batampos.co.id – Rencana Pemerintah Kota Batam untuk meningkatkan pendidikan Bahasa Inggris di Kota Batam sepertinya tidak berjalan maksimal. Pasalnya hingga saat ini belum ada guru mata pelajaran Bahasa Inggris yang ditempatkan di sekolah dasar.
“Kami masih pakai guru kelas untuk mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Muslim Bidin, Kamis (20/7).
Muslim mengakui pelajaran bahasa inggris yang diajarkan merupakan pelajaran dasar, jadi guru bidang studi bisa merangkap menjadi guru Bahasa Inggris sekaligus.
Menurut pria kelahiran Rempangcate ini, jika satu sekolah dasar negeri harus memiliki guru bidang studi khusus Bahasa Inggris sedikitnya harus ada 144 guru yang direkrut baru untuk mengajar di sekolah negeri tersebut.
“Kebutuhan kita cukup besar, karena itu untuk saat ini kita manfaatkan guru yang telah ada terlebih dahulu,” ujarnya.
Mengenai penambahan guru bidang studi Bahasa Inggris di SDN, Muslim masih belum bisa memberikan jawaban, pasalnya untuk merekrut guru baru yang akan dijadikan tenaga honorer harus dilaporkan dulu kepada pimpinan, di samping itu penambahan guru juga harus melihat ketersediaan anggaran yang ada.
“Satu guru minimal digaji dengan UMK, ini yang juga menjadi perhatian kami, kalau hanya mengandalkan dana BOS saja tidak akan cukup, karena masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi dengan menggunakan dana BOS,” sebutnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Kota Batam, Sudirman menilai pendidikan Bahasa Inggris di Batam sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi saat ini, apalagi Batam berdekatan langsung dengan Singapura dan Malaysia yang kemampuan Bahasa Inggrisnya lebih baik.
Menurutnya Dinas Pendidikan sudah harus merekrut tenaga guru mata pelajaran Bahasa Inggris yang ditempatkan di setiap SDN, hal ini untuk mendukung dan merealisasikan keinginan Walikota Batam. Jika dilihat saat ini, kemampuan sekolah negeri masih berada di bawah sekolah swasta, terlihat dari hasil ujian nasional baik SD, SMP.
“Kita selalu diposisi dua atau tiga, sedangkan pertama masih diduduki sekolah swasta, sudah saatnya kita merubah mutu pendidikan kita,” sebutnya.
Sudirman menjelaskan, kemampuan guru bidang studi yang tidak memiliki backgroud pendidikan Bahasa Inggris tentunya akan berbeda dengan mereka yang lulusan Bahasa Inggris, terutama pengucapan kosa kata bahasa inggris.
“Pasti ada bedanya,” sebut Sudirman.
Jika Disdik beralasan tidak ada anggaran, setiap tahunnya disdik mendapatkan 20 persen dari APBD, nilai yang cukup besar, dan bisa digunakan untuk menggaji guru tersebut.
“Sudah saatnya pendidikan bahasa inggris menjadi prioritas untuk dipenuhi. Kegiatan yang tidak berdampak dikurangi saja, digantikan dengan program prioritas salah satunya kebutuhan guru bahasa inggris ini,” harapnya.(cr17)