihat dari country branding Wonderful Indonesia yang semula tidak masuk ranking branding dunia, sekarang berada di ranking 47 mengalahkan Truly Asia Malaysia berada di posisi 97 dan Amazing Thailand diposisi 83 sekaligus sehingga positioning dan differentiating Indonesia di tingkat dunia,” kata Arief Yahya.
Keunggulan komperatif lainnya, pariwisata Indonesia mudah menjadi destinasi utama dunia sekaligus tourism hub, sedangkan untuk menjadi trade dan investment hub akan terlalu sulit bagi Indonesia untuk mengalahkan Singapura.
“Dengan menjadi tourism hub akan menciptakan people-to-people relationship yang kemudian diikuti tumbuh pesat trade dan investment” kata Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, setelah ditetapkan sebagai core business negara, maka alokasi sumber daya terutama anggaran harus diprioritaskan termasuk anggaran untuk membangun infrastruktur di destinasi pariwisata yang ada di kementerian/lembaga terkait.
“Komitmen kementerian/lembaga terkait dalam mendukung percepatan pembangunan 10 destinasi prioritas (Danau Toba; Tanjung Kelayang; Tanjung Lesung; Kepulauan Seribu; Candi Borobudur; Bromo Tengger Semeru; Mandalika; Labuan Bajo; Wakatobi; dan Morotai) dan 14 destinasi unggulan kita jadikan sebagai topik bahasan dalam Rakornas Pariwisata I-2017,” kata Menpar Arief Yahya.
Dalam diskusi panel/workshop tersebut sejumlah menteri Kabinet Kerja antara lain; Menhub Budi Karya Sumadi, MenPU-Pera Mochamad Basoeki hadimoeljono, dan MenBUMN Rini Soemarno mepaparankan program dukungan dan komitmen dalam membangun konektivitas udara, laut, dan darat pada 10 destinasi prioritas dan 14 destinasi unggulan.
Rangkaian kegiatan Rakornas Pariwisata I-2017 antara lain diisi dengan diskusi/workshop seputar upaya meningkatkan konektivitas udara, laut dan darat berserta permasalahan dan solusinya dengan menghadirkan nara sumber sebagai panelis dari intansi terkait, pelaku bisnis, serta otoritas bandara, pelabuhan, maupun perkeretaapian.
Diskusi untuk meningkatkan konektivitas udara; dibahas sejumlah topik menarik antara lain; upaya meningkatkan kapasitas bandara; upaya menambah airlines seat capacity dan program stimulus; serta kecukupan air service agreement & kecepatan ijin pembukaan rute baru dengan menghadirikan para panelis antara lain; Dirjen Hubud KemenHUB, CEO AP1, CEO AP2, CEO Airnav Indonesia, CEO Garuda Indonesia, CEO Lion Air Group, CEO Air Asia Indonesia, dan CEO Sriwijaya Air.
Sementara itu diskusi upaya meningkatkan konektivitas jalan darat; membahas sejumlah topik menarik antara lain; upaya percepatan pembangunan akses jalan raya dan tol; upaya peningkatan akses melalui reaktivasi dan pengembangan jalur KA; serta pembagian peran pusat dan daerah dengan menghadirkan para panelis antara lain; Dirjen Hubdar, Dirjen Perkeretaapian, Dirjen Bina Marga, Kepala BPIW, Kepala BPJT, Dirut Jasa Marga, dan Dirut Waskita Karya, dan Dirut PT KAI.
Diskusi upaya peningkatan konektivitas laut membahas sejumlah topik menarik antara lain; pembagian peran/otoritas Pelni, ASDP, Pelindo, dan Pemda; upaya percepatan pembangunan dermaga/marina, serta upaya menambah rute dan kapasitas angkut kapal wisata dengan menghadirkan para panelis antara lain; Dirjen Hubla, Dirut PELNI, Dirut ASDP, Dirut Pelindo I, Dirut Pelido II, Dirut Pelindo III, Dirut Pelindo IV.
Rakornas Pariwisata I-2017 diikuti sekitar 500 peserta terdiri dari; menko dan menteri; panelis diskusi/workshop (dirjen, CEO, dan Kepala lembaga); kepala daerah (Pemprop/kota/kabupaten) 10 destinasi prioritas dan 14 destinasi unggulan; SKPD Kepala Daerah terkait;.Kadispar Prop/ Kota/ Kabupaten; pejabat Internal Kemenpar (Ess.1 sd 4 , stafsus, advisor, Tim Percepatan, dan Tenaga Ahli Kemenpar); asosiasi industri pariwisata; akademisi, komunitas, VITO (Visit Indonesia Tourism Office), dan media. (*)