Jumat, 26 April 2024

Cabai Merah Lambungkan Inflasi

Berita Terkait

batampos.co.id – Indeks kelompok bahan makanan jadi penyebab utama kenaikan inflasi di Tanjungpinang dan Batam pada bulan lalu. Komoditas dengan andil paling berpengaruh dalam daftar indeks ini adalah cabai merah. Di Batam cabai merah menyumbang inflasi sebesar 0,08. Sementara di Tanjungpinang sebesar 0,05.

Sehingga gabungan dua kota ini pada November lalu, menunjukkan terjadinya inflasi sebesar 0,10 persen. Dengan rincian di Batam terjadi inflasi 0,11 persen sedangkan Tanjungpinang sebesar 0,04 persen.

Peningkatan inflasi yang juga disebabkan oeh cabai pada akhir November lalu, masih terus berdampak pada awal Desember ini. Di Tanjungpinang harga cabai merah bahkan menyentuh harga Rp 58 ribu per kilonya. Padahal harga normal biasanya berkisar Rp 40 ribuan.

Kepala Badan Pusat Statistik Kepri, Panusunan Siregar membenarkan fenomena itu. Kata dia, cabai merah memang berada di peringkat tinggi sebagai komoditas dalam indeks kelompok bahan makanan yang mempengaruhi inflasi bulan lalu. “Dan tidak menutup kemungkinan pengaruhanya akan terasa sampai bulan ini,” ujarnya.

Menurutnya, tinjauan dan kerja sama dengan wilayah pemasok harusnya telah dilakukan dua bulan sebelum prediksi kemungkinan bakal terjadi kelangkaan atau kenaikan komoditas. Sehingga lonjakan inflasi tidak sempat terjadi, yang akhirnya menyulitkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

“Memang TAPD saat ini sedang kerja sama dengan pemasok. Ya, sudah lebih baiklah daripada tidak sama sekali,” ungkapnya.

Lina, salah seorang pedagang sembako di Pasar Bintan Center Tanjungpinang, amat merasakan imbas dari kelangkaan cabai merah yang membuat harganya melambung. “Harga cabai memang lagi naik. Setau saya karena panennya lagi kurang bagus karena musim hujan terus,” tutur Lina.

Kenaikan harga terjadi pada semua jenis cabai. Tidak hanya cabai merah saja yang biasanya kisaran Rp 40 ribu kini sudah menjadi di atas Rp 55 ribu. Cabai rawit, kata Lina, juga sedemikian. Dari yang semula biasanya hanya Rp 27 ribu, kini per kilonya sudah dibandrol mencapai Rp 38 ribu. (aya)

Update