Jumat, 29 Maret 2024

Tenggelamnya Wisata Bahari Batam

Berita Terkait

Pariwisata, khususnya sektor bahari, digadang menjadi kekuatan baru ekonomi Batam. Namun sayang, sejauh ini belum terlihat keseriusan pemerintah daerah mengelola potensi besar itu. Bahkan wisata bahari di Batam terkesan terabaikan.

NGUYEN Thanh Toan langsung melompat ke atas bongkahan batu begitu kapal kayu yang ia tumpangi merapat di bibir Pantai Permata di Pulau Subangmas, Galang, Batam, pekan lalu. Tangannya langsung meraih kamera yang talinya dikalungkan di lehernya. Matanya memicing, membidik di balik lensa. Jemarinya memecet tombol. Klik, garis pantai berpasir putih berhasil ia abadikan dari berbagai sudut.

Langit yang cerah hari itu menyingkap aneka ragam hayati di dasar laut pantai itu. Sangat jelas dan indah. Cukup menyelupkan kepala di air dan membuka mata, langsung terlihat pemandangan alam bawah laut pulau itu. Nguyen pun tak tahan untuk segera menceburkan diri di pantai itu.

“Bagaimana bisa ada tempat seindah ini sepi pengunjung,” ujar wisatawan asal Vietnam itu, heran.

Padahal, jika dibandingkan dengan beberapa pantai yang pernah ia kunjungi di Vietnam dan Thailand, Pantai Permata tak kalah indah . Menurut dia, Batam seharusnya bisa seperti Thailand dan Vietnam yang sukses dengan wisata baharinya.

Pulau Subangmas dan Pulau Tunjuk hanyalah dua dari 371 pulau di Batam yang punya karakter serupa. Umumnya dikelilingi pantai berpasir putih dan alam yang masih asri. Pulau-pulau tersebut tersebar di wilayah Rempang, Galang, Belakangpadang, dan Pulau Bulan dan sekitarnya.

Kuliner warga sekitar juga tak kalah enaknya. Apalagi asam pedas dan aneka seafood hasil tangkapan di kelong warga. Bisa dipesan dan dimasak oleh warga di rumah-rumah mereka.

Honoka Nojiri, turis asal Jepang yang pernah pelesiran ke Batam juga sangat kagum potensi wisata bahari Batam. “Yang paling saya ingat tentang Batam adalah hutan mangrove di tengah laut dan makanan seafood segar di Tanjungpiayu. Suka alamnya, cinta keramahannya. Saya berharap bisa ke sana lagi, bertemu denganmu dan keliling Batam,” ujar Honoka kepada Batam Pos.

***

Sejumlah yacht tiba di Tarempa dalam acara Rally sail to Anambas 2017. F. Syahid/batampos.

Diakui atau tidak, potensi wisata bahari di Batam memang belum dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah. Jangankan menggelar agenda wisata dan promosi, infrastruktur di kawasan wisata itu juga masih sangat minim.

Padahal, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sangat mengandalkan Batam sebagai pintu utama ketiga masuknya wisatawan asing ke Indonesia setelah Bali dan Jakarta. Batam dan Kepri dinilai memiliki potensi wisata bahari yang cukup besar dan menjanjikan.

Hal ini diakui Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Arief Yahya. Menurut dia, Kepri memiliki alam yang bagus. Sementara Batam memiliki kekuatan wisata bahari dan belanja.

“Makanya kami tetapkan Kepri fokus ke wisata bahari karena potensi besarnya di situ,” ujar Arief saat ditemui di Singapura, Kamis (7/9) lalu.

Mantan Dirut Telkom itu menegaskan, suatu tempat bisa dijadikan tempat wisata kalau sudah memenuhi unsur nature (alam), culture (kebudayaan), dan manmade (buatan manusia).

Menurutnya, Batam sudah memenuhi unsur nature dan culture. Tinggal bagaimana manusianya mau mengembangkan potensi itu menjadi lebih menarik dengan melengkapi fasilitasnya, membuatkan kegiatannya. Kemenpar siap mempromosikannya ke manca negara.

“Tinggal dikembangkan dan dipoles saja jadi. Maksimalkan infrastuktur dan aksesibilitas,” ujarnya.

Arief sangat berharap Dinas Pariwisata di kabupaten/kota dan Provinsi Kepri bisa mengorganisir semua pelaku pariwisata untuk mengembangkan destinasi-destinasi baru wisata bahari yang potensial.

