Jumat, 29 Maret 2024

Bondan ‘Maknyus’ Winarno Wafat di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

Berita Terkait

batampos.co,.id – “Betul (almarhum) meninggal dunia hari ini,” kata Direktur Utama RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Iwan Dakota, Rabu (29/11).

Keterangan itu menegaskan kabar duka pakar kuliner Indonesia Bondan Winarno meninggal dunia Rabu (29/11) pagi ini.

Bondan merupakan pria yang populer dengan tagline ‘Maknyuss’ dalam setiap perjalanan kulinernya. Bondan diduga mengalami komplikasi dan langsung dilarikan ke RS Harapan Kita.

 

Bondan Winarno mulai akrab di layar kaca sejak dia selalu memulai petualangan kulinernya di tiap kota di Indonesia hingga mancanegara. Bondan selalu menutup setiap menu yang disantapnya dengan kalimat Maknyus.

Kepergian presenter kuliner Bondan ‘Maknyus’ Winarno cukup mengagetkan publik. Bondang meninggal dunia tadi pagi sekitar pukul 09.00 di usia 67 tahun. Publik mengenalnya sebagai seorang pembawa acara kuliner.

Almarhum terkenal dengan ungkapannya yaitu “Pokoe maknyus!”, ungkapan ini sering diparodikan dalam suatu kondisi yang nyaman, enak dan lainnya. Lelaki berumur 67 tahun itu juga diketahui merupakan Ketua Jalansutra, suatu komunitas wisata boaga yang sangat terkenal di Indonesia.

Namun, sebelum menjadi terkenal di dunia kuliner, Bondan ternyata lama berkecimpung di dunia media. Awal mula karirnya ketika kuliah di Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur, Universitas Diponegoro Semarang adalah menjadi fotografer Puspen Hankam di Jakarta, sekitar tahun 1970.

Setelah itu, ia berpindah-pindah kerja, tetapi tetap tidak lepas dari lingkup komunikasi massa. Sempat bertugas sebagai wartawan ke berbagai negeri, antara lain ke Kenya, Afrika.

Dilansir Wikipedia, lelaki yang lahir di Ngawi itu juga aktif menulis di harian ternama seperti Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Tempo, Mutiara, hingga Asian Wall Street Journal.

Pada 1984-1987, dia menjadi redaktur kepala majalah SWA. Pada 1987-1994 memutuskan beralih menjadi pengusaha dan menjabat sebagai Presiden Ocean Beauty International, sebuah perusahaan makanan laut yang berbasis di Seattle Washington, Amerika Serikat.

Antara 1998-1999 Bondan kemudian menjadi konsultan untuk Bank Dunia di Jakarta, dan setelah itu, hingga 2000 dia menjadi direktur eksekutif dari sebuah organisasi pelestarian lingkungan.

Puncak karir medianya terjadi pada 2001-2003, di mana ketika itu Bondan didapuk menjadi pemimpin redaksi harian Suara Pembaruan.

Selain berbagai pekerjaan yang pernah dilakukannya, Bondan juga aktif dalam bermacam-macam kegiatan sosial. Ia pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal dari International Advertising Association, cabang Indonesia (1981-1986), ketua Indonesia Forum pada 1998 (umur 47–48 tahun), yaitu sebuah konferensi internasional untuk membantu pemulihan Indonesia dari krisis.

Pada 1998 ia menjadi salah satu pendiri dari Komite Kemanusiaan Indonesia dan Masyarakat Transparansi Indonesia, dan pada 2002 (umur 51–52 tahun) ia menjadi salah satu pendiri Yayasan Karaton Surakarta.

Bondan juga tercatat pernah memperoleh penghargaan Baden Powell Adventure Award ketika menjadi pemimpin regu Indonesia dalam Boy Scouts World Jamboree di Farragut State Park, Idaho, USA. Usianya ketika itu 17 tahun.

Pada 1988 (umur 37–38 tahun) ia memperoleh tanda penghargaan Satyalencana Pembangunan dari pemerintah Republik Indonesia karena jasa-jasanya sebagai ketua pelaksana Phinisi Nusantara yang berlayar dari Jakarta sampai Vancouver dalam rangka Expo 1986. (mam/ika/JPC)

Update