Sabtu, 20 April 2024

Jadikan Pulau Penyengat Destinasi Wisata Religi

Berita Terkait

batampos.co.id – Kerjasama Bank Indonesia (BI), Batam Pos Entrepreneur School (BPES), Dinas Pariwisata Provinsi, dan Dinas Pariwisata Kota Tanjungpinang dalam kegiatan Syawal Penyengat yang akan diadakan, Sabtu (22/7) hingga Minggu (23/7) nanti di Pulau Penyengat dan Tanjungpinang. Bertajuk “Road to Fesyar Syawal Penyengat Serantau 2017” kegiatan ini pertama kali diadakan dengan tujuan menjadi pulau penyengat menjadi destinasi kota halal yang ada di Kepulauan Riau.

“Sesuai rencana dalam kerja sama ini, kegiatan akan kami adakan selama dua hari, yakni tanggal Sabtu (22/7) di Pulau Penyengat dan Minggu (23/7) di Tanjung pinang,” ujar kepala perwakilan Bank Indonesia kepulauan Riau, Gusti Raizal Eka putra, Jumat (14/7).

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pariwisata Pulau Penyengat sehingga mendorong perekonomian wisata Pulau Penyengat kedepannya.

“Kami mencoba untuk menyatukan dengan kegiatan Road to Fesyar Pulau Penyengat 2017,” tambahnya.

Gusti berharap kegiatan ini bisa mempromosikan Pulau Penyengat menjadi wisata religi karena melihat latar belakang dari Pulau Penyengat yang mempunyai makna sejarah kerajaan lingga.

“Yang kami harapkan nantinya Pulau Penyengat bisa diangkat menjadi semacam wisata religi. Seperti adanya mesjid dari putih telur itu merupakan peninggalan sejarah tinggi yang bisa dijual untuk mengangkat nama Pulau Penyengat,” kata Gusti.

Sementara itu Gusti menambah kegiatan ini juga bisa dilakukan setiap tahunnya dan menjadi agenda tahunan yang bisa dilakukan masyarakat pulau Penyengat kedepannya.

” Kami berharap masyarakat penyengat sendiri semakin kuat dan bersatu menjadi moderator dalam kegiatan selanjutnya,” harapnya.

Seperti melakukan kegiatan kesenian di balai adat, membuat kerajinan souvenir yang bisa dijual kepada wisatawan, menjadi rumah mereka sebagai tempat tinggal sementara atau homestay, dan kesenian khas daerah lainnya.

“Dengan adanya kegiatan seperti ini sehingga menarik wisatawan datang kesana. Selain menikmati wisata alam mereka juga bisa menikmati kearifan budaya lokal melayu yang masyarakat hadirkan sehingga mereka juga bisa melihat hasil kesenian tersebut,” jelasnya.

Besar harapan, Gusti dengan adanya kegiatan ini bisa menumbuhkan peran mengenai konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, karena kedepannya masyarakalah yang akan menjadi tulang punggung, sedangkan pemerintah dan pihak lainnya hanya bisa membantu.

“Yang menjadi peran utama tetap masyarakat, karena mereka yang merasakan apa yang bisa didapat dari kegiatan yang mereka lakukan.

Seperti mengembangkan usaha kuliner, kesenian, batik penyengat, paket wisata dan lainnya sehingga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Pulau Penyengat kedepannya,” ucapnya.(cr12).

Update