Senin, 25 November 2024

Mengembalikan Filosofi Pendidikan Bangsa

Berita Terkait

Mengawali tulisan ini, saya ingin mengutip semboyan dari Bapak Pendidikan Bangsa, Ki Hajar Dewantara. Semboyan yang kemudian menjadi pusaka dan ajaran kekal bagi dunia pendidikan Tanah Air. Yakni: Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

Pertama, Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing ngarsa berarti di depan, atau orang yang lebih berpengalaman dan atau lebih berpengatahuan. Sedangkan tuladha berarti memberi contoh, memberi teladan. Jadi ing ngarsa sung tuladha mengandung makna, sebagai guru atau pendidik hendaknya mampu menjadi contoh yang baik atau dapat dijadikan sebagai figur sentral bagi siswanya.

Kedua, Ing Madya Mangun Karsa. Mangun karsa berarti membina kehendak, kemauan dan hasrat untuk mengabdikan diri kepada kepentingan umum, kepada cita-cita yang luhur. Sedangkan ing madya berarti di tengah-tengah, yang berarti dalam pergaulan dan hubungannya sehari-hari secara harmonis dan terbuka. Jadi ing madya mangun karsa mengandung makna bahwa pamong atau pendidik sebagai pemimpin hendaknya mampu menumbuh-kembangkan minat, hasrat dan kemauan anak didik untuk dapat kreatif dan berkarya, guna mengabdikan diri kepada cita-cita yang luhur dan ideal.

Ketiga, Tutwuri Handayani. Tutwuri berarti mengikuti dari belakang dengan penuh perhatian dan penuh tanggung jawab berdasarkan cinta dan kasih sayang yang bebas dari pamrih dan jauh dari sifat authoritative, possessive, protective, dan permissive yang sewenang-wenang. Sedangkan handayani berarti memberi kebebasan, kesempatan dengan perhatian dan bimbingan yang memungkinkan anak didik atas inisiatif sendiri dan pengalaman sendiri, supaya mereka berkembang menurut garis kodrat pribadinya.

Dalam bahasa singkatnya, seorang guru itu harus mampu menjadi panutan atau teladan, mampu menumbuhkan semangat kreatifitas siswa, dan mampu memberikan dukungan atau motivasi bagi siswa-siswinya.

Semboyan ini sekaligus memberikan gambaran, betapa konsep dan filosofi pendidikan itu tidaklah rumit. Melainkan sangat simple jika para guru memahami tugas dan fungsinya.

Tapi pertanyaannya kemudian adalah, mengapa saat ini pendidikan kita masih sering menjadi sorotan karena hal-hal yang negatif? Kita tahu, masih banyak cerita dan berita seputar dunia pendidikan yang membuat geleng-geleng kepala. Bukan karena prestasi, tetapi karena kasus-kasus yang seharusnya tak perlu terjadi.

Mulai dari kasus kekerasan, baik yang dilakukan guru kepada murid dan sebaliknya, kasus perkelahian antarsiswa, hingga kasus-kasus amoralitas.

Seharusnya, di era sekarang ini, dengan sarana dan infrastruktur yang semakin lengkap, dunia pendidikan nasional akan semakin baik dari hari ke hari. Sebab dari jumlah guru saja, saat ini sudah semakin banyak. Begitu juga dengan jumlah gedung sekolah, jelas terus bertambah dan menjangkau hingga pedalaman.

Dari segi kesejahteraan guru, tentu semakin hari juga semakin baik. Belum lagi perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi, seharusnya menjadi pendukung penting bagi keberhasilan pendidikan di Tanah Air.

Namun faktanya, itu tadi, masih banyak hal-hal memprihatinkan di dunia pendidikan negeri ini. Apanya yang salah? Banyak jawaban yang langsung menyalahkan perkembangan zaman. Bahwa kemajuan teknologi informasi turut andil dalam menggiring generasi muda ke sisi yang negatif. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga jamak terjadi di negara lain, bahkan negara-negara maju.

Bisa jadi benar. Tapi bisa saja kesalahan ada pada pola pengajaran para guru. Bahwa para guru tidak mengikuti rambu-rambu seperti yang disampaikan Bapak Pendidikan Bangsa ini, Ki Hajar Dewantara. Mereka tidak mau atau tidak mampu menjadi teladan, inisiator, dan motivator yang baik bagi para siswanya.

Guru Bukan Sekadar Mengajar

Berdasarkan semboyan Ki Hajar Dewantara di atas, jelas sudah bahwa tugas seorang guru bukan sekadar mengajar atau menanamkan aspek akademik. Tetapi juga harus mampu mendidik dan mempersiapkan anak didiknya agar bisa menyelesaikan persoalan kehidupannya secara mandiri dan positif.

Dalam sistem belajar mengajar, seorang guru harus mampu menjadi komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, dan sebagai orang yang menguasai bahan yang diajarkan.

Guru di sekolah tidak hanya berperan sebagai transmiter dari ide, tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap. Bila dirinci lebih detil lagi, sebenarnya ada beberapa peran sentral seorang guru, antara lain:

-Informator. Yakni sebagai pelaksana mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

-Organisator. Pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Organisasi komponen-komponen kegiatan belajar harus diatur oleh guru agar dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri guru maupun siswa.

-Motivator. peran sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus mampu memberikan rangsangan, dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar.
Pengarah atau Director. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

-Inisiator. Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ide-ide yang dicetuskan hendaknya adalah ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didik.

-Transmiter. Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga akan bertindak selakuk penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

-Fasilitator. Guru wajib memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar misalnya dengan menciptakan susana kegiatan pembelajaran yang kondusif, seerasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung efektif dan optimal.

-Mediator. Mediator ini dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya saja menengahi atau memberikan jalan keluar atau solusi ketika diskusi tidak berjalan dengan baik. Mediator juga dapat diartikan sebagai penyedia media pembelajaran, guru menentukan media pembelajaran mana yang tepat digunakan dalam pembelajaran.

-Evaluator. Guru memiliki tugas untuk menilai dan mengamati perkembangan prestasi belajar peserta didik. Guru memiliki otoritas penuh dalam menilai peserta didik, namun demikian evaluasi tetap harus dilaksanakan dengan objektif. Evaluasi yang dilakukan guru harus dilakukan dengan metode dan prosedur tertentu yang telah direncanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

Semoga kita, para guru, juga terus belajar supaya bisa menjadi seorang pendidik yang baik. Karena jika direnungi dengan seksama, tugas guru tidak hanya mulia, tapi juga sangat berat untuk urusan tanggung-jawab dalam menyiapkan generasi penerus bangsa. Selamat Hari Pendidikan Nasional 2017. Semoga pendidikan di Tanah Air semakin baik. (*)

 

 

Penulis: Yuasnil
Kepala Sekolah SDN 002 Sungai Beduk, Batam

Update