Gubernur Nurdin di atas kapal MV Seven Star usai melakukan peninjaun ke Letung, Jemaja, Anambas, Selasa (14/3).

Harapan senada disampaikan Ketua Asita Kepri, Andika. Menurutnya, para pelaku wisata di Batam maupun luar Batam, khususnya Singapura dan Malaysia yang sering membawa wisatawan ke Batam, sangat berharap adanya tambahan destinasi wisata baru, lengkap dengan agenda wisatanya.

“Wisatawan asing itu sangat tertarik hal-hal berbau budaya,” ucapnya.

Ia menjelaskan pemerintah bisa mendorong paguyuban-paguyuban yang ada di Batam untuk membuat iven budaya. Dengan bantuan pemerintah, paguyuban ini bisa membuat pagelaran budaya.

“Tinggal digilir, bulan ini paguyuban ini yang buat even. Bulan depan, paguyuban ini. Dan saya sudah pernah tawarkan ide ini ke pemerintah,” tuturnya.

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Batam, Martupa Simanjuntak, sepakat dengan Menpar Arief Yahya. Jika potensi wisata bahari dipoles sedemikian rupa, bukan hanya turis asing yang mau datang, wisatawan nusantara (wisnus) juga akan berduyun-duyung ke Batam.

“Jangan hanya bermimpi menerima yang besar (wisman) dengan mengharapkan limpahan turis Singapura dan Malaysia saja, lupa wisnus yang potensinya tak kalah besarnya,” ujar Martupa, saat hadir pada rakor pariwisata, Selasa (24/9) pekan lalu.

Ia juga menyoroti kesiapan Batam sebagai kota wisata dan kota kunjungan wisata. Menurutnya, fasilitas pendukung seperti transportasi saja tak hadir 24 jam. Bahkan, taksi online yang bisa melayani 24 jam malah dilarang.

“Mubazir memasarkan Batam sebagai kota wisata kalau bandaranya saja jam 7 sudah tutup. Toko penyedia oleh-oleh saja sudah tutup. Transportasi online dilarang,” kritiknya.

Ketua Asosiasi Spa Batam, Alfian, juga menyoroti sistem transportasi Batam. Menurutnya, pariwisata itu bersifat lintas sektor dan lintas aktor. Pelaku usaha dituntut mengikuti aturan pemerintah mendatangkan turis.

“Kami berjuang mendatangkan, tapi turis malah takut,” katanya.

Di tempat terpisah, pemilik PT Galang Bahari Indonesia selaku pengelola kawasan wisata Pulau Abang, Zakaria, mengatakan tidak susah jika pemerintah ingin mengemangkan destinasi baru bahari yang potensial.

Pemerintah tinggal menyiapkan infrastruktur di tempat wisata baru dengan memberdayakan masyarakat setempat. Mulai dari akses transportasi ke lokasi, keamanan, menyiapkan MCK (mandi cuci kakus), hingga homestay dengan menggandeng penduduk setempat, hingga menjaga kebesihan pantai dan lautnya.

Pengelolaanya juga bisa memberdayakan masyarakat setempat dan melibatkan pelaku pariwisata lain untuk paket-paket wisatanya.

“Kalau itu terpenuhi, tinggal menjual paket wisata islands hopping. Di dalamnya sudah termasuk snorkeling, wisata pantai, telusur hutan (bakau), dan atraksi bertemu warga, dan menikmati kuliner asli yang disajikan warga sendiri,” ujarnya, pekan lalu.

Travel Blogger lima besar terbaik Indonesia, Danan Wahyu Sumirat menyebutkan, mumpung pariwisata kini menjadi topik hangat di negeri ini, maka Batam bisa memanfaatkan kawasannya.

“Yang menjadi daya tarik wisata belanja di Batam karena Batam FTZ bukan Batam yang memang punya produk lokal. Alangkah baiknya jika pengembangan wisata belanja ini didukung dengan pengembangan industri kreatif lokal, jadi Batam punya produk andalan yang bisa dijual tidak hanya menjadi reseller,” ujarnya.

Senada dengan Danan Wahyu, traveler yang juga blogger asal Batam, Dian Radiata menyebutkan, banyak wisatawan yg sengaja datang ke Batam dengan tujuan khusus selain belanja barang-barang seperti tas, parfum, atau HP. Harganya lebih murah dibanding harga di Johor Bahru Malaysia apalagi Singapura.

