Jumat, 29 Maret 2024

Hari Raya Listrik Nyala Setengah Hari

Berita Terkait

batampos.co.id – Anggota Komisi IV DPRD Kepri, Hanafi Ekra meminta kepada pihak PLN di Tanjungpinang mengirimkan teknisinya ke Tambelan, Kamis (22/6) esok. Karena jika tidak, kata anggota legislatif dari dapil Bintan-Lingga ini, masyarakat Tambelan hanya akan bisa menikmati listrik setengah hari.
“Kenapa harus besok, karena setahu saya, besok ada kapal terakhir menuju Tambelan. Jika besok tidak kirim teknisi juga, ya sudah pasti listrik akan nyala setengah hari, itu pun masih ada pemadaman bergilir,” kata Hanafi, Selasa (20/6).
Hanafi menyatakan, sudah selayaknya PLN Tanjungpinang juga memantau kondisi mutakhir pembangkit yang ada di Tambelan. Kendati kecamatan ini berada di pulau terdepan, bukan berarti bisa dikesampingkan. Ketidakstabilan listrik di Tambelan, kata Hanafi, sudah berlangsung sejak awal Ramadan lalu.
“Karena itu jangan ditambah lagi ujiannya dengan listrik yang tak stabil pada hari raya nanti. PLN harus ambil peduli mengenai kondisi ini,” ujar politisi dari Partai Keadilan Sejahtera ini.
Sebelumnya, Wakil Ketua Kerukunan Keluarga Tambelan (KKT) di Tanjungpinang, Robbi Patria mengabarkan, ketidakstabilan listrik di kampung halamannya sudah terjadi sejak 17 Juni lalu. PLN maupun pemerintah, kata Robbi, sepertinya kurang serius memperhatikan listrik di kecamatan terjauh di Kabupaten Bintan tersebut. Sehingga sampai sekarang listrik di Tambelan selalu bermasalah. Padahal bukan hidup 24 jam, tapi cuma 12 jam. Itupun masih mati bergiliran.
“Kasihan warga yang beribadah selama Ramadan harus bergelapan. Mereka yang berjualan kue untuk Lebaran juga harus menunggu giliran listrik nyala baru bisa memasak kue. Ini sangat menganggu kenyamanan warga,” kata Patria.
Sedangkan menurut warga Tambelan, Saut, PLN Tambelan harus professional dalam melayani warga Tambelan. “Kami minta BPK turun langsung ke Tambelan untuk memeriksa ada masalah apa sebenarnya di PLN Tambelan,” katanya.
Permasalahan pertama, PLN dinilai kurang transparan dalam menetapkan tagihan listrik. Hal ini terlihat dari tagihan biaya listrik bulanan yang tidak memiliki rekening resmi pembayaran dan tidak mencantumkan total daya listrik yang terpakai selama sebulan.
“Rekening tagihan juga masih menggunakan fotocopy dan sebagian menggunakan sejenis “bill’ dari Bank Bukopin,” ujarnya.
Kata Saud,  hal tersebut membuat biaya tagihan listrik tidak pernah ada perubahan.
“Artinya, mau listrik hidup 12 jam atau 24 jam pada hari minggu, biayanya sama saja dengan tagihan listrik kala terjadi pamadaman,” ujarnya.
Permasalahan kedua, hari minggu yang biasanya listrik menyala 24 jam, sekarang hanya 12 jam. “Biasanya minggu pagi listrik hidup, tapi sekarang padam, jadi kami tetap hanya mendapatkan jatah listrik pada malam hari yakni mulai dari pukul 17:00WIB sampai sekitar pukul 06:00WIB,” ungkap Saud.
Menurut dia, pihak PLN cabang Tanjungpinang sempat melakukan perbaikan kerusakan teknis pada diesel pembangkit listrik di PLN Tambelan, namun tetap saja mesin yang ada di PLN Tambelan mengalami kerusakan.
“PLN juga tidak disiplin ketika menyalakan listrik, yang seharusnya menyala pukul 17:00WIB kadang lewat sampai 10 menit,” ujarnya.
Saud mengungkapkan bahwa sebenarnya masyarakat Tambelan sudah cukup sabar dengan kondisi listrik di Tambelan, khawatirnya jika kesabaran tersebut habis.
“Kondisi listrik di Tambelan ini tak ada perubahan sama sekali,  dari era orde lama sampai saat ini, pelayanan listrik hanya 12 jam dari Senin-Sabtu,  sementara Minggu yang dulunya menyala 24 jam,  sekarang justru hanya 12 jam,” tuturnya. (aya)

Update