Jumat, 19 April 2024

2018, Hunian Vertikal Jadi Tren

Berita Terkait

batampos.co.id – Dua tahun terakhir, kinerja properti secara umum belum mencatat pertumbuhan yang menggembirakan. Namun, pengembang (developer) properti tetap memandang tahun depan dengan optimistis.

Tahun 2018 merupakan tahun politik. Meski demikian, peluang sektor properti untuk tumbuh masih terbuka. Kekhawatiran terhadap tahun politik hendaknya tidak menjadi kendala bagi pengembang.

”Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, momen politik, termasuk pilkada, cenderung landai,” kata Senior Director PT Ciputra Development Tbk Sutoto Yakobus.

Untuk menjaga pertumbuhan, pihaknya menyiapkan program yang sebenarnya dijalankan sejak beberapa tahun terakhir. Yakni, skema cicilan uang muka jangka panjang.

Program tersebut dinilai masih relevan dengan kondisi saat tahun politik. Yaitu, ketika konsumen dibayangi kekhawatiran untuk membelanjakan dananya.

”Nah, dengan cicilan uang muka jangka panjang, risiko konsumen menjadi kecil. Harapan kami, mereka tidak takut menginvestasikan uangnya di properti,” tutur Sutoto.

Biasanya, jangka waktu cicilan uang muka yang diterapkan adalah 36 bulan atau tiga tahun. Dengan jatuh tempo yang panjang itu, cicilan uang muka bakal berakhir ketika pilkada selesai. Memang, untuk menerapkan skema tersebut, tidak semua developer mampu.

”Sebab, perlu modal kerja yang besar,” tandas Sutoto.

Setelah cicilan uang muka selesai, sisa pembayaran bisa dilanjutkan dengan kredit perbankan. Saat itulah, developer bisa bernapas lega.

”Sekarang pembayaran yang paling diminati adalah kredit perbankan. Hanya sebagian kecil yang in house dan cash,” ungkap Sutoto.

Pihaknya akan menyiapkan beberapa produk baru, terutama untuk high-rise. Ke depan, permintaan terhadap apartemen atau hunian vertikal diyakini masih tinggi dan tetap menjadi tren.

”Kami akan kembangkan variasi baru,” ujarnya.

Ilustrasi apartemen mewah (Dok. Jawa Pos)

Selain premium high-rise, dikembangkan apartemen yang menyasar segmen menengah. Adapun untuk komersial, pihaknya bakal melanjutkan pengembangan kawasan CitraLand CBD melalui lifestyle mal.

Wakil Presiden Direktur dan Chief Operating Officer PT Intiland Development Sinarto Dharmawan menuturkan, kinerja Intiland pada 2017 tertolong oleh bisnis kawasan industri. Sementara itu, penjualan untuk hunian (residensial) dan perkantoran (office) malah tidak setinggi tahun sebelumnya.

”Secara overall, masih baik dan mencapai target,” katanya.

Tahun depan, pencapaian target tidak lepas dari pedoman untuk memberikan nilai tambah pada tiap produk yang dipasarkan. Dengan begitu, produk bisa berdaya guna untuk konsumen maupun masyarakat.

”Filosofinya, kalau produk itu berdaya guna, tentu bisa bertahan,” terang Sinarto.

Dia mencontohkan, suatu kawasan dengan luasan terbatas menjadi tidak efisien apabila dibangun ruko. Yang menempati hanya sedikit orang. Berbeda bila dibangun gedung perkantoran. Kapasitasnya bisa menjadi lebih besar.

Meski terlihat luas, utilitas ruko untuk ruang kerja rendah. Sebab, masih harus dikurangi ruangan untuk fasilitas penunjang seperti toilet dan pantry.

”Sementara itu, kalau gedung perkantoran, ruang yang dibeli atau disewa tersebut seluruhnya untuk ruang kerja. Fasilitas penunjang tersedia di dalam gedung,” jelasnya.

Meski dibayangi penurunan penjualan pada hunian dan perkantoran pada 2017, tahun depan pihaknya berencana menyiapkan beberapa produk baru. Salah satu tujuannya adalah memperluas segmen pasar. Misalnya, di Graha Golf akan dikembangkan tahap ketiga setelah sebelumnya dipasarkan tahap pertama dan kedua.

”Kami akan kembangkan tahap tiga,” ucapnya.

Khusus segmen premium, dari sisi harga jual, Intiland sudah menyasar semua level. Selain Graha Golf, ada proyek apartemen The Rosebay.

”Kami juga akan kembangkan mixed use baru,” kata Sinarto.

Sebagai pengembang yang berfokus pada proyek properti premium, pemberlakuan PPNBM (pajak penjualan atas barang mewah) untuk hunian vertikal dinilai memberatkan.

”Karena trennya mengarah ke vertikal,” terang Sinarto.

Dengan kondisi lahan yang kian terbatas, daripada membeli lahan untuk membangun landed house, akan lebih baik dibelanjakan apartemen atau hunian bertingkat lain.

”Jadi, kalau ada orang kaya yang sebenarnya mampu beli lahan, tapi memilih untuk membeli apartemen, harus dihargai,” lanjut Sinarto. (res/c25/fal/jpg)

Update