Menurutnya, pemerintah harusnya bisa mengembangkan wisata bahari di Batam. Membenahi apa yang sudah ada sekarang dengan fasilitas-fasilitas penunjang dan akses yang baik. Pasalnya jalan masuk ke pantai-pantai wisata yang ada di Batam itu banyak yang belum bagus.

Terkendala Status Lahan dan Anggaran

Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, mengaku kesulitan mengembangkan wisata bahari, terutama di pulau-pulau. Sebab, tak semuanya merupakan wilayah kerja Pemko Batam. Sebagian besar wilayah di Batam masuk wilayah kerja Badan Pengusahaan (BP) Batam. Khususnya wilayah Rempang dan Galang.

Tapi ia berjanji akan tetap mengembangkan pulau berpantai pasir putih jadi objek wisata bahari. Bahkan ia ingin Batam seperti Hongkong dan Penang. Namun langkah awal, mendata mana yang punya Pemko Batam mana milik BP Batam.

“Kalau milik pemerintah Kota Batam kami buatkan legalitasnya, bisa dikelola sendiri, bisa juga dicarikan investor. Di luar itu, saya tak bisa komentari,” katanya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam, Febrialin, menyebutkan saat ini ada beberapa pulau di Batam yang sudah dikembangkan menjadi destinasi wisata. Yakni, Pulau Abang dan sekitarnya.

Meski sempat tersangdung masalah tata ruang, namun mereka berjanji akan mengembangkan pulau-pulau tersebut sehingga bisa terus menerus dikunjungi para turis lokal dan mancanegara. Dengan begitu semua sektor pendukung pariwisata di Batam seperti kuliner, perhotelan bisa hidup kembali.

“Kami juga tengah berkoordinasi untuk transportasi laut,” ujar Febrialin.

Ia menyebutkan, target kunjungan wisman ke Batam sepanjang 2017 ini 1,7 juta. Namun hingga saat ini baru tercapai 842.943 wisman. Meski berat, Febrialin mengaku tetao optimistis. Bahkan pada 2018 nanti, targetnya dinaikkan menjadi 2,5 juta wisman.

Namun optimisme Febrialin itu harus dibarengi kerja keras. Sebab, dilihat dari ketersediaan anggaran, sulit untuk mengembangkan destinasi baru. Di 2018 mendatang anggaran untuk pengembangan sektor pariwisata hanya Rp 4,9 miliar yang diusulkan Pemko Batam. Anggaran itu lebih banyak untuk mendukung kegiatan dan acara. Sementara untuk pengembangan destinasi wisata sama sekali tidak tersentuh APBD.

“Kalau untuk destinasi ini, memang belum. Kita hanya berharap dari DAK. Itu sekitar Rp 1 Miliar. Akan kita gunakan untuk pengembangan Pantai Dendang Melayu,” kata Pebrialin.

Dalam Rencana Kerja Anggaran, Pemko Batam mengusulkan anggaran sekitar Rp 10 miliar untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2018. Anggaran itu dipecah ke dalam beberapa program di antaranya program peningkatan pelayanan administrasi perkantoran Rp 2,3 miliar, peningkatan sarana dan prasarana aparatur Rp 1,1 miliar. Peningkatan dan pelestarian seni budaya Rp 1,6 miliar dan pengembangan sektor pariwisata Rp 4,9 miliar.

Anggota komisi II DPRD Kota Batam Mulia Rindo Purba mengatakan anggaran tersebut memang sangat minim. Usulan angka itu datang dari Pemko Batam, bukan dibuat DPRD Kota Batam.

“Wajar memang dengan anggaran yang minim itu, maka destinasi wisata sangat sulit untuk dikembangkan,” katanya.

Menurutnya, langkah yang harus diambil pemerintah adalah menggandeng pelaku pariwisata untuk memajukan destinasi wisata. Di mana selama ini banyak destinasi wisata seperti pantai yang memang fasilitas pendukung sangat memprihatinkan.

“Misalnya pantai di daerah Barelang sana, lihat saja kamar mandinya, memang sangat tidak layak untuk tamu. Apalagi kalau ada tamu dari luar negeri,” katanya. (cha/nur/ska/ian)

Update