batampos.co.id – Kementerian Agama (Kemenag) ngebut menyiapkan guru agama berkualitas.
Kemenag memroyeksikan kebutuhan guru agama Islam di sekolah mencapai 21 ribu orang.
Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan ada dua poin penting dalam rencana reformasi kampus keguruan di bawah bendera Kemenag. Pertama adalah penguatan kolaborasi kampus keguruan dengan madrasah bidanaan.
’’Hampir semua kampus di Kemenag memiliki jurusan keguruan. Jadi semuanya LPTK,’’ katanya di Jakarta kemarin (15/4).
Dia menuturkan pertumbuhan kolaborasi antaran kampus keguruan dengan madrasah binaan cukup bagus. Guru besar UIN Alauddin Makassar itu berharap semakin banyak kampus keguruan yang menggandeng madrasah binaan. Sehingga mahasiswa calon guru memiliki wahana untuk mengasah kemampuan mengajarnya. Saat ini madrasah binaan kampus yang memiliki kualitas bagus adalah Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah.
Poin kedua reformasi kampus keguruan oleh Kemenag adalah porsi kuliah. Menurut Kamaruddin saat ini koposisi kuliah cenderung fokus pada pegnuatan pedagogik atau ilmu kependidikan.
’’Sementara penguasaan materi yang akan diajarkan lemah,’’ tuturnya. Ke depan menurut Kamaruddin, kemampuan pedagogik dan penguasaan materi harus seimbang.
Kamaruddin berharap dengan reformasi ini kampus di bawah Kemenag mampu mencetak calon guru berkualitas. Khususnya guru agama untuk ditempatkan di sekolah. Menurutnya kekurangan guru agama di sekolah umum mencapai 21 ribu orang. Kekurangan ini cukup riskan jika diisi oleh guru agama dengan kompetensi yang lemah. Dia menegaskan salah satu kompetensi guru agama ideal versi Kemenag adalah yang mampu menebar Islam yang rahmatan lil alamin.
Senior Manager USAID Prioritas Ajar Budi Kuncoro mengatakan, mereka diajak kolaborasi menjalankan reformasi kampus keguruan di bawah naungan Kemenag. Budi mengatakan ada dua masukan dari USAID Prioritas kepada Kemenag. ’’Pertama memang benar harus diperkuat hubungan kampus dengan madrasah atau sekolah binaan,’’ paparnya. Kemenag tidak perlu membangun madrasah baru. Tetapi bisa menggandeng madrasah yang sudah ada.
Masukan kedua adalah penguatan aspek keilmuan dan pedagogik. Menurutnya materi pedagogik bagi calon guru sebaiknya diperbanyak dalam wujud praktik mengajar langsung. Selama ini dia menilai masih banyak kemampuan pedagogik yang diajarkan sebatas materi. Sehingga saat berada di hadapan siswa langsung, calon guru tidak memiliki performa bagus.
’’Dosen-dosen fakultas keguruan juga harus ditingkatkan kapasitasnya,’’ jelasnya. Menurut Budi dosen bagi mahasiswa keguruan memiliki peran utama. Dia mencontohkan ketika para dosen cenderung mengajar dengan gaya kuliah, maka nanti akan diikuti oleh mahasiswanya. Ketika sudah menjadi guru, mereka juga mengikuti model ceramah. (wan/JPG)