Sabtu, 20 April 2024

Kandungan Silika Gunung Agung Serupa Letusan 54 Tahun Lalu

Berita Terkait

batampos.co.id – Potensi Gunung Agung meletus dengan kekuatan lebih besar masih ada. Sampai Sabtu (2/12) aktivitas gunung tertinggi di Bali itu tetap tinggi. Gempa tremor menerus over scale juga masih terdeteksi. Untuk itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta masyarakat tetap waspada. Sesuai rekomendasi yang mereka keluarkan, radius 8 kilometer dan perluasan sektoral 10 kilometer dari puncak gunung tersebut harus kosong.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG I Gede Suantika menegaskan, rekomendasi tersebut dikeluarkan agar tidak ada masyarakat yang menjadi korban aktivitas Gunung Agung. ”Benteng pertahanan kita itu ya 8 kilometer dan 10 kilometer,” ungkap dia ketika diwawancarai di Pos Pengamatan Gunung Api Agung kemarin. Tentu saja imbauan itu tidak sembarangan dikeluarkan. Dia menyampaikan itu lantaran belum semua masyarakat dari zona bahaya mengungsi.

Padahal seluruh masyarakat sudah diminta meninggalkan zona tersebut sejak kali pertama status Gunung Agung kembali naik menjadi awas. Salah satu indikasi aktivitas gunung tersebut masih tinggi adalah gempa tremor menerus over scale. Kemarin gempa dengan kekuatan melampaui alat ukur itu terjadi sekitar pukul 14.36 WITA sampai pukul 14.58 WITA. ”Jadi, tetap artinya volume magma yang mencapai kawah itu lebih besar,” terang Suantika.

Berdasar data milik PVMBG, sudah sepertiga kawah Gunung Agung terisi lava. Dengan gempa tremor menerus over scale yang terjadi, jumlahnya terus meningkat. Menurut Suantika, bukan tidak mungkin dalam hitungan hari kawah itu terisi penuh. ”Mungkin kurang dari sepuluh hari (lagi). Tapi, bisa juga lebih cepat dan lebih lambat,” ucap dia. Yang pasti, terekamnya gempa tremor menerus over scale menunjukan bahwa terus terjadi pergerakan magma.

Senada dengan Suantika, Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana menjelaskan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi. ”Masih ada tekanan di dalam perut Gunung Agung,” kata pria yang akrab dipanggil Devy itu. Berdasar data yang berhasil dikumpulkan oleh tim di Pos Pengamatan Gunung Api Agung maupun tim di lapangan, diketahui bahwa kandungan silika yang dikeluarkan gunung tersebut bersama abu cukup tinggi.

Devy mengungkapkan, angkanya mencapai 55 persen. ”Itu nilai yang mirip dengan kandungan silika yang ada pada 1963 (ketika Gunung Agung meletus). Yaitu berkisar antara 52 sampai 56 persen,” beber dia. Bukan hanya itu, hasil uji laboratorium yang dilakukan PVMBG juga menunjukan bahwa terdapat material magma baru yang keluar ketika Gunung Agung meletus. Itu juga menandakan bahwa potensi letusan yang lebih besar dari sebelumnya belum hilang.

Berkaitan dengan dampak abu vulkanis terhadap sejumlah tanaman, Devy tidak mengelak bahwa abu tersebut memang dapat merusak. Apalagi jika tanaman di tanam lebih dekat ke puncak kawah. ”Dampak langsung dari abu bisa berupa rusaknya lahan,” imbuhnya. Selain itu, abu vulkanis juga bisa mematikan tanaman. Namun demikian, dia meminta agar masyarakat tidak khawatir. Sebab, abu vulkanis juga bisa memberi manfaat.

Menurut Devy, manfaat tersebut akan terasa pasca letusan Gunung Agung tuntas. ”Kalau melihat dampak jangka panjang, itu adalah suatu investasi. Ke depannya akan menjadi tanah yang subur,” tutur pria berperawakan tinggi besar tersebut. Hal itu sangat mungkin terjadi lantaran material letusan gunung api mengandung mineral yang baik untuk menyuburkan tanah. Namun begitu, untuk sementara masyarakat harus sabar. Mereka juga diminta mengikuti arahan petugas.

Untuk mengambil lebih banyak data, dalam waktu dekat PVMBG berniat kembali menerbangkan drone. Selain menangkap gambar kawah Gunung Agung, mereka juga berencana mengambil sampel gas dengan alat tersebut. ”Mudah-mudahan minggu depan (bisa terbang),” harapnya. Sampai saat ini, sambung dia, tim drone di kantor pusat PVMBG di Bandung, Jawa Barat tengah mempersiapkan peralatan yang akan diterbangkan. (syn/) 

Update