Sabtu, 1 Februari 2025

Siswa SMP di Batam Tewas Diamuk Massa

Berita Terkait

batampos.co.id – Tua Purnama siswa kelas 3 salah satu SMP di Seibeduk, Kota Batam tewas diamuk massa di perumahan Nusa Indah,  Tanjungpiayu, Seibeduk, Selasa (18/4) pagi.

Bocah 16 tahun itu diduga mencuri 10 ekor burung Love Bird dan Kenari milik Syarwin warga perumahan Nusa Indah bersama dua rekan sebayanya, sekitar pukul 04.00 WIB.

Tua sempat dilarikan ke rumah sakit Camantha Sahidiya Mukakuning (RSCM) namun nyawanya tak tertolong, dia menghembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 07.00 WIB.

Putra pertama pasangan Satoto dan Ramos Maksasai warga perumahan Piayu Residen itu tewas diduga kuat karena terlambat mendapat perawatan medis sebab informasi yang diterima sebelum dibawa ke RSCM, Tua sempat diikat warga di dalam lingkungan perumahan tersebut.

“Sampai di sini sekitar pukul 07.00 WIB, tak lama kemudian meninggal dia,” ujar petugas medis di RSCM, kemarin.

Saat diantar ke RSCM, kondisi Tua sudah cukup kritis dengan luka serius di bagian kepala dan dada. Namun menurut keterangan medis di RSCM, meninggalnya bocah tersebut karena benturan di bagian dada.

“Kepala memang banyak luka, tapi fatalnya itu di bagian dadah,” ujar petugas medis itu lagi.

Aksi penganiayaan yang berujung pada kematian Tua itu bermula dari kekesalan warga atas ulah Tua bersama dua rekannya yang belum diketahui identitas yang diduga hendak mencuri burung Love Bird milik Syarwin.

Ketiganya masuk ke dalam perumahan tersebut dari bagian belakang perumahan. Rumah Syarwin yang berada persis  di blok paling belakang atau berbatasan langsung dengan jalan Bukit Kemuning cukup mudah untuk dijangkau Tua dan rekan-rekannya.

Ketiganya sudah masuk ke teras rumah Syarwin dan 10 ekor burung Love Bird dan Kenari yang dikurung dalam beberapa sangkar dan digantung diatas tiang penyangga teras sudah berhasil diambil ketiga bocah itu. Namun saat mencoba bawa keluar, aksi mereka dipergoki oleh sang pemilik burung.

“Sudah habis diambil burung saya. Saya tahu (kehadiran tiga bocah itu) karena dengar pintu teras bunyi saat mereka mau keluar,” ujar Syarwin, kemarin.

Keluarga dan warga menggotong jenazah Tua Purnama dari kamar mayat RSCM untuk dimasukkan ke dalam abulance, Selasa (18/4). Tua Purnama tewas dikeroyok massa akibat diduga mencuri burung. F. Dalil Harahap/Batam Pos

Melihat ada tamu tak diundang itu, Syarwin langsung tariak maling dan berusaha mengejar ketiga bocah itu. Tariakan maling mengagetkan warga sekitar. Warga juga berbondong-bondong mengejar ketiga pelaku itu.

“Satu dari dua (pelaku) yang lari itu saya lihat bawa senjata tajam,” ujar Syarwin.

Dua pelaku duluan kabur lolos dari kepungan warga, mereka kabur ke arah belakang perumahan itu menuju sepeda motor mereka yang parkir jalan Bukit Kemuning.

“Nah yang satu ini jatuh dia saat dikejar warga, makanya dapat,” ujar Syarwin lagi.

Saat mengamankan Tua itu, warga kata Syarwin tidak langsung pukul. Warga sempat introgasi, namun Tua diinformasikan melawan dan mengelak atas tuduhan itu. Warga akhirnya tersulut emosi sebab selama ini ayam dan burung peliharaan warga di sana kerap hilang. Diapun diamuk massa hingga kritis.

Dalam kondisi sekarat bersimbah darah Tua juga sempat diikat pakai kawat di dalam komplek perumahan tersebut. Sebelum dibawa ke rumah sakit, Tua terlebih dahulu diantar ke Mapolsek Seibeduk, namun karena kondisi kritis, polisi bersama warga akhirnya membawa Tua ke RSCM.

Kapolsek Seibeduk AKP Rizani mengatakan, untuk menyelidikan kasus kematian Tua itu, pihaknya sudah memanggail dan memerikasa enam orang saksi termasuk Syarwin sang pemilik burung.

“Kasus pencurian juga tetap kami dalami, dua pelaku lain (kawan Tua) sedang kami cari tahu, dan untuk kasus penganiayaan yang mengakibatan anak ini meninggal kami juga sedang dalami,” ujar Rizani.

Untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut jenazah Tua juga dibawa ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Embung Fatimah Batam untuk diotopsi.

“Keluarganya tak terima dengan kejadian ini, makanya jenazah anak itu akan diotopsi untuk melanjutkan proses penyelidikan,” kata Rizani.

Enam saksi yang diperiksa tersebut diantaranya adalah pemilik burung, ketua RW, Sekuriti Perumahan dan tiga warga lainnya.

“Belum ada tersangka, semua masih menjadi saksi. Kami masih dalami lagi untuk tahu siapa-siapa saja yang memukul korban tersebut,” ujar Rizani.

Dengan adanya kejadian tersebut Rizani cukup menyesalkan tindakan warga yang memassai Tua hingga tewas.

“Apapun ceritanya main hakim sendiri tak dibenarkan. Apa gunanya polisi dan hukum kalau masyarakat ambil tindakan sendiri seperti ini. Kalau sudah begini masyarakat (yang memassai korban) juga akan berhadapan dengan hukum. Menghilangkan nyawa orang itu pidana murni,” ujar Rizani.

Sementara itu di kamar jenazah RSCM tempat jenazah Tua disemayamkan sebelum dibawa ke RSUD, Satoto dan Ramos Maksasai orangtua serta Deka adik Tua tampak setia menemani jenazah Tua. Tangis pilu ketiganya cukup menyayat hati siapa saja yang berada di sekitar kamar jenazah itu.

“Abang, kenapa kamu begini. Apa yang salah denganmu bang. Ya Allah bangunkan anakku. Mama baru pulang kerja, abang bangun pulang kita bang,” ujar Ramos dalam tangisan.

Tangisan dan panggilan serupa juga keluar dari Deka. Deka cukup histeris kala melihat kepala abangnya penuh dengan luka bekas pukulan. “Abang jangan tinggalin Deka bang. Bangun bang,” tariak Deka.

Sementara Satoto ayah Tua, tak banyak bersuara namun air matanya tak berhenti menetes.

“Dia masih kelas 3 SMP, tapi sudah sebulan tak sekolah dia karena mau pindah ke kampung. Saya sudah ambil surat pindahnya. Anak-anak umur begini paling ikut-ikutan. Kalaupun dia salah kan ada polisi, kenapa harus dipukul sampai mati begini,” kata Satoto.

Untuk itu Satoto bertekad kasus kematian putra pertamanya itu juga akan diselesaikan secara hukum.

“Ini pembunuhan namanya dan itu tidak dibenarkan hukum. Ini harus diproses,” ujarnya lagi.

Sejumlah anggota keluarga Satoto lainnya juga berpendapat yang sama. Mereka akan berjuang bersama Satoto untuk mengungkap siapa-siapa saja yang memukul Tua hingga tewas seperti itu. (eja)

Update